Liputan6.com, Yogyakarta - Pada tahun 1961, dunia dikejutkan oleh hilangnya Michael Rockefeller, putra dari keluarga Rockefeller yang terkenal sebagai salah satu dinasti terkaya di dunia. Michael, yang saat itu berusia 23 tahun, melakukan ekspedisi ke Papua, yang masih menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda.
Mengutip dari berbagai sumber, tujuan kedatangannya bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk mengejar passionnya terhadap seni tradisional, khususnya seni suku Asmat. Akan tetapi, ekspedisi ini berakhir tragis dan menyisakan misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
Advertisement
Pada 19 November 1961, Michael bersama rekannya, Rene Wassing, dan dua pemandu lokal sedang berada di sebuah perahu di lepas pantai Papua. Cuaca yang awalnya tenang tiba-tiba berubah ekstrem, menyebabkan perahu mereka karam.
Advertisement
Baca Juga
Dua pemandu lokal memutuskan untuk berenang mencari bantuan, tetapi mereka tidak pernah kembali. Setelah menunggu selama 24 jam, Michael memutuskan untuk berenang ke daratan dengan menggunakan dua jerigen kosong yang diikat di pinggangnya agar bisa mengapung.
Jarak yang harus ditempuh mencapai sekitar 19 kilometer. Sementara itu, Rene Wassing tetap bertahan di perahu yang rusak dan akhirnya berhasil diselamatkan.
Hilangnya Michael memicu operasi pencarian besar-besaran. Keluarga Rockefeller bahkan menawarkan hadiah sebesar 250.000 dolar AS bagi siapa pun yang dapat menemukan Michael.
Akan tetapi, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Tidak ada jejak Michael yang ditemukan, baik hidup maupun mati.
Hilangnya putra keluarga kaya raya ini pun memicu berbagai spekulasi dan teori konspirasi. Salah satu teori yang muncul adalah bahwa Michael selamat dari peristiwa tersebut, tetapi menjadi korban balas dendam suku Asmat.
Tiga tahun sebelum kedatangan Michael, tentara Belanda melakukan operasi militer yang menewaskan beberapa anggota suku Asmat. Beberapa penduduk lokal mengklaim bahwa Michael, yang terdampar di wilayah suku Asmat, menjadi sasaran balas dendam akibat konflik tersebut.
Pada tahun 1969, muncul kabar yang menambah misteri hilangnya Michael. Sebuah rekaman video menunjukkan seorang pria kulit putih berada di tengah-tengah suku Asmat.
Beberapa orang menduga bahwa pria tersebut adalah Michael Rockefeller. Akan tetapi, tidak ada bukti kuat yang mengonfirmasi kebenaran dugaan ini.
Penulis: Ade Yofi Faidzun