Liputan6.com, Yogyakarta - Kota Yogyakarta sebagai destinasi favorit para wisatawan tak bisa lepas dari keberadaan becak. Di sepanjang Jalan Malioboro sangat mudah menemukan keberadaan tukang becak.
Tidak dipungkiri, kini sudah mulai sulit menemukan tukang becak tradisional yang dikayuh karena sebagian besar tukang becak beralih ke becak motor atau bentor.
Dikutip dari berbagai sumber, hadirnya becak Yogyakarta berkaitan dengan kawasan pecinan Kampung Ketandan. Becak di Yogyakarta hadir berkat dari peran Ong Kho Sioe seorang pengusaha yang tersohor pada 1940-an.
Advertisement
Baca Juga
Juragan beras ini merupakan pemilik Gedong Tinggi atau Rumah Kongsi di Kampung Ketandan. Tercatat, ia memiliki empat buah rumah kongsi, yakni rumah kongsi OKS atau Ong Kho Sioe, rumah kongsi OOP atau Ong O Poo, rumah kongsi Suryatman dan rumah kongsi Kantil yang kini menjadi toko Mirota.
Dengan usaha beras miliknya, Ong Kho Sioe berusaha membantu orang-orang dari China yang datang ke Kampung Ketandan. Berbekal dengan pengetahuannya Ong Kho Sioe merakit becaknya sendiri yang diberi nama becak OKS.
Ia mengumpulkan besi, rangka, slebor hingga terpal lalu merakit becak di bengkelnya sendiri. Salah satu alasan Ong Kho Sioe membuat becak adalah untuk mengantar istrinya mengirim beras ke konsumennya, mengantar beberapa kawan-kawan Ong Kho Sioe, dan tamu-tamu dari China.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kurir Logistik saat Perang Kemerdekaan
Pada masa perjuangan kemerdekaan baik melawan Jepang maupun Belanda, becak-becak OKS itu pun turut menjadi kurir logistik.
Ong Kho Sioe pun berhasil merekrut banyak tukang becak hingga jumlah becak miliknya juga bertambah banyak. Untuk menjaga keakraban dengan para tukang becaknya, Ong Kho Sioe rajin menggelar pentas wayang kulit.
Bukan hanya sekedar pentas, Ong Kho Sioe juga turut menjamu para pengemudi becak miliknya. Ia tersohor sebagai juragan becak yang baik hati. Ong Kho Sioe meninggal pada 1979.
Sayangnya, keberadaan becak-becak OKS di Ketandan kini menjadi misteri. Yang tersisa hanya ingatan rumah-rumah para juragan becak di daerah tersebut.
Salah satu warga Ketandan yang masih ingat keberadaan becak yang lahir di Pecinan adalah Ong Muk Nang yang lahir tahun 1940. Dia adalah generasi kedua becak OOP (Ong O Poo).
Hingga saat ini di Yogyakarta ada beberapa merek becak, seperti, Kalimantan, PUN, King Kong, Sinar Laut, Pasti Jaya, dan Caroko. Becak Caroko adalah perusahan becak pertama yang dimiliki oleh pengusaha Jawa pada 1968.
Penulis: Tifani
Advertisement