Liputan6.com, Gorontalo - Jika Anda salah satu penggemar jelajah alam, tidak ada salahnya untuk mencoba treking di lokasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Warga sekitar menyebutnya hutan Hungayono, yang berada di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo.
Di tempat ini pengunjung bisa merasakan suasana alam yang sesungguhnya, mengingat lokasi ini menjadi habitat asli hewan endemik Sulawesi, seperti tarsius, monyet hitam, dan burung maleo.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Selain menyajikan pemandangan hutan yang masih asri, Hungayono juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi pelancong yang hendak melakukan treking dan menjelajah alam.Â
Untuk menuju lokasi tersebut, para wisatawan harus menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan treking selama 1 jam dengan medan yang cukup sulit dan menantang.
Jalur yang terjal dan berlumpur menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para traveler yang mau mencoba tacking ini. Namun perjalanan menantang ini tidak begitu terasa, sebab pasti perjalanan akan ditemani suara burung dan gemericik air alami.
Itulah sebabnya jika tempat ini menjadi lokasi pilihan para traveler yang hobinya bercengkrama dengan alam. Tidak hanya itu, hungayono juga banyak dikunjungi wisatawan asing, khususnya dari belanda yang ingin meneliti satwa.
"Memang ini lokasi wisata alam terbatas, namun banyak wisatawan turis kebanyakan dari belanda yang setiap bulan datang melancong. Namun karena pandemi saat ini mereka belum datang," kata Alim Polapa, warga setempat.
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut:
Panangkaran Maleo
Tidak hanya menikmati keindahan alamnya saja. Di hutan Hungayono, pengunjung juga bisa melihat langsung proses penetasan burung Maleo. Mulai dari pengambilan telur, penetasan hingga proses rilis burung dengan nama latin Macrocephalon.
"Memang surga tersembunyi, selain alam yang masih terjaga, kami juga bisa melihat proses penangkaran burung maleo. Tidak hanya melihat tapi kami juga diijinkan untuk melepas burung dari penetasan," kata Zidan Pakaya, salah satu Anggota Komunitas Pencinta Alam Hibata.
Ia menambahkan, Hungayono memang masih terjaga keaslian hutannya. Mulai dari aliran sungai yang masih jernih, di sini pula banyak pepohonan besar yang diperkirakan sudah hidup ratusan tahun lalu.
"Bagus untuk jadi bahan penelitian, dari Hungayono kami belajar tentang alam dan pelestarianya,"Â
Advertisement