Harga Tak Rasional, Politikus Gerindra Kritik Keras Rencana Kenaikan Tarif Listrik

Politiku Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono menolak keras kebijakan Pemerintah menaikkan tarif listrik. Menurutnya, kenaikan tarif listrik justru akan memberikan multiplier effect alias efek berganda terhadap perekonomian Tanah Air.

oleh Abelda RN diperbarui 06 Jan 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2022, 20:00 WIB
FOTO: Tahun Depan, Tarif Listrik Non Subsidi Bakal Naik
Warga melakukan pengisian listrik di rumah susun kawasan Jakarta, Selasa (30/11/2021). Kementerian ESDM bersama Banggar DPR RI berencana menerapkan kembali tariff adjustment (tarif penyesuaian) bagi 13 golongan pelanggan listrik PT PLN (Persero) non subsidi tahun 2022. (Liputan6 com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Balikpapan - Politikus Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono menolak keras kebijakan pemerintah menaikkan tarif listrik. Menurutnya, kenaikan tarif listrik justru akan memberikan multiplier effect alias efek berganda terhadap perekonomian Tanah Air. Rencana tersebut membuat inflasi naik tidak terkendali sehingga mengganggu program pemulihan ekonomi Presiden Jokowi.

Seharusnya, kata Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra ini, tarif listrik di Indonesia jauh lebih murah, lantaran PLN mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp5 triliun pada 2022.

Apalagi Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sumber energi dan terbesar di dunia, misalnya geotermal, minyak, gas, batubara, dan kelapa sawit.

Simak video menarik ini:

Lebih Mahal dibandingkan Jerman

Ketua Dewan Pembina DPP Gapasdap  Bambang Haryo Soekartono
Ketua Dewan Pembina DPP Gapasdap Bambang Haryo Soekartono

Namun faktanya, tarif listrik di Indonesia lebih mahal ketimbang di Jerman. Diungkapkan Bambang Haryo, perbandingan tagihan listrik di Jerman sama dengan di Indonesia.

Dia mencontohkan, dengan penggunaan peralatan listrik yang jumlah watt-nya sama, misalnya di Jerman menggunakan peralatan listrik: Mesin Cuci Baju 2000 watt - Mesin Cuci Piring 1000 watt - Setrika 1200 watt - Kompor Listrik dan Oven 3.000 sampai 4.000 watt, - Vacum Cleaner 750 watt - Water Heater 1.500 watt dan 1 AC, pada saat untuk musim panas yang besaran penggunaan per bulan listriknya adalah hampir sama atau lebih besar dengan di Indonesia yang menggunakan 1 AC 1 PK dan 1 kulkas pendingin 2 pintu.

"Bahkan penggunaan jumlah elektronik di Jerman agak lebih besar penggunaan listrik pertahunnya," imbuh pria alumni ITS Surabaya

Namun, tagihan listrik di Jerman pada Juni 2021 per bulan sebesar 67 Euro atau di kurs rupiah sebesar Rp1.079.169 sedangkan di Indonesia tagihan listrik di atas sesuai dengan struk pembayaran tagihan adalah sebesar Rp909.580. 

Padahal, di Jerman tarif listrik perkwh 3 kali lipatnya dari Indonesia yaitu 36 sen US/perkwh karena di Jerman menggunakan bahan baku energi listrik yaitu gas dan batubara yang diimpor dari Rusia dan energi terbarukan kincir angin serta merupakan tarif listrik termahal nomor 2 di dunia.

Indonesia Kaya Sumber Energi

Ilustrasi tarif Listrik Naik
Ilustrasi tarif Listrik Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Sedangkan di Indonesia yang mempunyai sumber energi bermacam-macam dan banyak, tarif listriknya yang dicantumkan Pemerintah sebesar 11 sen US/kwh besaran tagihan di dua negara tersebut adalah hampir sama, berarti diduga tarif listrik di Indonesia jauh lebih besar dari tarif listrik yang ada di Jerman per-kwh-nya. 

"Sehingga tarif listrik di Indonesia bisa dikatan merupakan tarif listrik yang termahal di dunia," ungkap Ketua Dewan Penasihat Gerindra Jatim.

Apabila ini benar maka diduga PLN melakukan pembohongan publik atau memang kesalahan teknis operasional yang mengakibatkan tagihan menjadi tidak rasional.

Maka, PLN harus segera membenahi dan tidak boleh menaikkan tarif di 2022 sebelum PLN melakukan pembenahan dan sementara menolak kenaikan tarif listrik 2022 ini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya