Awas Cuaca Ekstrem Dampak La Nina di Banyumas dan Cilacap Sepekan ke Depan

Cilacap adalah wilayah dengan risiko bencana tertinggi di Jawa Tengah dan salah satu yang tertinggi di Indonesia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 21 Okt 2020, 01:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 01:30 WIB
Ilustrasi – Penampakan awan (diduga) Comulonimbus di Cingebul Kecamatan Lumbir, sebelum hujan lebat disertai angin kencang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Penampakan awan (diduga) Comulonimbus di Cingebul Kecamatan Lumbir, sebelum hujan lebat disertai angin kencang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara mengimbau warga di Jawa Tengah, termasuk Banyumas dan Cilacap, untuk mewaspadai meningkatnya curah hujan dan kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem, sepekan ke depan.

Curah hujan yang meningkat akibat pengaruh La Nina dapat memicu bencana hidrometeorologi. Terlebih, wilayah Banjarnegara, Cilacap dan Banyumas merupakan wilayah rawan bencana.

Kabupaten Banjarnegara adalah wilayah dengan risiko longsor tertinggi di Jawa Tengah. Bahkan, Cilacap adalah wilayah dengan risiko bencana tertinggi di Jawa Tengah dan salah satu yang tertinggi di Indonesia.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayodhie mengatakan cuaca ektrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan petir berpotensi terjadi beberapa waktu ke depan.

BMKG sebelumnya telah merilis informasi yang menyatakan bahwa saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate). Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut mendingin -0.5 derajat Celsius hingga -1.5 derajat Celsius selama tujuh dasarian terakhir (70 hari), diikuti oleh dominasi aliran zonal angin timuran yang merepresentasikan penguatan angin pasat.

“Bagi Indonesia, La Nina yang terjadi pada periode awal musim hujan ini berpotensi meningkatkan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah. Dampak La Nina terhadap curah hujan di Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada: musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina sendiri,” ucap Setyo, mengutip siaran pers BMKG.

Menurut dia, selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation ) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Aktivitas MJO

Puncak Musim Hujan Diperkirakan Februari 2020
Pemandangan Kota di salah satu sudut Jakarta diselimuti awan hitam dikarenakan mendung, Rabu (11/12/2019). BMKG memperkirakan puncak musim hujan akan berlangsung mulai Februari 2020 di wilayah DKI Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kluster atau kumpulan awan berpotensi hujan. Aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.

"BMKG memprakirakan dalam periode satu pekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan sehingga masyarakat di wilayah ini perlu meningkatkan kewaspadaan terutama di wilayah yang rawan bencana longsor," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu, dikutip Antara.

Dia mengatakan masyarakat tidak perlu panik, namun perlu meningkatkan kewaspadaan saat terjadi hujan lebat dengan durasi yang panjang.

"Jika turun hujan dengan durasi cukup lama hingga di atas 30 menit maka perlu meningkatkan kewaspadaan karena dapat berpotensi memicu bencana hidrometeorologis seperti longsor, banjir, pohon atau baliho tumbang dan lain sebagainya," katanya.

Dia juga mengimbau warga untuk melakukan pemangkasan dan peremajaan pohon secara berkala.

"Jika memungkinkan maka kami mengimbau masyarakat untuk segera memangkas cabang-cabang pohon yang berpotensi patah atau tumbang akibat cuaca ekstrem," katanya.

 

Hoaks Informasi Cuaca

Selain itu, kata dia, masyarakat juga perlu melakukan pembersihan saluran air dari sampah-sampah yang dapat menghambat drainase.

"Dengan demikian diharapkan pada saat hujan tidak akan terjadi genangan karena terjadinya sumbatan di saluran air," katanya.

Dia juga kembali mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya pada berita yang belum jelas kebenarannya atau disinformasi.

"Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum jelas kebenarannya, jika membutuhkan info terkini dan terpercaya terkait kondisi cuaca atau iklim bisa langsung menghubungi kantor BMKG terdekat atau mengakses laman media sosial resmi milik BMKG," katanya.

Ia mengingatkan bahwa sejumlah kabupaten di Jawa Tengah seperti Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan kabupaten lainnya pada saat ini mulai memasuki awal musim hujan.

Dia menjelaskan, kabupaten-kabupaten tersebut telah memasuki awal musim hujan pada dasarian pertama bulan Oktober 2020.

Terkait awal musim hujan tersebut pihaknya mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, dalam durasi pendek maupun panjang yang disertai angin kencang dan petir, demikian Setyoajie Prayoedhie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya