Liputan6.com, Pekanbaru- Sudah lama tak ada kabar, rupanya Inung Rio tidak lagi berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya. Bukannya dilepasliarkan, si Datuk Belang itu dikabarkan mati karena luka di kaki kiri depannya.
Luka itu sebelumnya didapat Inung Rio ketika terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, pada akhir Maret 2019. Upaya rehabilitasi gagal hingga harimau jantan itu menemui ajalnya.
Advertisement
Baca Juga
Kabar duka ini sangat mengejutkan. Apalagi dalam pernyataan terakhirnya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau menyebutkan kondisi Inung Rio mulai membaik pada April 2019 lalu.
Sementara informasi beredar, Inung Rio mengembuskan nafas terakhirnya pada bulan itu juga.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Ir Wiratno dikonfirmasi dari Pekanbaru membenarkan informasi ini.
"Iya (mati), sudah ke saya (informasinya), tapi detailnya saya cek Pak Haryono (Kepala BBKSDA Riau), biar dirilis ke media," kata Wiratno, Rabu siang, 3 Juli 2019.
Menurut Wiratno, Inung Rio mati karena sakit yang dialaminya. Informasi matinya didapat pada April lalu ketika Inung Rio menjalani pengobatan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya, Sumatra Barat.
"Iya (April), itu sakit kabarnya, detailnya saya cek dulu ya," terang Wiratno.
Terjerat Bersama Karyawan
Sebagai informasi, Inung Rio sebelumnya mendiami kawasan restorasi ekosistem di Kabupaten Pelalawan, Riau. Pada 22 Maret 2019, harimau jantan berbobot sekitar 90 kilogram ini terjerat kawat baja yang diduga dipasang pemburu liar.
Kisah penemuan Inung Rio terjerat terbilang unik. Pasalnya di saat bersamaan, ada seorang karyawan perusahaan hutan tanaman industri di sana yang ikut terjerat kawat baja.
Jarak karyawan terjerat tadi sangat dengan Inung Rio. Dia tahu ada harimau terjerat ketika berusaha melepaskan diri, di mana Inung Rio berusaha menerkamnya.
Karyawan tadi lalu berteriak minta tolong hingga didengar karyawan lainnya yang tengah berpatroli. Dia diselamatkan dan petugas BBKSDA Riau dihubungi untuk mengevakuasi Inung Rio.
Evakuasi baru dilakukan pada 24 Maret 2019. Jarak tempuh dan sulitnya medan menuju lokasi menjadi kendala utama hingga akhirnya Inung Rio berhasil dibawa pada petang harinya.
Akibat jeratan itu, kaki kiri depan Inung Rio nyaris putus. Lukanya juga mulai membusuk dan kawat baja juga tertanam melingkar di kakinya.
Dievakuasi ke Dharmasraya, Inung menjalani rehabilitasi dan pemeriksaan medis intensif. Petugas medis juga menemukan sejumlah penyakit di tubuh Inung Rio, salah satunya tumor.
Beberapa hari dirawat, kaki Inung sempat membaik. Luka di kakinya mulai mengering dan membuat harimau ini mulai beraktivitas serta makan dengan lahap.
Advertisement
Dekat dengan Bonita
Selama berada di kandang, Inung Rio juga terpantau tim medis aktif berinteraksi dengan harimau sumatra lainnya, Bonita. Kandang keduanya memang berdekatan dan saat ini ada tiga harimau dari Riau di pusat rehabilitasi tersebut.
"Selain Bonita, ada juga Atan Bintang. Bonita harimau betina dan Atan harimau jantan, sama dengan Inung Rio," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono, kala itu.
Ketiga harimau itu punya cerita masing-masing hingga dievakuasi ke Dharmasraya. Bonita merupakan harimau yang sempat menebar teror di Desa Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, dan sama sekali tak takut bertemu manusia.
Bonita mulai menampakkan belangnya akhir tahun 2017. Dia masuk ke permukiman di desa itu, lalu mengejar ternak, tapi akhirnya menjauh masuk ke perkebunan sawit dan menghilang beberapa saat.
Awal tahun 2018, Bonita kembali muncul membuat geger masyarakat di sana ketika mengejar beberapa pekerja kebun sawit. Satu di antaranya diterkam hingga akhirnya meninggal dunia.
Beberapa bulan kemudian pada 2018, Bonita kembali mengejar beberapa pekerja bangunan. Satu di antara meninggal dunia setelah diterkam pundaknya oleh Bonita. Pencarian diintensifkan hingga akhirnya Bonita tertangkap pada Mei 2018.
Untuk Atan Bintang, dia ditangkap tim gabungan polisi dan BBKSDA Riau setelah terjebak di kolong rumah toko pasar di Kabupaten Indragiri Hilir pada 15 November 2018. Atan masuk pasar ketika mengejar kambing dari daerah rawa sekitar pasar.
Bonita dan Atan masih menunggu waktu tepat untuk dilepasliarkan. BBKSDA masih mencari lokasi cocok dan tentunya berawal karena keduanya berasal dari habitat dengan karakteristik seperti itu.
"Ada rencana keduanya segera dilepasliarkan ke alamnya. Lokasinya pasti di Riau karena habitat keduanya di daerah datar dan berawa, bukan berbukit," jelas Suharyono.
Â
Simak video pilihan berikut ini: