Liputan6.com, Kendari - Aqila Dewi Sabila dan Azila Dewi Sabrina, dua bocah kembar siam asal Kota Kendari, sudah setahun lebih hidup berdempetan. Selama itu pula, keduanya hanya terbaring dan saling menindih saat salah satu dari mereka bergerak aktif.
Keduanya lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari, 7 Maret 2018. Ibunya, Selvina Dewi (20) melahirkan keduanya melalui operasi bedah sesar.
Mereka sudah berusia 1 tahun 4 bulan. Dengan berat sudah mencapai 20 kilogram lebih, namun mereka hanya bisa berbaring dan sering kali merengek minta digendong.
Advertisement
Baca Juga
Soal berat badan, kadang menjadi masalah utama balita kembar siam. Ibunya, Selvina Dewi (20) nyaris tak mampu berlama-lama menggendong kedua anaknya. Terpaksa, dia kerap meminta bantuan orang tuanya.
Selvina Dewi mengatakan, kedua anaknya sudah mendapat perawatan di RSUD Kota Kendari. Namun, rumah sakit tak mampu melakukan operasi.
"Persoalan tenaga medis dan biaya, rumah sakit tak mampu dan harus dibawa operasi ke Surabaya," ujar Selvina Dewi ketika ditemui Liputan6.com, Rabu (17/7/2019).
Hingga saat ini, keduanya hanya bisa mengandalkan warga yang mau membantu. Pihak Pemkot Kendari, belum memberikan kepastian soal upaya operasi medis untuk pemisahan keduanya. Kabarnya, Pemkot tak mampu menanggung anggaran biaya operasi yang mencapai Rp 1 miliar lebih.
Kedua orang tuanya tak bisa banyak berbuat apa-apa. Hanya bisa pasrah, kedua orang tua balita kembar siam, mengaku sudah tak memiliki banyak barang berharga untuk dipakai buat mengoperasi kedua anaknya.
Hanya Punya Satu Hati
Kedua kembar siam ini, hanya memiiki satu organ hati saja. Organ lainnya dalam kondisi lengkap dan normal.
Karena hanya memiliki satu organ hati, keduanya disebut "one heart" oleh warga yang menjenguk. Sebutan ini, seperti slogan kendaraan roda dua keluaran Honda, dalam bahasa Indonesia berarti satu hati.
Menurut sejumlah pihak, usia terbaik melakukan operasi, saat balita ini masih berumur dibawah 5 tahun. Resikonya juga bisa diminimalisir jika bayi masih kecil.
Melalui proses scanning berulang-ulang, kondisinya sudah diketahui saat keduanya masih berusia 3 bulan. Menurut dr Yenni, yang sudah menangani pasien di RSUD Kendari, salah satu dari balita kembar siam ini bisa menjalani operasi cangkok hati saat keduanya sudah dipisahkan.
"Kita sudah koordinasi dengan pihak RS Dokter Soetomo. Pihak rumah sakit sudah mau membantu dengan mencarikan bantuan, namun biaaya kesana dan selama disana itu cukup mahal," ujar dr Yenni, Rabu (17/7/2019).
Dari ayah balita kembar siam, Jayasrin, didapat informasi soal tertundanya pengobatan kedua buah hatinya. Dia mengungkapkan, pihak RSUD Kota Kendari sudah menghubungi pihak RSID Dr Soetomo Surabaya.
"Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan kapan akan dibawa operasi karena kami belum ada uang," ujarnya.
Advertisement
Lepas Pekerjaan Demi Anak
Ayah balita kembar siam, Jayasrin, mengaku sudah melepas pekerjaannya sebagai sopir grab. Penyebabnya, kedua anaknya tak bisa diserahkan untuk dijaga istrinya saja.
"Saya lepas kerja, anak saya Alhamdulillah berat badannya naik. Tapi, sulit digendong jika ibunya saja yang di rumah," ujar Jayasrin.
Setelah keluar dari taksi online, dia hanya menjadi sopir truck. Namun, pekerjaan juga terpaksa dihentikan karena tak maksimal.
"Saya hanya kadang ada kerja, ikut dipanggil," ujarnya.
Kini, kedua anaknya sudah bisa berbicara kata-kata sederhana. Meskipun masih balita, namun beberapa kali keduanya terlihat bercanda.
"Mereka belum bisa jalan, hanya harus terus diawasi jangan sampai satu dari mereka menindih yang lain terlalu lama karena bisa menangis dan rewel," ujar Jayasrin.
Dia mengungkapkan, pernah ada penggalangan dana yang mendapatkan biaya sekitar Rp 100 juta lebih. Namun, sedikit demi sedikit habis terpakai saat berada di rumah sakit.
"Dia sempat dirawat sejak lahir selama setahun di rumah sakit atas bantuan Pemkot Kendari, tapi kami memilih keluar karena belum ada perkembangan," ujarnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Â