Kisah Pemadam Karhutla Jambi Memendam Rindu Bertemu Keluarga

Cuaca panas dan kering bercampur asap karhutla sudah menjadi teman para petugas pemadam. Mereka tak kenal lelah, terus berjibaku memadamkan api. Suka dan duka pun berkecamuk menyelimuti mereka.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 20 Sep 2019, 03:30 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2019, 03:30 WIB
Kisah Pemadam Karhutla Jambi, Pendam Rindu Bertemu Keluarga
Tiga orang petugas pemadam kebakaran dari Tim Damkar Tanjab Timur saat berjibaku memadamkan Karhutla di lahan Gambut Desa Sido Mukti, Kecamatan Dendang, Tanjab Timur, Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jambi - Deru mesin robin terus memuntahkan air dari nozel slang hydrant yang dipegang petugas pemadam kebakaran hutan dan lahan atau karhutla gambut. Raungan mesin-mesin penyedot air itu tak kalah menantang dengan asap yang menusuk hidung dan kerongkongan, juga membuat mata pedih.

Di tengah riuhnya api yang terus merembet di lahan gambut yang mengering, beberapa petugas lainnya terlihat sibuk mondar-mondir di pinggir kanal. Mereka kompak berbagi tugas, ada yang menyambungkan slang dan ada pula yang menyemprotkan air.

Dua pekan sudah lahan gambut di sekitar Desa Sido Mukti, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, terbakar. Bara api di dalam lahan gambut belum sepenuhnya padam.

Cuaca panas dan kering bercampur asap karhutla sudah menjadi teman para petugas pemadam. Mereka tak kenal lelah, terus berjibaku memadamkan api. Suka dan duka pun berkecamuk menyelimuti mereka.

Pada 5 September 2019 lalu, Liputan6.com melihat langsung proses pemadaman dan menemui petugas damkar yang sedang berjibaku memadamkan api di lahan gambut yang terdapat di sekitar Desa Sido Mukti. Api terus merembet di lahan gambut yang kian mengering.

Di bawah langit yang menguning karena sinar matahari terhalang asap, satu di antara petugas damkar bercerita soal suka dukanya memadamkan api. Namun, ia mewanti-wanti agar tak menuliskan nama terangnya.

Dengan mengenakan balutan seragam merah hitam, topi dan selembar masker, dia bercerita sudah dua pekan berteman akrab dengan slang pemadam dan kobaran api. Sebelum ditugaskan untuk memadamkan karhutla di lahan sekitaran Desa Dido Mukti, dia telah lebih dulu ditugaskan di Desa Simpang, Kecamatan Berbak.

"Boleh dikatakan sudah dua minggu, atau dua kali malam Jumat tidak 'Sunah Rasul' karena belum ketemu istri," kata dia sembari tertawa saat Liputan6.com bertanya sudah berapa lama memadamkan Karhutla.

Dia mengakui pekerjaan memadamkan kebakaran hutan dan lahan itu memang penuh risiko dan harus rela meninggalkan anak dan istri demi tugas. Pekerjaan itu dia lakukan bersama timnya sedari pagi hingga matahari terbenam.

Menjadi hal yang lumrah selama dua pekan tidak bertemu istri dan keluarga tercinta di rumah. Hal itu, lantaran kondisi api yang membakar lahan gambut belum dapat dipadamkan sehingga mereka harus bersiaga.

"Kalau malam kita tidak pulang, tapi tetap standby di camp, paginya berangkat lagi madamin sampai sore. Jadi tidak sempat pulang ke rumah," katanya.

Dalam tim pemadam karhutla Kabupaten Tanjung Jabung Timur itu, terdapat 9 personel pemadam. Mereka bergabung dengan tim satgas TNI/Polri dan BPBD setempat yang berjibaku dalam pemadaman.

"Di sini ada personel dari perusahaan juga, kita gotong royong berpencar memadamkan api supaya tidak meluas," ujarnya.

Setelah lelah seharian berjibaku dengan api, setibanya di basecamp para personel rehat. Biasanya, mereka memanfaatkan waktu rehat tersebut untuk menetralisasi asap yang sudah mereka hirup seharian.

Misalnya dengan minum susu tawar atau sirup rasa jeruk menjadi cara yang ampuh untuk menetralisasi asap yang mereka hirup. Di samping itu, mereka juga mengonsumsi buah-buahan.

"Supaya tidak sakit paling-paling kita pakai susu, ya cuma itu dan doakan saja mudah-mudahan tidak sakit," katanya.

 

 

Ribuan Personel Dikerahkan Padamkam Karhutla

Kisah Pemadam Karhutla Jambi, Pendam Rindu Bertemu Keluarga
Dua orang petugas pemadam kebakaran dari Tim Damkar Tanjab Timur saat berjibaku memadamkan Karhutla di lahan Gambut Desa Sido Mukti, Kecamatan Dendang, Tanjab Timur, Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Komandan Satgas Gabungan Kahurla Kolonel Arh Elphis Rudi mengatakan, ribuan personel gabungan diterjunkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah Provinsi Jambi. Mereka bahu-membahu melakukan pemadaman di lokasi karhutla.

"Total ada 1.512 personel yang dikerahkan, ini terdiri dari TNI sebanyak 500 personel, Polda 250 personel, 105 personel BPBD dan 705 personel lainnya seperti dari Damkar, Manggala Agni, masyarakat dan relawan," kata Kol Arh Elphis Rudi saat konferensi pers terkait penangan Karhutla di Jambi, Senin 16 September 2019 di Makorem 042/Garuda Putih.

Berbagai kendala juga dihadapai para personel di lokasi Karhutla, yakni seperti sulitnya akses menuju lokasi kebakaran dan sumber air yang semakin berkurang. Tim satgas, kata dia, berusaha dengan membuat kanal cacing supaya kebakaran tidak meluas.

Selain pemadaman di darat, Satgasgab Karhutla di Provinsi Jambi, juga melakukan pemadaman melalui udara dengan mengerahkan tiga unit helikopter water bombing milik BNPB.

"Satgas juga menambah 400 personel yang ditempatkan di daerah yang khusus memerlukan bantuan pemadaman dan pendinginan," ujar Kol Arh Elphis Rudi yang juga Danrem 042/Gapu itu.

Selain itu, Satgas Karhutla mengklaim luas kebakaran yang terjadi di Provinsi Jambi mencapai 1.720 hektare. Data tersebut disampaikan Danrem pada awal pekan lalu.

Kondisi berbanding terbalik dengan data luas kebakaran yang dirilis Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK). Melalui SiPongi mencatat luas kebakaran di Jambi telah mencapai 11.022 hektare.

Sementara itu, KKI Warsi mencatat luas kebakaran di Provinsi Jambi mencapai 18.584 hektare. Dari luasan itu di antaranya di konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 3.499 hektare, perkebunan sawit seluas 4.359 hektare.

Kemudian Hak Penguasaan Hutan (HPH) seluas 1.193 hektare, lahan masyarakat seluas 2.954 hektare serta yang terbesar di wilayah restorasi 6.579 hektare.

Udara Level Berbahaya Sekolah Kembali Diliburkan

Kisah Pemadam Karhutla Jambi, Pendam Rindu Bertemu Keluarga
Pesawat Garuda mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi, di tengah kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi, Selasa (17/9/2019). (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Akibat kebakaran hutan dan lahan yang semakin meluas itu berdampak pada kabut asap dan semakin memperburuk indeks standar pencemaran udara (ISPU). Dalam tiga hari terakhir secara beruntun kualitas udara berada pada level berbahaya.

Berdasarkan data realtime, tanggal 19 September 2019, pukul 18.00 WIB, kualitas indeks standar pencemaran udara yang diukur melalui alat stasiun ukur milik KLHK Jambi menunjukkan PM 2.5 di atas baku dengan nilai 428 atau kategori berbahaya.

Indek standar pencemaran udara terpantau melalui aplikasi Air Visual. Dalam tiga hari beruntun, terutama saat malam hingga pagi hari, kualitas udara di Jambi memasuki kategori berbahaya dengan nilai 559 AQI US.

Sehubungan dengan kecenderungan kualitas udara kategori tidak sehat hingga berbahaya itu, membuat Pemerintah Kota Jambi kembali meliburkan sekolah TK/PAUD, SD dan SMP selama dua hari ke depan. Kebijakan meliburkan sekolah itu dilakukan untuk melindungi siswa dari dampak paparan asap.

Pihak sekolah diminta aktif memantau kondisi udara melalui data realtime pantauan kualitas udara melalui AQMS yang dirilis resmi oleh Dinas Pendidikan melalui saluran komunikasi. Kebijakan meliburkan sekolah tersebut, disesuaikan seperlunya dengan terus memperhatikan kondisi udara.

"Anak sekolah libur mulai tanggal 20-21 September 2019. Dan untuk kepala sekolah, guru dan lainnya tetap masuk seperti biasa. Kemudian selama libur guru tetap memberikan tugas kepada siswanya," kata Kepala Bagian Humas Pemkot Jambi, Abu Bakar melalui keterangan tertulisnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya