Peninggalan Jenderal Raja Herodes di Polda Papua

Tak lebih dari satu tahun, Jenderal yang menyebut dirinya sebagai Raja Herodes ini pun harus berpindah tugas ke Mabes Polri dengan jabatan barunya sebagai Assisten Operasional Kapolri.

oleh Katharina Janur diperbarui 05 Mei 2019, 02:00 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2019, 02:00 WIB
Upacara Farewell and Welcome Parade Kapolda Papua
Upacara Farewell and Welcome Parade Kapolda Papua dari Irjen Pol. Martuani Sormin kepada Brigjen Pol. Rudolf Alberth Rodja. (Liputan6.com/Polda Papua/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura Irjen Pol Martuani Sormin di mata personil Polda Papua dikenal dengan pemimpin yang tegas. Tak lebih dari satu tahun, jenderal yang menyebut dirinya sebagai Raja Herodes ini pun harus berpindah tugas ke Mabes Polri dengan jabatan barunya sebagai Assisten Operasional Kapolri.     

“Saya secara  pribadi minta maaf kepada rekan semua, apabila ada perlakuan yang membuat perasaan rekan -rekan tergores, terluka dengan segala peraturan yang saya berikan. Semua aturan saya berikan untuk kepentingan institusi Polri agar menjadi lebih baik,” jelas Martuani, dalam Upacara Farewell and Welcome Parade Kapolda Papua dari Irjen Pol. Martuani Sormin kepada Brigjen Pol. Rudolf Alberth Rodja, Sabtu (4/5/2019).

Kepemimpinan Martuani dinilai oleh banyak anggotanya sebagai kepemimpinan yang singkat namun memiliki banyak kesan. Walaupun tegas, Martuani senang menyisipkan obrolan pada acara formal dan non formal dengan banyak cerita mob (cerita lucu) khas Papua.

Tak hanya itu saja, sejumlah perubahan juga dilakukan Martuani, mulai dari kedisipilinan anggota dan merubah Polda Papua lebih cepat dan baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat.

Dari hal kedisiplinan, Martuani dikenal dengan pembuat sanksi untuk mempermalukan anggotanya jika kedapatan berbuat salah. Caranya? Martuani tak memberikan hukuman di dalam sel, namun ia menghukum anggotanya, untuk membersikan seluruh lingkungan Polda Papua selama 14 hari atau lebih.

Anggota yang bersalah itu pun kadang mendapatkan hukuman dengan berlari keliling kompleks Polda Papua dengan “seragam baru”, lengkap dengan bambu runcing dan mengalungkan tulisan, sesuai dengan kesalahannya. Disersi, KDRT, atau sesuai dengan kesalahan yang dibuat anggota itu.

“Hukuman ini membuat anggota saya jera. Buktinya, banyak anggota yang mulai tertib ikut apel, atau tak melakukan pelanggaran lainnya. Jika anggota bersalah, lalu dihukum di dalam sel, itu percuma saja. Hukuman dengan cara  ini buktinya efektif,” ujar Martuani dalam sebuah kesempatan.

Pria yang juga hobi bernyanyi ini pun menyebutkan hukuman yang diberikan kepada anggota yang melanggar, bukan untuk menyiksa dan melanggar HAM, melainkan sebagai sanksi sosial atas apa yang diperbuat oleh anggotanya.

“Saya juga memberikan pilihan kepada anggota yang melanggar, mau dihukum sesuai aturan negara atau sanksi sosial? Banyak yang memilih sanksi sosial ini,” ucapnya.

Tak hanya itu saja, Martuani juga menciptakan Kotak Jalan Tuhan. Kotak yang terbuat dari kayu ditempatkan di gedung A, tempat jalur utama Kapolda dan Wakapolda Papua.

Kotak itu bertuliskan “Jalan Tuhan Bukan yang Termudah, Bukan yang Tercepat, tapi Pasti yang Terbaik.”

Oleh Martuani, kotak jalan Tuhan bisa digunakan untuk semua personil memberikan masukan ataupun kritikan kepada dirinya atau untuk perubahan Polda Papua lebih baik.

“Saat ini, saya ingin menyampaikan bahwa saya bangga dengan apa yang telah diraih. Saya akan sampaikan kepada semua orang bahwa Polda Papua adalah salah satu Polda terhebat dan terbaik. Dalam keadaan sulit dengan semua keterbatasan yang kita miliki, kita mampu menunjukan prestasi dan jati diri sebagai anggota polri dalam memberikan pelayanan perlindungan dan pengayoman dan penegakan hukum di tanah besar ini,” kata Martuani.

 

Bangga Jadi Polisi di Tanah Papua

Kapolda Papua, Brigjen Pol Rudolf Alberth Rodja
Kapolda Papua, Brigjen Pol Rudolf Alberth Rodja. (Liputan6/com/Polda Papua/Katharina Janur)

Martuani selalu menanamkan rasa bangga menjadi anggota Polri, karena ini adalah profesi yang terhormat dan mulia khususnya di Polda Papua.

“Jika kamu mempunyai perasaan itu, yakin dan percaya kamu akan malu untuk melakukan pelanggaran. Hal ini harus terus dijaga agar bisa membuat kita selalu dekat dengan lapisan masyarakat,” ucapnya. 

Kapolda Papua Brigjen Pol. Rudolf Alberth Rodja menyebutkan dirinya digariskan untuk selalu menggantikan jabatan Martuani sebelumnya.

“Saat beliau menjabat sebagai Kapolda Papua Barat, saya yang menggantikan posisinya. Lalu, tangga 2 Mei kemarin, saya kembali menggantikan beliau sebagai Kapolda Papua. Tanah Papua penuh berkah, termasuk untuk semua anggota,” kata Rudolf.

Rudolf Rodja menyebutkan tanah Papua bukan tempat yang asing bagi dirinya. Lima kali  dirinya menjabat di Bumi Cenderawasih ini, mulai dari Karo Ops, Wakapolda Papua selama 2 tahun dan saat ini menjabat sebagai Kapolda Papua.

“Rekan-rekan semua sudah mengerti dan memahami, tidak ada yang  berubah sama seperti saya menjadi Karo Ops dan Wakapolda,” ujarnya.

Kapolda Papua menyebutkan akan melanjutkan tugas awal yakni pengamanan proses pemilu hingga usai yang saat ini memasuki tahapan rekapitulasi atau pleno di kabupaten atau Provinsi Papua.

“Inilah saat kritis, terutama rekapitulasi pemilihan legislatif karena sudah ada dinamika di beberapa polres jajaran, sehingga perlu disiapkan untuk mengantisipasi hal yang sudah kita lakukan selama ini agar tidak sia sia, “ ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya