Liputan6.com, Denpasar - Hidup di tengah kemiskinan, namun tak menghilangkan semangat untuk terus berbakti kepada ibunya yang sudah lumpuh. Ia adalah Uwais Al-Qarni, pemuda yang lahir dan besar di pinggiran Yaman. Tidak terkenal di bumi, namun terkenal sebagai penghuni langit.
Uwais Al-Qarni tinggal di zaman Rasulullah SAW. Ketika Islam sampai ke negeri Yaman, Uwais dan ibunya termasuk orang yang ikut mengucapkan dua kalimat syahadat.
Uwais hidup dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal sewaktu kecil. Ia dibesarkan oleh ibu yang sangat menyayangi anaknya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Ketika Uwais beranjak dewasa, ia membalas jasa ibunya dengan berbakti meskipun penyakit kulit yang terus menggerogotinya. Selain terkenal akan bakti pada sang ibu, di sisi lain Uwais juga sangat merindukan sosok Rasulullah SAW.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sakskan Video Pilihan Ini:
Pergi ke Madinah untuk Bertemu Rasulullah SAW
Suatu ketika, Uwais pergi ke Madinah setelah mendapatkan restu dari ibunya. Tujuannya adalah bertemu dengan Rasulullah SAW.
Sesampainya di Madinah, Uwais hanya bertemu dengan Siti Aisyah RA. Kala itu Rasulullah SAW sedang memimpin peperangan.
Uwais pun kembali pulang ke Yaman karena ingat dengan ibunya yang sedang sakit. Meski tak bertemu Rasulullah SAW, Uwais tetap menitipkan salam melalui Siti Aisyah ra.
Kendati belum berjumpa dengan Rasulullah SAW, namun nama Uwais telah disebutkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat.
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” (HR. Ahmad).
Advertisement
Menggendong Sang Ibu ke Mekah
Ibu Uwais sangat merindukan kota Mekah. Ia ingin pergi ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” demikian permintaan sang ibu.
Uwais merenung sebab perjalanan dari Yaman ke Mekah cukup jauh. Harus melewati padang pasir yang tandus dan perbekalan yang cukup.
Karena ingin tetap berbakti pada ibunya, akhirnya Uwais menemukan jalan keluar. Ia membeli seekor lembu dan membuat kandangnya.
Ternyata tujuan membeli lembu adalah untuk latihan membawa ibunya yang lumpuh selama perjalanan dari Yaman ke Mekah. Setiap pagi Uwais naik turun bukit sembari menggendong lembu.
Tibalah musim haji. Lembu milik Uwais beratnya mencapai 100 kg. Uwais semakin kuat dan ia siap menggendong ibunya dalam perjalanan Yaman-Mekah.
Akhirnya Uwais dapat mewujudkan keinginan sang ibu. Ia benar-benar rela dan ikhlas untuk membersamai ibunya hingga berkunjung ke Baitullah.
Uwais Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni pulang ke Rahmatullah. Banyak hal-hal aneh yang terjadi. Misalnya, ramainya orang yang takziah kepadanya.
Penduduk Yaman saat itu juga bertanya-tanya dengan fenomena tersebut. Mereka berpandangan bahwa Uwais bukanlah orang yang terkenal di Yaman, tapi kenapa begitu banyak yang takziah dan mengurusi jenazahnya.
Ternyata manusia-manusia asing bagi penduduk Yaman adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi. Mereka bertugas untuk mengurusi jenazah Uwais Al-Qarni. Penduduk Yaman pun akhirnya mengetahui siapa Uwais yang sebenarnya.
Advertisement