Liputan6.com, Palembang - Kelahiran AM (16), menjadi kado terindah bagi Rusdi (46), ayah AM. Putra pertamanya ini, lahir pada tanggal 25 Desember 2005 di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel). Tepat satu hari sebelum ulang tahun Rusdi di tahun itu.
AM tumbuh menjadi anak yang sudah terlihat cerdas di usia dini. Rusdi ingat betul, di usia 3,5 tahun, AM yang hobi bermain Play Station (PS) , sudah mahir memainkan beberapa game PS.
Kepiawaiannya semakin terasah, saat Rusdi membuka rental PS di kediamannya, di Jalan Mayor Zein Kelurahan Kalidoni Palembang Sumsel.
Advertisement
Baca Juga
Di sekolahnya, AM terkenal sebagai murid yang bergaya santai namun mampu menoreh prestasi akademik membanggakan. Bahkan saat teman-temannya sibuk persiapan ujian, AM malah asyik bermain PS di rumahnya.
“Tapi waktu melihat hasil ujian, dia bisa meraih juara kelas. Padahal belajar juga jarang, santai banget anaknya. Tapi dia bisa menunjukkan kemampuan akademiknya, makanya kita yakin dia punya cara sendiri untuk belajar dan meraih prestasi,” ucap Rusdi di Palembang, Jumat (9/9/2022).
Selain juara kelas di sekolahnya, beragam piala kemenangan AM berjejer di pojokan rumahnya. Mulai dari juara lomba cerdas cermat, debat Bahasa Inggris dan lainnya. Hingga akhirnya, AM mampu mewujudkan keinginannya untuk masuk ke Pondok Modern Darussalam Gontor di Jawa Timur (Jatim).
AM pernah menjadi Juara Umum di Ponpes Gontor 4 di Banyuwangi Jatim. Berkat prestasinya, dia dipindahkan ke Ponpes Gontor 1 di Ponorogo Jatim. Di sana, dia pun menjadi satu-satunya santri yang meraih nilai 100 untuk ujian matematika.
Rusdi ingat betul ketika AM bercerita tentang cita-citanya, yaitu melanjutkan pendidikan di Kairo. Namun Rusdi sempat berkecil hati, karena dengan penghasilan yang pas-pasan, dia takut tak mampu mewujudkan mimpi anaknya.
“Saya bilang ke AM, kalau untuk ke sana butuh dana besar, sedangkan saya hanya dapat penghasilan ketika ada proyek saja. Makanya saya suruh dia cari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Kairo,” katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Larang Mondok di Gontor
Ternyata AM sudah mendapatkan informasi terkait beasiswa pendidikan di Kairo, agar tidak menyusahkan kedua orangtuanya. Namun entah mengapa, AM menolak saat disuruh mengambil beasiswa ke Cairo dari jalur seleksi di Ponpes Gontor Jatim.
Saat itu, Rusdi tak mengerti mengapa AM menolak ikut seleksi beasiswa di tempat dia mengenyam pendidikan. Bahkan, AM sempat melarang adiknya untuk mengikuti jejaknya mengenyam pendidikan di Ponpes Gontor di Jatim.
“Jangan masuk Gontor, cukup aku saja yang tahu isi Ponpes Gontor itu. Cari sekolah lain saja. Itu yang diucapkan Aak, saat ibunya berniat memasukkan adik keduanya ke Gontor selepas tamat SD,” kata Rusdi.
Ungkapan tersebut disampaikan AM, saat berlibur ke Palembang selama 40 hari, sebelum bulan Ramadan 2022 lalu. AM juga menunjukkan gelagat aneh, yang tak disadari Rusdi.
Biasanya AM menitipkan ponselnya ke ayahnya, agar disimpan dan tak dipakai selama dia mondok di Ponpes Gontor 1 Ponorogo Jatim.
Advertisement
Gelagat Aneh
“Tapi waktu pulang kemarin, dia bilang mau pakai ponselnya hanya sebulan saja. Setelah itu, ponselnya boleh dipakai untuk saya atau untuk adik-adiknya. Waktu itu, saya tak merasa hal yang aneh-aneh,” ujarnya.
AM juga pernah berkata ingin mengubah sistem pendidikan di Ponpes Gontor. Awalnya Rusdi bingung dengan ucapannya. Namun setelah anaknya meninggal dunia karena penganiayaan, Rusdi baru paham dengan maksud anaknya tersebut.
“Saya selalu berpesan ke AM, di mana pun belajar, tidak perlu bercita-cita menjadi orang besar dulu. Cukup menjadi orang baik saja. Kalau menjadi orang baik, pasti bisa menjadi orang yang berguna,” katanya.
Di tengah obrolan, Rusdi sempat terdiam sembari menatap foto anaknya yang dipegangnya erat. Dia pun langsung menghentikan percakapan, karena tak ingin kembali menangis.
“Sudah ya, saya mau nangis ini, inget anak saya,” kata Rusdi, sembari berdiri memasang kembali bingkai foto AM di dinding rumahnya.