Harapan dari Kembalinya Partai Masyumi di Dunia Politik Tanah Air

Deklarasi parpol yang sempat tenar awal kemerdekaan, kemudian dibubarkan Presiden Sukarno tahun 1960 itu diharapkan bisa memberi warna bagi perpolitikan nasional.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 11 Nov 2020, 14:26 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 12:00 WIB
masyumi
Partai Masyumi 'reborn' kembali dideklarasikan di Jakarta. (dok.masyumi.id)

Liputan6.com, Serang - Partai Masyumi kembali berdiri. Pendeklarasian partai yang sempat terbentuk pada awal kemerdekaan itu digelar pada Sabtu, 7 November 2020 lalu, dipimpin oleh Cholil Ridwan, di Aula Masjid Furqon, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dan disiarkan secara daring atau online.

Deklarasi pendirian kembali parpol yang dibubarkan Presiden Sukarno pada 1960 itu diharapkan bisa memberi warna bagi perpolitikan nasional.

"Enggak apa-apa, bagus saja. Sejatinya begitu (mewarnai politik nasional)," kata Ketua DPP PAN, Yandri Susanto, di Ponpes Al-Mubaroq, Kota Serang, Banten, Selasa (10/11/2020).

Parpol itu sempat dibubarkan Presiden pertama Indonesia pertengahan Agustus 1960. Cholil Ridwan yang memimpin deklarasi Masyumi merupakan Ketua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII).

"Masyumi Reborn" bukanlah hal baru. Namanya pernah juga digunakan pada Pemilu 1999 silam. Politikus PAN itu berharap umat tidak terbelah pada parpol yang berbasis ideologi agama.

"Tapi yang paling penting aspirasi umat ini tidak saling melemahkan. Justru kemunculan beberapa partai Islam, harus menjadi energi berbarengan, bukan energi masing-masing," katanya.

Yandri berharap lahir kembali Masyumi bisa menyatukan umat Islam dan bersinergi dengan parpol lainnya, baik kalangan nasionalis maupun berbasis agama Islam.

"Karena umat perlu keguyuban politisi di tingkat nasional, jadi tidak saling mencela satu partai lainnya, terutama partai berbasis Islam," dia menjelaskan.

Cholil Ridwan yang memimpin deklarasi Masyumi malang melintang di Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII). Mereka juga sudah memiliki calon Majelis Syuro, antara lain mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua, mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain, Budayawan Ridwan Saidi hingga Kiai Abdul Rosyid Syafei.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya