Cerita Embun Es Mewarnai Penobatan Raja Keraton Agung Sejagat di Dieng

Suhu dingin mendekap para pengikut setia Keraton Agung Sejagat. Juli adalah saat munculnya embun es Dieng yang terkenal itu

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 17 Jan 2020, 00:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2020, 00:00 WIB
Banner Infografis Geger Keraton Agung Sejagat
Banner Infografis Geger Keraton Agung Sejagat. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Banjarnegara - Munculnya Keraton Agung Sejagat alias KAS, di Purworejo, Jawa Tengah bikin geger negeri ini. Ada yang menanggapinya serius, ada pula yang menganggapnya sebagai candaan.

Belakangan, raja dan ratu dadakan itu ditangkap aparat Polda Jawa Tengah. Belum ada keterangan resmi, apakah ada potensi pelanggaran pidana ikhwal pendirian dan perjalanan Keraton Agung Sejagat ini.

Kepolisian masih mendalami latar belakang pendirian Keraton Agung Sejagat. Itu termasuk dengan mengundang ahli sejarah.

Musababnya, sang raja, Toto Santoso berkali-kali mengungkapkan keterkaitannya dengan Kerajaan Matam Kuno, Dinasti Sanjaya. Kepolisian juga masih menyelidiki motif pendirian Keraton Agung Sejagat.

Nah, soal kaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno, rupanya Sang Raja sejak lama memang mengidentikkan keraton yang didirikannya itu dengan kerajaan yang berdiri lebih dari 1.000 tahun lampau tersebut.

Bahkan, belakangan terungkap bahwa penobatan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat dilakukan di Dataran Tinggi Dieng. Di Dieng terdapat sejumlah kompleks candi, yang diyakini merupakan peninggalan Kerajaan Matam Kuno.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dieng, Aryadi Darwanto mengatakan pengukuhan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat dilakukan sekitar akhir bulan Juli 2019. Akan tetapi, ia mengaku lupa tanggal persisnya.

 

Prosesi Penobatan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat

Kompleks candi Arjuna, Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)
Kompleks candi Arjuna, Dieng, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/UPT Dieng/Muhamad Ridlo)

Yang jelas, saat itu dalam surat permohonan izinnya, ketua panitia menyebut bahwa mereka akan mengukuhkan atau menobatkan raja dan ratu. Selain itu, acara tersebut adalah peringatan 1.000 tahun Dinasti Sanjaya.

Surat dikirimkan ke UPT Dieng dan Balai pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Sebab, kompleks candi Dieng berada di bawah kewenangan BPCB Jawa Tengah.

“Ada juga doa bersama. Bagus juga sih, doanya untuk keselamatan Indonesia,” ucap Aryadi, Kamis, 16 Januari 2020.

Waktu itu, dia mengira permohonan izin yang dilayangkan Keraton Agung Sejagat hanya sebatas prosesi budaya. Aryadi tak menduga di belakang hari Toto benar-benar serius mendirikan kerajaan beserta keratonnya.

Sebanyak 200 orang mengikuti prosesi ini. Mereka melakukan ritual bersih atau sesuci di kompleks Tuk Bima Lukar dan dilanjutkan kirab menuju kompleks Candi Arjuna.

Di kompleks candi Arjuna ini, Sinuhun Totok Santoso dan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja dilantik sebagai Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat.

“ juga Peringatan 1.000 tahun keemasan Raja Sanjaya. Karena pengukuhan ya ada acara pengukuhan dan doa bersama,” dia mengungkapkan.

Aryadi bilang tak mencium sesuatu yang janggal dalam prosesi penobatan. Layaknya prosesi budaya, kirab juga diiringi marching band.

Penobatan Raja dan Ratu dan Embun Es Dieng

Embun es menyelimuti kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, 25-26 Juli 2018. (Foto: Liputan6.com/Pokdarwis Pandawa/Muhamad Ridlo)
Embun es menyelimuti kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, 25-26 Juli 2018. (Foto: Liputan6.com/Pokdarwis Pandawa/Muhamad Ridlo)

Waktu itu, ia justru melihat keseriusan para pengikut Keraton Agung Sejagat. Bagaimana tidak, saat itu adalah puncak musim dingin di Dieng.

Sementara, prosesi itu dimulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB. Busana yang dikenakan adalah pakaian adat Jawa dengan sedikit sentuhan Eropa, tanpa dilapisi jaket atau kain penghangat lainnya.

Tak terbayang betapa cekaman suhu dingin mendekap para pengikut setia Keraton Agung Sejagat ini. Juli adalah saat munculnya embun es Dieng yang terkenal itu.

Saking dinginnya, bahkan saat itu terpal yang sudah disiapkan tak bisa digunakan lantaran sudah terlapisi embun es. Akhirnya, para pengikut duduk di papan kayu.

“Waktu itu sudah ada embun es. Dingin sekali. Masyakat yang menonton akhirnya pulang,” ucap dia.

Toh, para pengikut ini tetap bertahan. Dengan khidmat mereka mengikuti prosesi hingga penobatan usai.

Tak ada kejadian apapun usai acara penobatan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat. Masyarakat di Dieng memang sudah terbiasa dengan prosesi budaya.

Setengah tahun berlalu, masyarakat Dieng baru tahu bahwa penobatan raja dan ratu yang mereka saksikan sekitar setengah tahun lalu itu menuai masalah. Beberapa warga mengadu ke UPT Dieng.

“Dengan saya juga tidak lagi kontak-kontakan. Kalau dulu yang ketemu dengan saya ketua panitianya,” kata Aryadi.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya