Trauma Pernah Kehilangan Ternak, Warga Konawe Pilih Tidur di Lokasi Banjir

Trauma ternaknya pernah dicuri, petani korban banjir Konawe memilih tidur di tenda pengungsian di tengah kebun.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 22 Jul 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2020, 17:00 WIB
Warga korban banjir Konawe tinggal di bangsal pengungsian, Minggu (19/7/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Warga korban banjir Konawe tinggal di bangsal pengungsian, Minggu (19/7/2020).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Korban banjir Konawe di Desa Ambulanu Kecamatan Pondidaha, memilih tidur berimpit di sebuah gudang di pinggir kebun. Sejak banjir melanda wilayah itu, Senin (13/7/2020) hingga Rabu (22/7/2020), mereka tidak mau pindah ke lokasi tenda pengungsian BPBD Konawe.

Padahal, tenda BPBD Konawe terletak di jalan poros. Sedangkan, tenda pengungsi didirikan di atas sebuah dataran yang dikelilingi banjir yang menggenang setinggi 1,5 hingga 3 meter. Warga enggan pindah karena memilih menjaga barang-barang berharga yang masih tertinggal di rumah.

Mereka tak sempat mengevakuasi barang saat awal banjir merendam desa. Salah seorang pengungsi, Kadek Saniasi (40) mengatakan, banjir 2019 membuat warga trauma dan merugi. Pernah ada warga lainnya, menjarah hewan ternak seperti ayam dan bebek.

"Mereka sepertinya pakai perahu, tahun lalu banyak yang hilang termasuk barang elektronik," ujar Kadek Saniasi.

Warga lainnya, Komang Suryawan (34) mengatakan, sudah menginap di bangsal pengungsi sejak 13-22 Juli 2020. Dia bersama seorang anak dan istrinya rela tidur melantai bersama 70 keluarga lainnya.

"Rumah terendam setinggi dada. Kalau sawah di depan rumah bisa 2 sampai 3 meter," ujar Komang.

Desa Ambulano merupakan satu dari empat desa di Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe yang terendam banjir Konawe. Ada 474 warga terdampak dari 140 kepala keluarga.

Kepala Desa Ambuulanu, Ketut Riyawan mengatakan, warganya sudah menerima bantuan. Dinas Sosial dan BPBD Konawe menyalurkan terigu, mi instan, minyak goreng, dan obat-obatan.

"Tapi, beras sudah habis. Terpaksa kami makan yang ada saja," ujarnya.

Dia menjelaskan, banjir Konawe mulai menggenang di persawahan sejak 9 Juni 2020. Saat itu, air hanya setinggi 10-15 sentimeter. Warga hanya bisa pasrah. Namun, sejak sepekan terakhir, pada 13 Juli 2020, banjir bukannya makin surut, malah semakin meninggi.

Saksikan juga video pilihan berikut ini :

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya