Kisah Rasulullah SAW Marah Usamah bin Zaid Bunuh Musuh yang Mendadak Bersyahadat di Peperangan

Ada salah seorang pemuda yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW di zamannya. Ia adalah Usamah bin Zaid, panglima perang termuda yang gigih dan gagah berani.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 11 Mei 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi mimpi, pedang
Ilustrasi penggal leher. (Photo by Krys Amon on Unsplash)

Liputan6.com, Denpasar - Ada salah seorang pemuda yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW di zamannya. Ia adalah Usamah bin Zaid, panglima perang termuda yang gigih dan gagah berani.

Suatu ketika dalam peperangan, Usamah sedang menghadapi musuh. Saat pedangnya sudah berkelebat dan ingin membabat leher musuh kafir, tiba-tiba musuh tersebut mengucapkan kalimat syahadat.

Karena perilaku seorang musuh tersebut bikin jengkel, Usamah tetap memenggal leher musuh itu meski sudah mengucapkan kalimat bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Kabar tersebut akhirnya terdengar oleh Rasulullah SAW. Saat itu juga Rasulullah SAW sangat marah dengan Usamah. 

“Dan marah nabi seperti marah tidak pernah marah sebelumnya. Marah betul,” kata KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya yang mengisahkan kisah tersebut dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (10/5/2022).

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Perkara Hati Urusan Allah

Gambar Ilustrasi Kesehatan Hati
Ilustrasi hati.

Lalu Usamah berhujjah, seorang musuh kafir yang mengucap kalimat syahadat itu bukan karena ingin masuk Islam, melainkan takut dengan kemilaunya pedang Rasulullah SAW.

“Nabi mengatakan, sudahkah kau belah dadanya hingga tau apa yang ada di hatinya? Yang kau lakukan adalah salah,” tutur Buya Yahya, menceritakan kisah ini.

Rasulullah SAW menegaskan bahwa selagi orang bersyahadat dia sudah menjadi saudara. Perkara hati bukan urusan manusia, melainkan urusan Allah.

Setelah itu, Usamah bin Zaid mengaku menyesal akibat perbuatannya. Peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga bagi dirinya. 

Dalam kisah tersebut, Buya Yahya menegaskan bahwa urusan hati tidak ada yang tahu. Meskipun zaman sekarang masih ada orang munafik tapi dia mau masuk Islam dengan mengucap kalimat syahadat, maka dia sudah menjadi bagian saudara muslim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya