Harga Meroket, Petani Sawit Kampar Bersemangat Kembali ke Kebun

Petani sawit dan pekerja Kopsa-M ingin fokus lagi mengurus kebun melihat kenaikan harga sawit dan memilih mengesampingkan soal kepengurusan untuk sejenak.

oleh M Syukur diperbarui 27 Nov 2021, 05:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2021, 05:00 WIB
Pekerja sawit koperasi di Kabupaten Kampar berembuk sebelum membuka jalan dan membersihkan kebun sawit.
Pekerja sawit koperasi di Kabupaten Kampar berembuk sebelum membuka jalan dan membersihkan kebun sawit. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Harga tandan buah segar (TBS) sawit tak ada turunnya di Riau bahkan mencapai Rp3.400 per kilogram. Hal ini membuat petani yang tergabung dalam Koperasi Sawit Makmur (Kopsa-M) di Desa Pangkalan Baru, Kabupaten Kampar, mulai berbenah.

Sejenak, petani dan pekerja tak ingin larut dalam konflik internal kepengurusan Kopsa-M. Ada ribuan hektare lahan yang butuh perhatian sejak ada dua versi kepengurusan.

"Soal kepengurusan kami kesampingkan dulu, ada sisi ekonomi dari kebun yang harus diperhatikan," ucap seorang petani, Rizal, saat ditemui di kebun sawit Kopsa-M, Kamis siang, (25/11).

"Kami baca berita, harga sawit naik terus, ini harus dimanfaatkan petani untuk mengurus kebun yang sudah tiga bulan tak terurus," tambahnya.

Sebelum panen, puluhan petani sawit dan pekerja sudah berembuk dengan ninik mamak dan kepala desa. Yang pertama kali dilakukan adalah pembersihan jalan sebagai akses masuk.

Puluhan pekerja dan petani sudah mengecek kebun. Pohon sawit sudah banyak yang ditumbuhi semak sehingga akan dibersihkan dulu setelah jalan dibersihkan.

"Beberapa hari ke depan kami akan gotong royong membersihkan kebun," kata Rizal.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Target 800 Hektare

Ceritanya, petani dan pekerja sudah mendapatkan secercah semangat setelah mendapat dua kali talangan dari PT Perkebunan Nusantara atau PTPN V sebagai mitra Kopsa-M.

Sementara untuk panen nanti, petani berharap PTPN V kembali membuka DO PB (surat pemesanan buah). Hasil penjualannya akan masuk ke rekening bersama.

"Target lahan yang panen 800 hektare, diangsur nanti," jelasnya.

Di sisi lain, petani saat mengecek kebun menemui beberapa jalan utama sudah rusak. Petani curiga ada yang sengaja dirusak karena ada bekas alat berat di lokasi.

Petani sudah tahu orang yang diduga merusak jalan itu. Petani sudah meminta perusak itu memperbaiki jalan lagi karena untuk kebaikan bersama.

"Demi petani dan pekerja juga, kalau tidak mau memperbaiki akan kami laporan ke Polres Kampar," kata Rizal.

Buka Pintu Selebarnya

Disinggung soal kepengurusan, petani mengakui memang ada rapat anggota luar biasa (RALB). Di sisi lain, ketua Kopsa-M RALB Martius sudah meninggal dunia beberapa hari terpilih. Otomotis hal ini membuat pucuk pimpinan kosong.

Terkait Anthony Hamzah yang saat ini tidak diketahui keberadaannya, masa jabatannya akan habis pada 2 Desember nanti.

Mau tidak mau, Kopsa-M harus melakukan rapat lagi. Saat ini, petani tengah membahas bagaimana format rapat, apakah rapat anggota tahunan, rapat khusus dan RALB.

Petani di desa itu, bukannya tak mau menerima Anthony lagi. Namun ada syaratnya, yaitu menyerahkan laporan pertanggungjawaban tahun 2019, 2020, dan 2021 serta menjelaskan ke mana saja penggunaan keuangan Kopsa-M selama ia menjabat.

"Kami sudah memintanya pulang, sajikan LPJ, harus langsung, tidak pakai zoom karena alasan Covid-19 tidak bisa dipakai lagi. Kita telah persiapkan upaya hukum untuk mengaudit keuangan Kopsa-M," paparnya.

Petani, sambung Rizal tak ingin rapat nanti diselenggarakan di luar desa. Apalagi sampai menyewa hotel karena lebih baik uangnya untuk petani.

"Lebih baik di desa, duduk bersama, makan bersama, bisa menghemat uang koperasi juga," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya