Elwasi, EWS Longsor Canggih dan Murah Karya BPBD Banjarnegara

EWS longsor yang dipasang itu adalah karya BPBD Banjarnegara. Lebih spesial lagi, harganya murah dan lebih ringkas, sehingga bersifat portabel.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Jan 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2020, 09:00 WIB
Pemasangan EWS longsor canggih, portabel dan murah, Elwasi, di Desa Sirongge, Pandanarum, Banjarnegara, Sabtu (11/1/2020). (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Pemasangan EWS longsor canggih, portabel dan murah, Elwasi, di Desa Sirongge, Pandanarum, Banjarnegara, Sabtu (11/1/2020). (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Jawa Tengah, memasang early warning system (EWS) atau perangkat sistem deteksi dan peringatan dini longsor di Dusun Gumelar, Desa Sirongge, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (11/1/2020).

Istimewanya, EWS longsor yang dipasang itu adalah karya BPBD Banjarnegara. Lebih spesial lagi, harganya murah dan lebih ringkas, sehingga bersifat portabel.

EWS longsor itu dinamai Elwasi, yang merupakan akronim dari Eling, waspada lan siaga atau berhati-hati, waspada dan siaga. Kecanggihan alat ini tak kalah dari EWS berharga ratusan juta. Alat ini sangat sensitif dan mampu mendeteksi gerakan kecil tanah.

"Jadi bisa mendeteksi gerakan, mulai dari lima sentimeter, 10 sentimeter, 15 sentimeter, dan seterusnya. Dan akan mengeluarkan bunyi sirine," kata Andri Sulistiyo, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Banjarnegara, Minggu, 12 Januari 2020.

Andri mengungkapkan, Dusun Gumelar adalah wilayah yang sangat rawan longsor. Desa Sirongge memiliki riwayat bencana tanah longsor dengan tipe rayapan atau pergerakan tanah yang dipengaruhi faktor kemiringan tanah, curah hujan, dan tekstur tanah.

Bahkan, pada 2019 lalu sebagian besar dari 62 keluarga yang terdiri dari 576 jiwa diungsikan akibat longsoran di area seluas 10 hektare. Ancaman longsor hingga kini masih menghantui warga Sirongge.

Andri mengemukakan, pemasangan alat deteksi longsor ini sangat dibutuhkan masyarakat sebagai upaya pencegahan dini, sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan korban jiwa. Bukan hanya pemasangan, masyarakat juga diedukasi tentang ancaman, tanda-tanda longsor dan simulasi mandiri.

Simak video pilihan berikut ini:

70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor

Penampakan EWS longsor canggih, portabel dan murah, Elwasi, karya BPBD Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)
Penampakan EWS longsor canggih, portabel dan murah, Elwasi, karya BPBD Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD BNA/Muhamad Ridlo)

Andri menjelaskan, pengembangan Elwasi dilakukan lantaran 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor dan butuh alat peringatan dini. Sementara, harga EWS konvensional mencapai ratusan juta.

Harga itu tentu terlampau berat menilik banyaknya desa rawan longsor. Tak mungkin seluruh pembiayaan dibebankan ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banjarnegara.

"Yang sudah dipasang di beberapa lokasi. Kalau kondisi sekarang, di Banjarnegara totalnya ada 15 EWS yang sudah dipasang, ada yang bantuan BNPB pusat ada yang provinsi maupun daerah," dia menjelaskan.

Dia berharap dengan keberadaan alat peringatan dini longsor murah ini, pemerintah desa yang wilayahnya rawan bisa menganggarkan pembelian dan pemasangan dengan dana desa. Tak sekadar memasang EWS longsor, di desa tersebut juga akan dibentuk Desa Tangguh Bencana (Destana).

"Edukasi kepada masyarakat juga sangat penting. Bagaimana mitigasi dan penanganan bencana," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Banjarnegara, Arif Rachman, mengatakan wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah daerah paling rawan longsor di Jawa Tengah. Kontur miring pegunungan membuat ancaman longsor nyaris terjadi hampir di semua desa lereng Gunung Dieng ini.

Bahkan, dari 266 desa dan 12 kelurahan, 199 di antaranya berkategori risiko menengah tinggi bencana longsor. Itu berarti, mencakup lebih dari 70 persen wilayah Banjarnegara.

Berbagai upaya mitigasi bencana dilakukan, mulai dari pemasangan sistem peringatan dini atau EWS longsor, pelatihan kesiapsiagaan kebencanaan, edukasi, simulasi bencana, hingga pembuatan jalur-jalur evakuasi.

Muaranya jelas, agar Banjarnegara bisa menekan jumlah kerugian atau korban dalam bencana tanah longsor. Bagaimana tidak, terkadang longsor Banjarnegara benar-benar kolosal dan meminta korban begitu banyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya