Jalan Panjang Bobi Pulihkan Ekosistem Teluk Palu Usai Tsunami

Kerusakan bawah laut Teluk Palu akibat bencama tsunami nyaris tak tersentuh. Bobi adalah orang yang memulai pentingnya rehabilitasi bawah laut usai tsunami.

oleh Heri Susanto diperbarui 30 Sep 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2022, 15:00 WIB
Bobi dan aktivitas transplantasi karang
Bobi (48 th) penyintas bencana yang menjadi tokoh transplantasi karang di Teluk Palu pascatsunami, sedang bersiap menyelam untuk menanam bibit karang, Juli, 2022. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Nama sebenarnya adalah Ahmad Maliki, tapi orang lebih akrab memanggil warga Kelurahan Mamboro Barat itu dengan Bobi. Seperti warga pesisir Kota Palu kebanyakan, Bobi juga penyintas tsunami yang terjadi 28 September 2018 silam. Rumah, harta benda, hingga sumber ekonominya sebagai nelayan lenyap begitu saja.

Rehabilitasi dan rekontruksi kerusakan di darat hingga empat tahun usai bencana itu terus dilakukan berbagai pihak. Namun kerusakan bawah laut Teluk Palu akibat tsunami nyaris tak tersentuh. Dan pria berusia 48 tahun itulah yang sejak 2019 hingga kini masih setia dengan inisiatifnya; transplantasi karang.

Karang-karang yang rusak usai dihantam tsunami membuatnya berinisiatif. Sebagai seorang nelayan, penyintas bencana itu sadar sulit berharap ada tangkapan di laut jika karang yang jadi rumah ikan hilang.

Dia memulai upaya mandiri itu Maret 2019 atau 5 bulan setelah bencana melanda. Material bekas tsunami seperti pipa dan besi dijadikannya media tanam bibit karang. Bahan lainya seperti semen kala itu didapat dari sumbangan relawan kemanusiaan.

Untuk mendapatkan bibit karang, pria yang mengaku pernah mendapat pelatihan transplantasi karang saat merantau ke Bali itu, harus menyeberangi perairan Teluk Palu ke Kabupaten Donggala berpuluh-puluh kilometer.

“Sebagian besar jenis karang jahe yang saya tanam karena relatif bagus tumbuhnya,” Bobi menuturkan, Rabu (28/9/2022).

Bobi Belum Berhenti

Bobi dan aktivitas transplantasi karang
Bobi (48 th) penyintas bencana yang menjadi tokoh transplantasi karang di Teluk Palu pascatsunami, sedang menyelam untuk menanam bibit karang, Juli, 2022. (Foto: Arsip Bobi).

Lebih dari tiga tahun mengonservasi karang, Bobi belum juga berhenti. Dua kali dalam sepekan dia selalu menyelam dengan peralatan seadanya untuk menengok karang-karang yang ditanamnya dan membersihkan dari sampah-sampah yang menyangkut di karang.

Bahkan konservasi yang dia lakukan kini mendapat dukungan dari BNPB dan Universitas Tadulako melalui program Pemulihan dan Peningkatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teluk Palu, yang merupakan satu-satunya program penanganan rehabilitasi ekosistem bawah laut pascagempa dan tsunami di Kota Palu yang didukung BNPB.

Selain di Pantai Mamboro, wilayah konservasi karang Bobi saat ini juga di Pantai Salumbone, masih di Teluk Palu. Di 2 lokasi itu belasan ribu bibit karang telah tumbuh dan menjadi rumah bagi ikan-ikan.

“Sudah lebih dari 15 ribu lebih yang saya tanam dengan 2.900 media tanam. Persentase tumbuhnya 80 sampai 90 persen,” kata Bobi.

Kawasan Mamboro adalah satu dari kawasan pesisir yang terdampak parah diterjang tsunami. Sebelum bencana tahun 2018 meluluhlantakan, kawasan itu dikenal sebagai tempat pengumpulan ikan hasil nelayan, pusat budidaya udang Vaname, dan wilayah konservasi terumbu karang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya