Maling Bersarung Bobol Kotak Amal Masjid Cabang NU Pertama di Indonesia

Kotak amal Masjid Al Ma'shum di Dukuh Pelem, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, dibobol maling bersarung

oleh Ahmad Adirin diperbarui 28 Jan 2021, 03:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 03:00 WIB
Tangkapan layar rekaman CCTV pembobolan kotak amal masjid Al Ma'shum di Dukuh Pelem, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Tangkapan layar rekaman CCTV pembobolan kotak amal masjid Al Ma'shum di Dukuh Pelem, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

 

Liputan6.com, Blora - Maling bersarung membobol kotak amal Masjid Al Ma'shum Jepon, Blora. Masjid tersebut merupakan masjid cabang Nahdlatul Ulama (NU) pertama di Indonesia.

Saat melakukan aksinya, pelaku terekam kamera CCTV (close circuit television) yang terpasang di area masjid, dengan ciri-ciri mengenakan sarung, berjaket, dan membawa tas. Setelah beberapa kali mencoba membuka gembok, pencuri itu berhasil membuka kotak amal.

Sebelum mengambil, pencuri tersebut sempat melihat kondisi sekitar. Ia juga sempat mengubah posisi kamera CCTV sebelum mengambil sejumlah uang di dalam kotak amal.

Salah seorang imam masjid yang enggan disebut namanya mengaku, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Menurutnya, sebelum beraksi pencuri itu menyempatkan untuk salat terlebih dahulu.

"Sebelum mengambil uangnya, pencuri kotak amal (sempat) salat isyak," katanya saat ditemui di Masjid Al Ma'shum, Rabu (27/1/2021).

Rencananya, uang yang berada di dalam kotak amal tersebut akan digunakan untuk memasang keramik lantai madrasah di sekitar masjid. Selain itu, pihak takmir masjid telah mengambil uangnya sekitar dua minggu yang lalu.

"Ada (uangnya) tapi enggak banyak," ujar imam masjid tersebut.

Sementara itu, Kapolsek Jepon, Iptu Supriyono mengatakan, pihaknya telah mengetahui rekaman cctv pencuri kotak amal. Tapi, pihaknya sampai saat ini belum ada laporan resmi dari takmir masjid.

"Dari pihak takmir masjid tidak berniat untuk melaporkan. Padahal untuk laporan polisi kan harus ada pelapor, harus ada saksi. Tapi kita sudah cek TKP. Kejadiannya tadi malam," terang Supriyono.

Meskipun belum ada laporan dari pihak masjid, Supriyono masih menunggu laporan dari anak buahnya terkait pencurian kotak amal.

"Anggota masih di lokasi, jadi saya masih belum bisa menyampaikan. Nanti kalau sudah diketahui identitasnya kan kami bisa menindak," ujarnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Historikal Masjid Al Ma'shum

Jejak Mbah Ma'shum
Masjid Al Ma'shum di Dukuh Pelem, Kelurahan Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Untuk diketahui, Masjid Alma'shum tidak terlepas dari historikal Mbah Ma'shum bin Syamsuddin. Mungkin, namanya tidak begitu familiar di masyarakat luas. Namun Mbah Ma'shum bukan orang sembarangan, dia merupakan sosok kiai pertama yang mendirikan cabang Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.

Mbah Ma'shum merupakan ulama besar kelahiran Desa Tinatah, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Dirinya wafat pada 1947 dan dimakamkan di Kidangan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Sebelumnya, Syaerozi salah seorang suami dari cucu Mbah Ma'shum kepada Liputan6.com menceritakan, cabang NU pertama di Indonesia ada di Kabupaten Blora, berdiri pada 1927, tepatnya setahun setelah NU berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926.

"Demi kemajuan organisasi NU waktu itu, pada tahun 1930-an cabang NU yang semula di sini (Kidangan), dipindahkan ke Blora Kota barat alun-alun," kata Saerozi.

Berita Majalah Lailatul Idjtima' Nahdlotoel Oelama (LINO) pada awal Mei 1971 juga pernah memuat informasi cabang NU Blora merupakan cabang pertama di Indonesia.

"Saya ingat betul waktu itu, di majalah LINO jelas-jelas disebutkan bahwa NU Cabang pertama berdiri pada tahun 1927 dan pusatnya di Kidangan,” ungkapnya.

Syaerozi juga mengatakan, peresmian NU cabang pertama di Indonesia saat itu sempat mendapat perhatian luas dari umat Islam. Ribuan masyarakat hadir pada acara peresmian.

"Dulu, secara langsung dihadiri KH Wahab Hasbullah, KH Asyari dan KH Abdullah Ubaid," katanya.

Saat itu, kata Syaerozi, yang menjadi pemimpin cabang NU pertama adalah Mbah Ma'shum Kidangan sendiri. Sudjak (seorang pensiunan komandan polisi) sebagai Sekretarisnya, Tjipto sebagai Bendahara, dan Chasan Hardjo sebagai seksi pembantu (perlengkapan).

"Untuk Syuriyah dipercayakan kepada Kiai Muntaha, Kiai Muzayyin, H Zaenuri dan Kiai Tamzis," terangnya.

Saat cabang NU pertama didirikan, kata Syaerozi, kala itu kolonial Belanda masih bercokol. Usaha-usaha yang dilaksanakan NU cabang Blora sering mendapat gangguan dari penjajah.

"Mbah Ma’shum Kidangan juga pernah ditahan oleh Belanda," katanya.

Dalam dakwahnya, cabang NU pertama langsung mendirikan jemaah di desa-desa yang belum memiliki masjid. Kemudian pengurus juga membangun masjid dan madrasah di sejumlah desa, antara lain Masjid Desa Brumbung, Masjid Al Ma'shum Dukuh Pelem-Kidangan, Masjid Desa Puledagel, Masjid Desa Tempellemahbang, Madrasah Diniyah Dukuh Pelem-Kidangan, Madrasah Diniyah Jetis Blora, dan lain sebagainya.

Di Majalah LINO kala itu, lanjut Syaerozi, disebutkan mulai tahun 1930 setalah cabang NU dipindah ke Blora kota, barulah dilakukan penyempurnaan kepengurusan.

"Seperti Ketua Umum Kiai Ma'shum Syamsuddin dan Wakil Ketua umum H Asjhari," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya