Kerangka Manusia Tanpa Tengkorak di Buton Selatan Diduga Milik WNA Vietnam

Tulang belulang yang ditemukan di Pantai Buton Selatan, diduga milik WNA asal Vietnam.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 21 Feb 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2020, 20:00 WIB
Tim dokter forensik RS Bhayangkara dan Fakultas kedokteran UHO, usai melakukan autopsi tulang belulang di Pantai Buton Selatan, Jumat (21/2/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Tim dokter forensik RS Bhayangkara dan Fakultas kedokteran UHO, usai melakukan autopsi tulang belulang di Pantai Buton Selatan, Jumat (21/2/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Identitas kerangka manusia yang ditemukan di Pantai Sambalangi Desa Tongali Kecamatan Siompu Barat Kabupaten Buton selatan, perlahan terkuak. Barang bukti yang dikumpulkan, diduga tulang belulang tanpa tengkorak itu merupakan kerangka seorang Warga Negara Asing (WNA).

Pihak RS Bhayangkara Kendari, memeriksa pakaian dan sejumlah barang milik korban yang terdapat di dalam kantong plastik. Di antaranya, 2 lembar baju kaus dan celana sport serta selembar selimut.

Dari barang bukti baju kaus, ditemukan tulisan berbahasa Vietnam. Tulisan tersebut, mengarah pada salah satu perusahaan minuman yang ada di negara itu.

Kasubbid Dokkes RS Bhayangkara Kendari, Kompol dr Mauluddin menyatakan, pihak Biddokes RS Bhayangkara dibantu Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo (UHO) sudah melakukan autopsi tulang belulang yang ditemukan di Buton Selatan. Hasil pemeriksaan, kerangka itu diketahui berjenis kelamin laki-laki dengan tinggi badan sekitar 165 sentimeter.

"Dari kausnya, kami menduga dia nelayan atau WNA yang sengaja dibunuh lalu dihanyutkan ke laut," ujar Mauluddin, Jumat (21/2/2020) sore.

Dia memastikan, tengkorak hilang. Sedangkan, tulang lainnya dalam kondisi utuh di dalam kantong.

"Hingga sejauh ini dugaan belum mengarah kepada salah seorang warga di Sulawesi Tenggara," jelasnya.

Diketahui, setelah tulang belulang ditemukan warga bernama La Riansi (40) di Pantai Sambalangi, Polsek Siompu membawa barang bukti ke Puskesmas Batauga. Namun, karena kekurangan alat, puskesmas langsung mengirim ke RS Palagimata Kota Baubau.

Disimpan semalam di RS, Reskrim Polres Buton langsung mengirim tulang yang ditemukan di Pantai Buton Selatan ke Rs Bhayangkara Kendari. Barang bukti dikirim melalui jalur darat dan penyeberangan kapal feri yang dikawal personel Polres.

Membusuk 3 Bulan

Barang bukti kaos oblong dengan motif bahasa Vietnam, diduga korban milik salah seorang WNA.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Barang bukti kaos oblong dengan motif bahasa Vietnam, diduga korban milik salah seorang WNA.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Tulang belulang yang ditemukan di pantai, diduga korban pembunuhan sekitar 3 bulan lalu. Hal ini disampaikan pihak dokter Forensik Polda Sulawesi Tenggara.

"Dari tingkat pembusukan, sudah sekitar 3 bulan," ujar Kompol dr Mauluddin.

Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan forensik terhadap tulang yang ada. Korban dibunuh kemudian dibuang ke laut. "Umumnya, dia merupakan korban mutilasi," tambahnya.

Dia menjelaskan, polisi dan warga yang menemukan, tidak menemukan identitas korban terselip di antara barang bukti. Soal ini, pihaknya kesulitan menemukan identitas asli korban.

Dari salah satu media online vietnam, thanhnien.vn yang terbit pada 4 Desember 2019, dilaporkan salah seorang nelayan asal Vietnam jatuh di laut saat berada di atas kapal. Nelayan tersebut bernama Truong Thanh Hai (46) asal Tuy Hua City.

Kapal yang dikemudikan kapten Dang Ngoc Tin, dihantam gelombang tinggi. Salah seorang nelayan jatuh dan belum ditemukan hingga saat ini. Namun, dalam laporan itu, tidak ada informasi soal dugaan kekerasan atau perkelahian yang dialami korban selama berada di atas kapal.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

20170512- Manusia Purba- Homo Naledi Hominin-AFP
Fosil spesies Homo Naledi Hominin dipamerkan di Johannesburg, Afsel, Selasa (9/5). Tulang belulang tersebut pertama kali ditemukan pada 2013 oleh ilmuwan Universitas Witwatersrand di Cradle of Humankind, situs warisan dunia milik UNESCO.(AFP/GULSHAN KHAN)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya