Suka Duka Karyawan Minimarket Saat Diserbu Warga yang Berebut Minyak Goreng

Minyak goreng satu harga yang sangat sulit untuk didapatkan, dibenarkan oleh sejumlah karyawan minimarket.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 12 Mar 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2022, 21:00 WIB
FOTO: Kenaikan Harga Minyak Goreng Penyumbang Utama Inflasi
Pedagang menata minyak goreng di sebuah pasar di Kota Tangerang, Banten, Selasa (9/11/2011). Bank Indonesia mengatakan penyumbang utama inflasi November 2021 sampai minggu pertama bulan ini yaitu komoditas minyak goreng yang naik 0,04 persen mom. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Gorontalo - Minyak goreng satu harga yang sangat sulit untuk didapatkan, dibenarkan oleh sejumlah karyawan minimarket di Provinsi Gorontalo. Menurut mereka,  jika minyak goreng hanya dengan hitungan menit segera ludes dibeli.

Tidak hanya cepat habis, minyak goreng satu harga yang masuk ke toko dinilai sangatlah terbatas. Selain terbatas, pendistribusiannya juga tidak rutin masuk setiap hari.

"Minyak goreng masuk itu sekitar enam katon dengan isi 10 bungkus ukuran dua liter. Tidak lama habis diborong warga," kata Hendra salah satu karyawan minimarket kepada Liputan6.com, Jumat (11/03/2022).

"Biasanya pihak distributor mengantar minyak goreng itu satu kali dalam dua hari. Menurut pengamatan saya tidak cukup," ungkapnya.

Selain itu kata Hendra, saat minyak goreng masuk, masyarakat yang membeli dibatasi. Setiap orang hanya bisa mendapatkan satu bungkus minyak goreng dengan ukuran dua liter.

"Meskipun kami batasi, banyak masyarakat yang datang kecewa karena tidak kebagian," tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Korban Perasaan

"Kami sudah korban perasaan dengan masyarakat. Banyak yang bertanya minyak goreng, tapi apalah daya memang terbatas," katanya.

Sementara itu, salah satu warga Kota Gorontalo Safril, meminta agar pemerintah bisa memperhatikan kondisi ini. Jangan hanya stok yang selalu ditambah, tapi pendistribusiannya yang dinilai tidak teratur.

"Saya melihat Pemerintah hanya fokus menambah stok, tapi pendeistribuasiannya tidak karuan," kata Safril.

Syafril mengaku, jika pendistribusian minyak goreng tidak diatur, bisa jadi hal itu menjadi faktor utama kelangkaan.

"Kami selalu berharap minyak goreng mudah didapatkan di minimarket, tapi nyatanya tidak seperti yang diharapkan," ia menandaskan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya