Krisis Air, Petani di Sikka Kibarkan Bendera Putih dan Pasrah Gagal Panen

Para petani di Desa Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjerit lantaran tanaman padi dan holtikultura mereka mengalami gagal panen.

oleh Dionisius Wilibardus diperbarui 15 Okt 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2020, 23:00 WIB
Kekeringan di Sikka
Terlihat sawah mengering, tanah yang sudah ditumbuhi padi semakin mengering dan tananya pun pecah. Para petani terpaksa mencabut paksa kacang yang ditanam lantaran tidak memiliki air, mereka sebut gagal panen. (Liputan6.com/ Jhon Gomes)

Liputan6.com, Sikka - Para petani di Desa Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjerit lantaran tanaman padi dan holtikultura mereka mengalami gagal panen. Musim kemarau berkepanjangan yang melanda kawasan itu membuat debit air untuk pengairan tak ada. Kondisi ini bukan baru pertama kali dirasakan oleh para petani, hampir 2 tahun terakhir mereka selalu gagal panen kerena kekeringan.

Bendungan Ijura yang menjadi satu-satunya sumber pasokan pengairan sawah tidak berfungsi maksimal. Para petani terpaksa mencari alternatif lain, yaitu mencari sumber air dengan sumur bor.

Untuk membuat sumur bor warga terpaksa harus mengeluarkan biaya yang mahal, jika tidak begitu, warga hanya bisa memanen padi dan tanaman holtikultura hanya sekali dalam setahun. Padahal mereka biasa panen dua kali dalam setahun.

Osias Dosi, seorang petani kepada Liputan6.com, Rabu (14/10/2020) mengatakan, musim kemarau panjang tahun ini membuat mereka gagal panen.

"Kurangnya air menyebapkan padi yang ditanam dan sudah tumbuh semakin mengering. Saat ini kami mengalami gagal panen," ungkapnya.

Untuk menyiasatinya agar tetap berpenghasilan, para petani padi beralih profesi menjadi penanam sayur dan kacang-kacangan. 

"Tetapi sayur dan kacang yang dihasikan pun tidak membuahkan hasil," katanya pedih.

Dirinya hanya bisa berharap, pemerintah setempat mau membersihkan sedimen yang mengendap di bendungan, sehingga air untuk pengairan tidak bisa tertampung lagi.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, banyak petak sawah yang dibiarkan kosong dan kering begitu saja, para petani tidak berani membuka sawah mengingat air untuk mengairi sawah yang menggunakan pompa debet airnya semakin berkurang. Terlihat selokan pun kering, tanah yang sudah ditumbuhi padi semakin mengering dan tanahnya pun pecah dan berlubang. Para petani terpaksa mencabut paksa kacang yang ditanam lantaran krisis air akibat kemarau panjang.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya