Ancaman Tubuh Cebol Terus Menghantui Garut

Dalam satu dekade terakhir, fenomena stunting masih menjadi momok menakutkan bagi wilayah Garut.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 08 Agu 2019, 23:00 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2019, 23:00 WIB
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman tengah melakukan pengecekan terhadap balita yang diduga menderita stunting alias cebol
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman tengah melakukan pengecekan terhadap balita yang diduga menderita stunting alias cebol (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Fenomena stunting alias pertumbuhan tubuh kerdil atau cebol, menjadi ancaman nyata Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat ke depan. Saat ini Garut menduduki posisi kedua penyumbang tertinggi kasus itu di Jabar.

Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman mengatakan, tingginya ancaman stunting mendesak lembaganya melakukan sejumlah upaya peningkatan kualitas kesehatan, serta taraf kesejahteraan masyarakat. "Kami akan terus menekan angka stunting di Garut ini," ujarnya kemarin.

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) Dinas Kesehatan Garut mencatat, sebanyak 10 desa menyumbang anak penderita stunting terbanyak di Garut.

Rinciannya, Desa Simpang Kecamatan Cibalong, Desa Pasirlangu dan Jayamekar Kecamatan Pakejeng, Desa Girimukti dan Karangsewu, Desa/Kecamatan Leuwigoong, Desa Lembang Kecamatan Leles, Desa Padamukti Kecamatan Sukaresmi, Desa Sukarasa Kecamatan Malangbong, serta Desa Wanakerta Kecamatan Cibatu.

Dengan kondisi itu, lembaganya bakal meningkatkan pemantauan salah satu kasus yang disebabkan gizi buruk tersebut. “Memang sejak 2017 lalu, 10 desa itu telah mendapat penanganan dari pemerintah,” kata dia.

Namun dalam prateknya, kerap diperoleh data yang berbeda. Ia mencontohkan penanganan kasus stunting di Desa Simpang, Kecamatan Cibalong yang dianggap telah menurun di angka 12 kasus, justru kembali meningkat.

"Kami sedang cari keanehan itu, kenapa bisa naik turun. Seharusnya kalau ada penanganan itu harusnya terus menurun," papar dia.

Namun meskipun demikian, ia menilai kasus stunting di Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, terbilang rendah jika dibanding jumlah anak yang berada di sana. 

"Angkanya di kisaran 5,07 persen dari 355 anak, masih dalam batasan normal, namun tetap saja kita akan berupaya lebih lagi," ucapnya.

 

Faktor Penyebab

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, saat memberikan keterangan di depan wartawan Garut
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, saat memberikan keterangan di depan wartawan Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Helmi mengatakan, salah satu penyebab terbesar stunting bersumber dari buruknya asupan gizi terhadap anak, terutama masa pertumbuhan 0 hingga 5 tahun.

"Kami sekarang tiap hari keliling ke daerah untuk memantau penanganan masalah stunting ini," kata dia.

Dalam satu dekade terakhir, kabupaten Garut memiliki persoalan serius mengenai stunting. Lambannya penanganan serta buruknya kebiasaan masyarakat, dalam mengkonsumsi asupan makanan bergizi,  menjadi salah satu faktor besarnya potensi itu.

Terjadinya stunting disebabkan faktor multidimensi terutama dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak baru lahir. Khusus Garut, faktor itu disumbang dari buruknya asupan makanan bergizi bagi balita, ibu hamil, dan menyusui terbilang buruk, dan masih jauh dari kaidah empat sehat lima sempurna.

Selain stunting, fenomena lain yang kerap muncul di masyarakat akibat minimnya asupan makanan bergizi yakni lahirnya wasting atau anak balita dengan berat kurang (kurus).

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya