Banten Diguncang 1.077 Gempa Bumi Sepanjang Tahun 2021

Banten diguncang 1.077 gempa sepanjang tahun 2021. Jumlah itu meningkat 12,5 persen dibanding tahun 2020 sebanyak 840 kali gempa. Kekuatannya beraneka, antara 1,5 magnitudo hingga 6,0 magnitudo. Namun, yang dirasakan masyarakat ada 15 gempa bumi.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 05 Jan 2022, 05:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2022, 05:00 WIB
Potret Duka Korban Gempa Banten
Warga berdiri di pintu rumahnya yang hancur setelah gempa mengguncang Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Jumlah bangunan rusak akibat gempa berkekuatan 6,9 magnitudo yang mengguncang Banten terus bertambah. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Serang - Banten diguncang 1.077 gempa sepanjang tahun 2021. Jumlah itu meningkat 12,5 persen dibanding tahun 2020 yakni sebanyak 840 kali gempa. Kekuatannya beraneka, antara 1,5 magnitudo hingga 6,0 magnitudo. Namun, yang dirasakan masyarakat ada 15 gempa bumi.

Pusat gempa Banten umumnya berada di laut lepas, yakni di zona pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di bagian selatan Provinsi Banten hingga Jawa Barat.

"Periode Januari sampai Desember 2021, di wilayah Banten dan sekitarnya telah terjadi gempa bumi tektonik sebanyak 1.077 kali. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 aktivitas kegempaannya meningkat 12,5 persen frekuensi kejadiannya, pada periode tersebut terjadi 840 gempa bumi," kata Suwardi, Kepala BMKG Tangerang, melalui pesan elektroniknya, Selasa (04/01/2022).

Dari ribuan gempa bumi yang menggoyang Banten, sebanyak 966 kejadian atau 89,7 persen berada di kedalaman kurang dari 60 kilometer (km) dan termasuk gempa dangkal. Kemudian 100 kejadian atau 10,2 persen berada di kedalaman 60 km sampai 300 km atau kedalaman menengah. Hanya ada satu kejadian gempa di kedalaman lebih dari 300 km.

Gempa berkekuatan 3-5 magnitudo terjadi sebanyak 603 kali atau 56 persen, kurang dari 3 magnitudo ada 459 kejadian atau 43 persen dan kekuatan lebih dari 5 magnitudo ada 16 kejadian atau hanya 1 persen.

"Kegempabumian di Banten dibagi menjadi empat zona, yaitu Zona A, Zona B, Zona C dan Zona D," terangnya.

Simak video pilihan berikut ini:

Empat Zona Gempa Bumi di Banten

Zona A merupakan sumber gempa bumi terusan sesar Semangko dan Ujung Kulon. Kemudian Zona B, merupakan Sesar Cimandiri yang terbagi menjadi dua, yaitu Patahan Cimandiri dan Zona Patahan Pelabuhan Ratu. Zona C dan D merupakan sumber gempa bumi di Selat Sunda.

Selain empat zona tersebut, masih ada sumber gempa bumi lainnya, yaitu Zona Krakatau, patahan di Selat Sunda yang belum terindetifikasi. Kemudian Zona Megathrust, sumber gempa bumi di pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia yang berpeluang membangkitkan gempa bumi sangat kuat berpotensi diikuti tsunami.

Wilayah pesisir Provinsi Banten memiliki potensi terdampak tsunami yang dibangkitkan dari faktor tektonik, gempa bumi kuat di zona subduksi, dan non tektonik, erupsi vulkanik, dan longsoran di laut.

"Berdasarkan peta aktivitas gempa bumi atau seismisitas periode Januari hingga Desember 2021, tampak klaster gempa bumi paling aktif terjadi di Provinsi Banten adalah Zona A, yakni Terusan Sesar Semangko, Patahan Ujung Kulon. Zona B, Patahan Cimandiri dan Patahan Pelabuhan Ratu, dan Zona Megathrust," ujarnya.

Pentingnya Mitigasi Bencana

Saat terjadi gempa bumi, masyarakat diimbau menunduk, melindungi kepala dan leher. Saat sudah reda, segera menuju tempat evakuasi atau tempat terbuka yang aman.

Jika sedang berada di pesisir pantai melihat gelombang air laut berbuih disertai suara gemuruh yang kencang atau ada peringatan dini tsunami, segera pergi ke tempat tinggi hingga menunggu informasi kondisi aman dan pergi ke tempat evakuasi.

Saat proses evakuasi dan di tempat evakuasi, harus tetap mematuhi prokes Covid-19, karena corona masih menjadi momok di seluruh penjuru Indonesia hingga saat ini.

"Pelibatan unsur masyarakat di setiap kegiatan mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami seperti pembuatan peta evakuasi, latihan simulasi evakuasi mandiri menjadi sesuatu yang wajib, mengingat merekalah yang berpotensi paling terdampak. Dengan masyarakat yang terlatih dan terampil menghadapi bencana, niscaya jumlah korban dapat diminimalisir," jelasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya