Literasi Modal Penting untuk Bersaing, Pembangunan Perlu Libatkan Perpustakaan

Sosialisasi Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) digelar di Kabupaten Sumenep, Rabu, (23/12/2020).

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Des 2020, 17:07 WIB
Diterbitkan 23 Des 2020, 17:07 WIB
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat acara Sosialisasi Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) digelar di Kabupaten Sumenep, Rabu, (23/12/2020). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Sumenep - Sebagai negara maritim, idealnya Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaya saing. Nyatanya, kualitas sumber daya manusia (SDM) belum menunjukkan hal tersebut. Jadi, sangat tepat jika pembangunan yang berkelanjutan harus melibatkan perpustakaan agar target SDM Unggul Indonesia Maju bisa tercapai.

Di sejumlah negara di Eropa dan Asia, mulai banyak diterapkan kebijakan dan upaya kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan ketika masuk ke dunia kerja. Rumusan tersebut melibatkan peran pemerintah, akademisi, dan pelaku bisnis. Sederhananya, para lulusan universitas langsung terserap oleh lapangan kerja di sektor industri dan UMKM yang dibangun pemerintah.

Rektor Universitas Bahaudin Mudhary Rachmad Hidayat dalam acara Sosialisasi Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kabupaten Sumenep, Rabu, (23/12/2020) mengatakan, era industri 4.0 tidak bisa ditolak, yang harus dilakukan selanjutnya adalah jangan berpikir sama dengan yang dilakukan negara lain.

"Harus berbeda. Jika sama, berarti proses literasi tidak berjalan," katanya.

Harus ada perubahan paradigma pada semua lini, katanya. Perpustakaan menawarkan formula di mana sumber daya alam yang merupakan modal dasar pembangunan dapat dikelola oleh kualitas SDM yang terbarukan. Salah satunya melalui program transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial yang rata-rata melibatkan industri rumah tangga (home industry).

Hal senada juga diutarakan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Dia mengkritisi kenapa angka pengangguran masih tinggi, karena pembangunan kurang melibatkan perpustakaan dalam prosesnya.

Transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, katanya, menjadi salah satu program utama Perpusnas melibatkan kemampuan literasi. Di abad 21, literasi adalah alat kecakapan hidup sebagai modal penting untuk bersaing.

"Kita memerlukan anak-anak Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan kemauan kolaboratif," ungkap Syarif Bando.

Tidak hanya anak-anak milenial yang akan menjadi estafet penerus pembangunan, melainkan para orang tua juga harus didorong agar turut memiliki kemampuan literasi yang setara dengan generasi penerus.

"Orang tua kalau bisa malah mempunyai kemampuan multi literasi," katanya.

Demi memudahkan, literasi perlu dibingkai menjadi Gerakan Literasi Nasional. Gerakan yang tidak bergerak secara parsial melainkan kolaboratif. Pelibatan publik benar-benar di aktifkan karena tanpa kesadaran kolektif, upaya peningkatan daya saing hanya sekedar macan kertas.

Industri 4.0 yang sarat dengan artificial intellegence dan big data memerlukan trilogi kecakapan, antara lain pertama karakter, yakni kemampuan beradaptasi pada perubahan yang dinamis. Kedua, kompetensi yang bisa diperoleh manusia lewat pengalaman dalam memecahkan masalah. Dan ketiga literasi, yakni kemampuan berpikir kritis yang ditopang kemampuan baca tulis.

Sementara itu, Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur, Supratomo menyebut literasi merupakan episentrum untuk kemajuan budaya, dan itu ada dalam perpustakaan. 

Di Kabupaten Sumenep sendiri, yang terjadi saat ini adalah kurangnya sarana atau infrastruktur perpustakaan, bukan persoalan minat baca yang rendah. Oleh karena itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menggelorakan semangat membangun perpustakaan desa melalui penggunaan dana desa (APB Desa). Kabupaten Sumenep saat ini tercatat memiliki 330 desa/kelurahan namun hanya dibekali armada perpustakaan keliling tiga unit saja.

Di akhir sosialisasi, budayawan Madura Zawawi Imron menekankan, esensi dari perpustakaan bukan hanya fisik buku, melainkan makna yang terkandung dalam buku. Tatanan nilai Indonesia harus dijaga, jangan dirusak. Maka, penting literasi yang berkemajuan, berkebudayaan, dan bertakwa kepada Tuhan.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya