Liputan6.com, Papua - Sebanyak 19 orang alumni Pusat Pelatihan Teknik Industri dan Migas (P2TIM) Teluk Bintuni, Papua Barat berangkat ke Brunei Darussalam Selasa (22/11). Sebagian besar dari mereka adalah Orang Asli Papua (OAP) yang dikontrak Massutera Engineering SDN Bhd.
Menurut Direktur Petrotekno Hendra Pribadi, ini adalah bukti jika pelatihan yang diberikan selama ini membuahkan hasil. OAP hanya perlu mendapat kesempatan untuk mampu berkompetisi di berbagai level termasuk internasional.
Baca Juga
"Ini adalah bukti bahwa lulusan P2TIM memiliki kualitas yang diterima oleh dunia Internasional. Tentunya kita berharap akan lebih banyak perusahaan lain di Indonesia untuk memberikan kesempatan kepada anak didik kita. Saat ini justru perusahaan di negeri kita sendiri yang masih ragu atas kualitas mereka," kata Hendra dalam keterangannya yang dikirimkan Minggu (21/11/2021).
Advertisement
Hendra melanjutkan, untuk menuju keberhasilan bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja tapi semua itu butuh proses. Semua butuh waktu, tenaga, dan dukungan dari semua pihak. Petrotekno sendiri adalah perusahaan yang bekerja dengan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni untuk mengelola P2TIM.
Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dan Provinsi Papua Barat memang berkomitmen dalam mengejar ketertinggalan pengembangan SDM di Papua Barat dengan menghadirkan P2TIM.
"Investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk menghadirkan sebuah program pengembangan SDM di Kabupaten Teluk Bintuni, yang diakreditasi secara nasional ataupun internasional, tidak sedikit. Hari ini kita menyaksikan bukti nyata hasil dari investasi tersebut dimana orang Papua bisa ikut membangun dunia," ujarnya.
Dengan begini maka orang Papua bisa mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik dari waktu ke waktu.Mereka yang dikontrak itu mempunyai keahlian pipe fitter yang mana merupakan salah satu dari enam disiplin ilmu yang dimiliki di P2TIM.
"Persiapan kami bekerja di Brunai adalah mental dan fisik. Mana ada perusahaan yang mau menerima kalau kita sakit-sakitan. Kita diuji selama 4 bulan terakhir menunggu proses rekrutmen ini. Puji Tuhan karena yang selama ini kita tunggu bisa terwujud," tambah William Franklin Wamburye, yang merupakan putra 7 suku.
Arnol Onan C. Wanma melanjutkan, dirinya tidak pernah bermimpi untuk kerja di luar negeri. "Jangankan bermimpi keluar negeri, keluar Papua saja kami tidak pernah menaruh harapan. Tapi setelah lulus dari P2TIM itu adalah motivasi dan harapan baru bagi kami," lanjutnya.
Sementara Muh. Yusuf Amin—yang kelahiran Papua—menerangkan jika di negeri Petro Dollar itu mereka akan digaji kisaran 30-45 dollar Brunei perharinya. Ini setara Rp300-450 ribu perhari. Kini mereka telah berada di Jakarta untuk selanjutnya berangkat ke Brunei.
P2TIM merupakan Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) di bawah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Teluk Bintuni.
Pusat Pelatihan yang mengedepankan program pengembangan SDM ini merupakan program kerjasama Pemda Kabupaten Teluk Bintuni dan Petrotekno.
Petrotekno mendesain dan mengoperasikan pusat pelatihan tersebut. Sejauh ini ada 8 angkatan yang lulus atau sekitar 800 siswa. Para lulusan memperoleh sertifikasi nasional dari BNSP dan internasional dari ECITB.