Liputan6.com, Pekanbaru - Titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau naik tajam pada Jumat petang, 5 Maret 2021. Jumlah tersebut berbanding terbalik pada pagi harinya.
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, titik panas indikasi karhutla pada Jumat petang ada 35. Sementara pada pagi harinya hanya 8 titik panas.
Advertisement
Baca Juga
Prakirawan BMKG Pekanbaru Bibin Sulianto menyebut 35 titik panas paling banyak terdeteksi di Kepulauan Meranti yaitu 10, kemudian Bengkalis 7 titik, Pelalawan 6 titik, dan Rokan Hilir 1 titik.
"Sementara Kota Dumai, Kabupaten Indragiri Hilir dan Siak, masing-masing 4 titik," kata Bibin dalam keterangan tertulisnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Jim Ghafur menjelaskan, karhutla di Bumi Lancang Kuning sudah menghanguskan 590 hektare lahan.
"Itu data 3 Maret lalu, perhitungannya secara global," kata Jim pada Jumat siang.
Simak video pilihan berikut ini:
Hari Tanpa Hujan
Jim menyebut karhutla paling parah terjadi di pesisir timur. Misalnya Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti dan Kota Dumai, kemudian merembet ke Siak, Pelalawan hingga Indragiri Hilir.
"Itu fase pertama karena daerahnya sangat kering oleh hari tanpa hujan," ucap Jim.
Jim menyebut beberapa daerah tersebut sudah dua pekan mengalami hari tanpa hujan. Ini membuat gambut di daerah itu mengering.
"Hari tanpa hujan membuat gambut paling berisiko karena kering sekali," kata Jim.
Jim menerangkan, gambut kering sangat mudah terpantik api kemudian cepat meluas. Gambut ini juga sulit dipadamkan karena tiupan angin kencang di daerah pesisir.
"Petugas berkejaran dengan waktu karena lokasi terbakar itu juga jauh dijangkau," sebut Jim.
Kendala lainnya, tambah Jim, ada ketersediaan air karena hari tanpa hujan tadi. Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat kemudian mencari ke daerah lain.
Advertisement