Perkara Subsidi Kedelai Tahap 2 Bikin Perajin Tempe Tahu Gundah Gulana

Dalam peraturan Permendag RI pemberian kacang bersubsidi dilakukan koperasi dan swasta, tetapi kenyataannya hanya koperasi yang diberikan sementara kalangan swasta disingkirkan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 02 Sep 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2022, 13:00 WIB
Kalangan pengrajin dan pedagang kacang kedelai Garut, Jawa Barat, gundah terhadap rencana pemberian kacang kedelai bersubdisi jilid 2 pemerintah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Kalangan pengrajin dan pedagang kacang kedelai Garut, Jawa Barat, gundah terhadap rencana pemberian kacang kedelai bersubdisi jilid 2 pemerintah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Kalangan perajin dan pedagang kacang kedelai Garut, Jawa Barat, gundah gulana terhadap rencana pemberian kacang kedelai bersubsidi jilid 2 yang diberikan pemerintah dalam waktu dekat.

"Pada pemberian subsidi tahap pertama kami tidak kebagian, padahal itu diperuntukan bagi perajin tahu tempe skala kecil seperti kami," ujar Ujang, salah satu perajin tempe di Kecamatan Tarogong Kidul, Kamis (1/9/2022).

Menurutnya, pemberian subsidi kacang kedelai yang diberikan pemerintah melalui Bulog, dinilai tidak adil karena tidak meratanya pembagian yang disalurkan di lapangan.

“Kadang kacang kedelai bersubsidi habis oleh pembeli dengan modal besar, sementara kami kerap tidak kepagian jatah,” kata dia.

Pemberian subsidi kacang kedelai sejatinya membantu kalangan perajin tempe-tahu, namun dalam praktiknya, program itu tidak sepenuhnya sukses menjangkau seluruh perajin.

“Terkadang kami harus daftar dulu menjadi anggota Kopti kalau mau mendapatkan kacang, belum lagi harus iuran bulanan, jelas ini merugikan kami,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Wawan, perajin tempe Kecamatan Karangpawitan. Menurutnya, kacang kedelai bersubsidi lebih banyak dinikmati perajin dengan modal besar, sementara perajin kecil hanya gigit jari.

“Akhirnya kami kembali menggunakan kacang non-subsidi walaupun harga lebih mahal, tapi kualitas terjaga,” kata dia.

Tidak hanya itu, tidak ajegnya kualitas kacang bersubsidi yang dijual, kerap mengganggu kualitas tempe-tahu yang dihasilkan perajin.

“Kadang mereknya bola dunia, kadang segitiga, kadang DD, Kapsit dan banyak lagi, kualitasnya tidak sama,” ujar dia.

 

Tuntut Keadilan

Kalangan pengrajin dan pedagang kacang kedelai Garut, Jawa Barat, gundah terhadap rencana pemberian kacang kedelai bersubdisi jilid 2 pemerintah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)
Kalangan pengrajin dan pedagang kacang kedelai Garut, Jawa Barat, gundah terhadap rencana pemberian kacang kedelai bersubdisi jilid 2 pemerintah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Tidak hanya kalangan perajin, rencana hadirnya kacang kedelai bersubsidi jilid 2 yang akan digelontorkan September ini, membuat pedagang kacang kedelai non subsidi meradang.

“Kalau pemberiannya merata tidak hanya melalui Kopti silahkan, tetapi kalau hanya satu korporasi jelas buat kami sebuah ancaman,” ujar Yudi Hendrayana, salah satu pedagang kacang kedelai di asar Induk Ciawitali Garut.

Menurutnya, pemberian kacang kedelai bersubsidi yang diberikan pemerintah melalui Bulog cukup membantu masyarakat perajin, tetapi hal itu harus dilakukan dengan mekanisme yang baik.

“Kan dalam peraturan Permendagnya pemberian kacang kedelai bersubsidi dilakukan koperasi dan swasta, namun kenyataannya hanya koperasi yang diberikan sementara kami perwakilan swasta tidak, ini ada apa?" dia meradang.

Seiring rencana hadirnya kacang bersubsidi jilid 2 yang akan diberikan pemerintah, Yudi berharap pemerintah bersikap adil dan bijak, agar para pedagang kacang kedelai non subsidi tetap beroperasi.

“Sekali lagi kami bukan menolak program kacang bersubsidi dari pemerintah, tetapi mohon libatkan kami juga agar mendapatkan keadilan yang merata,” ujar dia.

Wawan Dalia, salah satu agen kacang kedelai Garut lainnya menambahkan, hadirnya kacang kedelai bersubsidi jilid 2, jelas menjadi ancaman bagi pedagang swasta jika pemberikan kacang bersubsidi hanya menggunakan satu jalur via koperasi.

“Harusnya penjual di luar Kopti (Koperasi tempe tahu Indonesia) juga harusya dapat (menjual) kacang subsidi, atau lewat importir biar bisa merata ke semua penjual,” pinta dia.

Seperti diketahui, untuk menghidupkan pertumbuhan ekonomi setelah pandemi Covid-19, pemerintah via Bulog menggelontorkan subsidi kedelai hingga Rp850 miliar kepada perajin tempe-tahu, selama 4 bulan terhitung April-Juli lalu.

Namun dalam praktiknya, suntikan program subsidi itu justru menimbulkan keresahan kalangan perajin tahu dan tempe, termasuk pedang kacang kedelai.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya