Fenomena La Nina Malah Bikin Petani Banyumas Gembira, Kok?

La Nina meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi. Tetapi, petani di Banyumas, Jawa Tengah justru gembira dengan datangnya fenomena ini

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi – Penampakan awan (diduga) Comulonimbus di Cingebul Kecamatan Lumbir, sebelum hujan lebat disertai angin kencang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Penampakan awan (diduga) Comulonimbus di Cingebul Kecamatan Lumbir, sebelum hujan lebat disertai angin kencang. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diuntungkan dengan adanya fenomena La Nina moderat yang berlangsung sejak bulan Oktober 2020, kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso.

"Kalau di Banyumas, La Nina ini adalah suatu keberuntungan karena waktu tanamnya bisa lebih awal," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Ia mengharapkan kondisi tersebut berdampak pada penambahan luas tanam padi secara signifikan seperti yang terjadi pada 2010.

Petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diuntungkan dengan adanya fenomena La Nina moderat yang berlangsung sejak bulan Oktober 2020, kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso.

"Kalau di Banyumas, La Nina ini adalah suatu keberuntungan karena waktu tanamnya bisa lebih awal," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Dalam hal ini, kata dia, pada 2010 ada area persawahan yang bisa tanam padi sebanyak tiga kali selama satu tahun sehingga produktivitasnya meningkat hingga 300 persen.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Produksi Durian Banyumas Diprediksi Turun

"Namun untuk komoditas hortikultura terutama durian kelihatannya ada kemunduran karena intensitas hujannya tinggi, sehingga kemungkinan produksinya menurun," katanya.

Terkait dengan banjir yang melanda Kecamatan Kemranjen dan sekitarnya yang terjadi sejak pekan terakhir bulan Oktober, Widarso mengatakan hal itu merupakan kejadian rutin di wilayah tersebut.

Selain itu, kata dia, area persawahan yang terendam banjir di wilayah tersebut belum ada tanamannya karena baru persiapan tanam dan luasannya sekitar 200 hektare.

Oleh karena itu, lanjut dia, masa tanam pada area persawahan yang terendam banjir tersebut diperkirakan mundur sekitar dua minggu.

"Akan tetapi jika dibandingkan dengan masa tanam sebelumnya, masa tanam kali ini di wilayah tersebut justru maju karena sebelumnya berlangsung pada bulan Januari," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan luasan tanam padi pada bulan November bisa mencapai lebin dari 10.000 hektare.

"Sementara berdasarkan data kami, luas tanam pada musim tanam pertama tahun 2020-2021 hingga saat ini sudah mencapai kisaran 5.000 hektare," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya