Menyusuri Jejak Sunyi Menuju Kabut Dingin Puncak Lestari Gorontalo

Sekitar satu jam waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak. Selama pendakian, deru napas berpadu dengan suara langkah kaki di atas bebatuan basah, menjadi irama khas di telinga para pendaki.

oleh Arfandi Ibrahim Diperbarui 20 Apr 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2025, 03:00 WIB
Puncak Lesatari
Terletak di Desa Tapaluluo, Kecamatan Telaga Biru, Puncak Lestari menyimpan keindahan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Terletak di Desa Tapaluluo, Kecamatan Telaga Biru, Puncak Lestari menyimpan keajaiban yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berani menaklukkan jalurnya.

Jalan berliku, tanjakan tajam, dan medan licin menjadi tantangan pertama sebelum sampai ke titik puncak pendakian.

“Kalau belum terbiasa, mungkin akan menyerah di tengah jalan,” kata Podungge Ahmad, salah satu pengunjung yang datang dari Kota Gorontalo bersama komunitas pecinta alam.

Dari lokasi parkir, perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki. Jalur setapak yang diapit pepohonan hutan mengantar para pendaki menyusuri lereng bukit.

Sekitar satu jam waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak. Selama pendakian, deru napas berpadu dengan suara langkah kaki di atas bebatuan basah, menjadi irama khas para pendaki.

Meski melelahkan, suguhan panorama di puncak menjadi obat penawar. Begitu sampai, kabut tipis menyambut dan langit perlahan menampakkan warna kebiruan.

Dari ketinggian, hamparan perbukitan hijau seolah tak berujung. Jika cuaca bersahabat, Danau Limboto akan terlihat jelas seperti cermin raksasa yang memantulkan cahaya pagi.

“Waktu kami naik, hanya kabut yang tampak. Tapi justru itu yang bikin magis. Seolah sedang berdiri di negeri awan,” ujar Zul dengan sorot mata yang berbinar.

Destinasi Favorit Milenial

Bukan hanya pendaki, Puncak Lestari juga menjadi favorit kalangan milenial. Banyak dari mereka datang hanya untuk sekadar berfoto, mencari latar Instagramable yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

"Lanskap puncak yang alami dan belum tersentuh banyak pembangunan justru menjadi daya tarik utama," kata Cani Abdullah pengunjung lain.

Bermalam di Puncak Lestari memberikan pengalaman berbeda. Angin malam membawa butiran embun yang menusuk hingga ke tulang. Suhu turun drastis menjelang dini hari, membuat jaket dan kantong tidur menjadi perlengkapan wajib.

“Pagi hari adalah puncak kenikmatan. Angin yang membawa embun itu langsung menerpa wajah. Dingin, tapi menyegarkan,” lanjut Iyan.

Sebagai bagian dari kawasan hutan yang masih asri, Puncak Lestari memikul beban berat demi menjaga kelestarian lingkungan.

Pengunjung diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan dan membawa kembali semua barang bawaan. Menurut warga sekitar, kawasan ini termasuk dalam zona konservasi yang masuk pengawasan Dinas Lingkungan Hidup.

“Jaga kebersihan. Kalau tempat ini rusak, tak akan ada lagi alasan untuk kembali, itu yang kami sampaikan ke pendaki yang datang,” kata seorang warga lokal yang biasa mengantar wisatawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya