Liputan6.com, Jakarta Pada bulan Ramadan terdapat peristiwa besar dan sangat penting bagi umat Islam. Sebab pada malam ke 17 di bulan Ramadan kita menyebut sebagai malam Nuzulul Qur’an. Malam turunnya Al-Qur’an, yakni turunnya surat Al-Alaq ayat 1-5 yang bertepatan pada malam 17 bulan Ramadan.
Pada malam Nuzulul Qur’an tersebut umat Islam memperingati dengan menghidupkan malam tersebut dengan membaca Al-Qur’an. Selain itu, diisi dengan pengajian yang bertema Nuzulul Qur’an serta ditutup dengan do’a agar rahmat dan keberkahan Allah SWT senantiasa tercurahkan.
Advertisement
Baca Juga
Terkait perayaan malam Nuzulul Qur’an, secara umum dapat dikatakan bahwa model perayaaannya seperti layaknya memperingati hari besar Islam lainnya seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya.
Di saat hiruk pikuk kemeriahan dalam memperingati Nuzulul Qur’an, banyak masyarakat yang belum mengetahui secara jelas dibalik peristiwa Nuzulul Qur’an, seperti makna Nuzulul Qur’an sendiri dan sejarahnya.
Tulisan ini akan menjelaskan perihal makna dan sejarah Nuzulul Qur'an.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Makna Nuzulul Qur’an
Nuzulul Quran berasal dari dua kata yakni “Nuzul”, yang artinya “turun” dan “Qur’an”, yang artinya “Al-Qur’an”. Jadi secara Bahasa, Nuzulul Qur’an berarti turunnya Al-Qur’an.
Sedangkan dilihat dari sejarahnya, Nuzulul Qur’an dimaknai sebagai turunnya (wahyu) Al-Quran yang pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadan. Ketika itu usia beliau mencapai 40 tahun dan atas alasan tertentu beliau menyepi di Gua Hira.
Dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 mengisyaratkan pengertian Nuzulul Qur’an sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Advertisement
Sejarah Nuzulul Qur’an
Sejarah Nuzulul Qur’an tidak dapat dilepaskan dari sejarah turunnya Al-Quran itu sendiri yang terjadi pada malam 17 Ramadan.
Ketika Rasulullah SAW sedang berkhalwat di Gua Hira, tepat pada malam 17, tiba-tiba Jibril datang membawa wahyu. Jibril memeluk dan melepaskan Rasulullah SAW. Hal ini diulanginya sebanyak 3 kali.
Setiap Jibril memeluk, maka Jibril mengatakan, “Iqra’”, yang artinya “bacalah!”. Namun, Nabi SAW menjawab, “ma ana bi qaari’, artinya “aku tidak dapat membaca”.
Setelah diperintah malaikat Jibril sebanyak tiga kali demikian, Nabi kemudian berucap: “Apa yang harus saya baca?”. Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat yang tertuang dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ .خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ .اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ.الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ.عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Peristiwa ini terjadi pada malam ke 17 bulan Ramadan 610 M dan pada malam tersebut sejarah mencatat wahyu pertama kali turun. Oleh sebab itu, hingga kini pada malam 17 pada bulan Ramadan setiap tahunnya selalu diperingati sebagai malam Nuzulul Qur’an.
Penulis: Khazim Mahrur