Angka Kematian Melonjak dan ICU Penuh, Ayo Warga Riau Tahan Diri Dulu Keluar Rumah

Angka kematian warga di Riau karena terinfeksi Covid-19 masih tinggi dan ditambah lagi dengan penuhnya ruangan ICU di rumah sakit rujukan.

oleh M Syukur diperbarui 06 Agu 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2021, 14:00 WIB
Pemakaman warga Riau yang terpapar Covid-19 di tempat pemakaman khusus pasien virus corona di Pekanbaru.
Pemakaman warga Riau yang terpapar Covid-19 di tempat pemakaman khusus pasien virus corona di Pekanbaru. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Angka kematian warga di Riau karena terinfeksi virus corona masih tinggi. Pada 5 Agustus 2021, terdapat 35 pasien meninggal karena Covid-19 setelah mendapat perawatan di rumah sakit rujukan.

Jumlah itu memang turun dibanding hari sebelumnya, yaitu 46 warga. Dengan demikian hingga Kamis petang sudah ada 2.792 warga Bumi Lancang Kuning kehilangan nyawa karena Covid-19 di Riau.

Jumlah itu diprediksi terus bertambah karena konfirmasi harian Covid-19 di Riau tak turun signifikan. Hingga kini, sejak pandemi melanda Riau, sudah ada 103.194 warga terpapar oleh virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu.

Di sisi lain, kondisi kritis karena Covid-19 terus terjadi di rumah sakit rujukan. Keterisian ruangan rawat biasa sudah di atas 70 persen dan paling mencemaskan di ruangan ICU karena di atas 90 persen.

"Belum turun sampai sekarang, 90 persen lebih itu sama saja artinya tidak ada lagi ruang ICU," kata juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi, Kamis siang.

Yovi mengatakan, empat daerah di Riau menjadi perhatian karena mencatatkan angka tertinggi kematian. Pertama tentu saja Kota Pekanbaru, kemudian Kabupaten Kampar, Indragiri Hilir, dan Bengkalis.

"Ini menjadi perhatian bersama selama PPKM level 4 yang sudah dua minggu diterapkan di Pekanbaru, ternyata belum mampu menurunkan," jelas Yovi.

Yovi menerangkan, saat ini banyak warga terpapar Covid-19 tidak mendapatkan ruangan ICU. Akibatnya, banyak pasien tak terawat dengan maksimal sehingga berujung kematian.

"Keterisian ICU itu seiring dengan kasus baru, kalau masih tinggi berarti kebutuhan ICU tinggi juga," ucap Yovi.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Varian Delta?

Menurut Yovi, satu-satunya cara mengatasi ICU ini adalah menekan penyebaran atau jangan menambah kasus konfirmasi. Caranya, meniadakan kasus baru dengan tidak membuat kerumunan.

"Kemudian memakai masker, rajin cuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas, tidak ada yang lain," ucap Yovi.

Yovi sadar betul masyarakat sudah bosan mendengar imbauan protokol kesehatan itu. Namun, selama tidak ada cara lain, masyarakat harus disiplin menegakkan protokol kesehatan.

"Jangan kemudian testing dan tracing yang dikurangi, itu bukan jalan karena virus terus menyebar," jelas Yovi.

Dirinya berasumsi virus corona varian Delta sudah masuk ke Riau sehingga angka konfirmasi harian terus tinggi. Hanya saja belum ada bukti ilmiah karena masih menunggu pemeriksaan laboratorium di Jakarta.

"Jangan sampai keluarga kita kena, jagalah keselamatan dengan mengurangi mobilitas," ucap Yovi.

Terkait ICU, Yovi menyebut penambahannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selain ruangan dan alat khusus, tenaga medisnya juga harus demikian.

Tenaga medis di ICU, tambah Yovi, haruslah orang terlatih. Misalnya saja perawat yang tidak sama dengan perawat yang sehari-hari bertugas di ruangan biasa.

"Mungkin orang berpikir, tinggal tambah tempat tidur, beli alat, lah kalau petugasnya tidak ada bagaimana," tegas Yovi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya