Perpus Ikonik Resmi Berdiri di Nias Utara, Bupati Ingatkan Gemar Baca Saja Belum Cukup

Gedung fasilitas layanan perpustakaan berbentuk ikonik resmi berdiri di Nias Utara, Senin (13/6/2022).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 13 Jun 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2022, 18:00 WIB
Perpustakaan Nias Utara
Gedung fasilitas layanan perpustakaan berbentuk ikonik resmi berdiri di Nias Utara, Senin (13/6/2022). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Nias Utara - Gedung fasilitas layanan perpustakaan keren senilai Rp10 miliar resmi berdiri di Nias Utara. Bangunan yang atapnya berbentuk seperti buku terbuka itu menjadi ikonik bagi masyarakat setempat. Beroperasinya perpustakaan tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu dan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Senin (13/6/2022).

"Bangunan perpustakaan ini jelas amat bermanfaat untuk perkembangan literasi. Di Nias Utara untuk ukuran toleransi kehidupan sudah baik namun untuk angka kegemaran membaca belum cukup," ungkap Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu.

Hal ini menjadi satu faktor mengapa masyarakat Nias Utara belum mampu mengeluarkan potensi terbaik daerahnya. Sekaligus menjadi pemahaman penting daerahnya kalau literasi bukan sekadar dari kemampuan baca tulis, melainkan kemampuan individu menggunakan segenap potensi dan keahliannya dan bisa diaktualisasikan.

"Orang yang berliterasi mampu berkompetisi di dunia global. Maka itu, diharapkan dengan adanya bangunan fasilitas perpustakaan yang dibiayai melalui dana alokasi khusus (DAK) bisa membantu masyarakat Nias Utara mengeluarkan potensi terbaiknya," kata Amizaro.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Syarif Bando menegaskan, kemajuan masyarakat berbanding lurus dengan kecerdasan yang bisa datang dari mana saja. Jika sudah cerdas pasti sejahtera. Kalau sudah sejahtera, maka persatuan akan kuat.

"Ini merupakan modal percepatan pembangunan. Kalau hal tersebut sudah terpenuhi, maka Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan. Sebagai negara kaya, justru income Indonesia baru USD 4.000 per tahun. Bandingkan dengan Singapura yang sanggup mencapai USD 100.000 per tahun," kata Syarif.

Senada dengan yang disampaikan Syarif, Ketua DPRD Nias Utara Sukanto Waruwu juga mengaku bangga dengan kehadiran gedung baru fasilitas layanan perpustakaan di Nias Utara. Dan tugas selanjutnya yang terpenting adalah bagaimana mengelola perpustakaan agar berguna buat semua lapisan khususnya di bidang pendidikan.

"Pemerintah pusat dan daerah harus melihat perpustakaan tidak sebelah mata. Karena ini merupakan investasi. Tidak bisa masyarakat hanya menerima bantuan saja. Masyarakat pun harus dicerdaskan dan melek pengetahuan," ujarnya pada sesi talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM).

Tidak bisa membicarakan kualitas literasi tanpa melihat keterkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini. Data Global Competitiveness 2019 menurut World Economic Forum mengatakan bahwa daya saing SDM Indonesia masih tertinggal. Berada pada posisi 50 dari 141 negara. Masih dibawah Malaysia dan Thailand.

"Artinya kualitas pendidikan masih tertinggal yang berujung pada tingkat literasi yang rendah," ungkap pegiat literasi Desman Telaumbanua.

Perguruan tinggi sebagai salah satu pihak yang digadang-gadang mampu menghasilkan bahan bacaan berkualitas berbasis terapan juga perlu digalakkan dalam aktivitas riset sederhana (mini research), project-project berbasis masyarakat, melakukan rekayasa ide, hingga kepenulisan critical journal report (CJR) mau pun critical book report (CBR).

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Deni Kurniadi mengatakan perpustakaan tidak lepas misi membentuk SDM berkualitas, produktif, inovatif, dan menguasai Iptek. Kaitan perpustakaan dengan literasi dalam konteks perwujudan SDM unggul sangat strategis.

Dalam Prioritas Nasional (PN) 4, dinyatakan perpustakaan berperan lebih praktis sebagai pusat pemberdayaan manusia. Disebutkan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas dengan arah kebijakan pengembangan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.

"Jadi, perpustakaan tidak hanya berperan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan tapi juga menargetkan peningkatan kemampuan literasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan,” jelasnya.

Karenanya, lanjut Deni, peningkatan kualitas layanan perpustakaan umum daerah yang sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan (SNP) dalam rangka membangun budaya literasi harus dilakukan demi cita-cita masyarakat berpengetahuan, sarat kreativitas dan inovasi serta berkarakter.

Selain meresmikan gedung baru fasilitas layanan perpustakaan umum Nias Utara, pada kesempatan yang sama Bupati Nias Utara juga mengukuhkan Arismanwati Amizaro Warurwu sebagai Bunda Literasi Nias Utara serta bantuan tambahan DAK untuk kebutuhan perabot, TIK, koleksi, dan stimulan berupa unit armada (mobil/motor) perpustakaan keliling.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya