Saatnya Polri 'Perang Konten Baik', Bukan Sibuk 'Perang Bintang'

Saat ini Presiden Jokowi juga memerintahkan lima hal untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri

oleh Kusfitria Marstyasih diperbarui 18 Okt 2022, 19:56 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 19:26 WIB
Kapolres Demak AKBP Budi Adhy Buono baru-baru ini melaksanakan program 'senasib' di kampung pesisir Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Marstyasih)
Kapolres Demak AKBP Budi Adhy Buono baru-baru ini melaksanakan program 'senasib' di kampung pesisir Demak. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Marstyasih)

Liputan6.com, Demak - Berita-berita kakap yang mencuat dan melibatkan kasus para perwira Polri menambah daftar panjang alasan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengakui hal tersebut ketika memenuhi panggilan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022).

"Kami menyadari bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini, Polri mengalami penurunan tingkat kepercayaan publik akibat kejadian-kejadian menonjol yang berdampak negatif dan menjadi perhatian publik," ungkap Kapolri.

Sebelumnya, masyarakat dibuat geram dengan pemberitaan kasus Ferdy Sambo (FS) yang ‘mbulet’ alias berputar-putar seperti plot sinetron kejar tayang di beberapa televisi swasta. Pada kasus ini, masyarakat menilai ada beberapa manipulasi yang melibatkan anak buah hingga istri FS.

Seperti rumput kering yang tersulut api, kasus pembunuhan berencana kasus Brigadir J yang melibatkan mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo pun merembet ke ranah konsorsium 303. Segala bentuk perjudian mulai diusut.

Belum lagi reda kegelisahan akibat bombardir kabar FS, muncul lagi berita kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang lagi-lagi melibatkan apparat. Mulai dari penyalahgunaan gas air mata, masalah intimidasi hingga arogansi. Kejadian ini disusul pula dengan pemecatan calon Kapolda Jatim yang diduga terlibat kasus narkoba.

Peristiwa-peristiwa tersebut bahkan memunculkan spekulasi ‘Perang Bintang’ di jajaran internal Polri. Para pengamat menyebut ada ‘klan-klan’ yang muncul saling bersinggungan di lembaga yang harusnya menjadi institusi pengayom masyarakat.

Di sinilah PR berat bagi para petinggi Polri untuk menginstruksikan jajarannya agar membuat konsep-konsep yang mampu mengembalikan kembali kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri.

Saat ini Presiden Jokowi juga memerintahkan lima hal untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri. Lima instruksi presiden itu jika diuraikan dan dimaknai secara sungguh-sungguh niscaya akan menghasilkan aparat Polri yang jujur dan berintegritas tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

5 Kunci Pengembalian Kepercayaan Publik

Momen Jokowi Kumpulkan Kapolres Seluruh Indonesia di Istana
Presiden Joko Widodo bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tiba di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Kelima hal tersebut yakni:

1. Mengurangi hidup mewah

Segala bentuk hidup mewah biasanya membutuhkan modal yang tidak sedikit, adakalanya untuk bisa mencukupi kebutuhan perlu ada usaha sampingan. Jika penghasilan aparat tidak sebanding dengan pengeluaran, maka kemungkinan untuk melakukan tindakan korupsi, manipulasi dan sejenisnya bisa saja terjadi. Banyak contoh kasus korupsi terjadi karena budaya hidup mewah.

2. Menghapuskan pungutan liar

Pungutan liar yang dilakukan segelintir oknum polisi, juga membuat nama baik Polri menjadi rusak di mata masyarakat. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Perihal pungli ini masyarakat mendengar isu-isu yang sebenarnya juga merugikan istitusi. Isu yang paling santer terdengar yakni pungli di jalan raya biasanya dilakukan untuk’setoran’ ke atasan. Nah, bukankah ini sangat mencoreng nama perwira?

3. Meningkatkan soliditas internal Polri dan TNI

Sangat penting meningkatkan sinergitas TNI dan Polri. Dua pihak ini merupakan ujung tombak pengayom masyarakat. Jika tidak akur maka masyarakat juga tidak lagi memiliki kepercayaan penuh. Belum lagi akan muncul dua kubu pendukung yang pada akhirnya berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan sampai saling ejek antar lembaga atau pun kasus kekerasan yang melibatkan dua pihak ini kembali viral di medsos. Masyarakat lebih mendambakan TNI dan Polri yang bergandeng mesra mengawal NKRI agar makin berjaya.

4. Menyamakan visi dan kebijakan organisasi

Pentingnya menjadi satu kesatuan dalam institusi yang memiliki visi misi sama yakni menjadi aparat polisi yang humanis, menjadi pengayom masyarakat sekaligus penegak hukum. Alangkah lebih bagusnya jika masing-masing personal berlomba-lomba mencapai peningkatan kinerja dan inovasi-inovasi sesuai tupoksi di Polri.

5. Tegas menegakkan hukum

Inilah salah satu tugas dan fungsi Polri yakni sebagai penegak hukum. Tegakkan hukum yang adil jangan tumpul ke atas runcing ke bawah. Atau hukum yang masih pandang bulu. Masih ingatkah dengan kisah Jenderal Hugeng yang tegas menerapkan hukum terhadap siapapun. Kita juga perlu mengingat Brigadir Royadin yang berani menilang Sultan Hamengkubuwono IX ketika dinilai melanggar hukum di jalan raya.

 

Polisi-Polisi Baik

Polres Demak membagikan sembako untuk masyarakat terdampak kenaikan BBM. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Marstyasih)
Polres Demak membagikan sembako untuk masyarakat terdampak kenaikan BBM. (Foto: Liputan6.com/Kusfitria Marstyasih)

Masyarakat juga keliru ketika mengambil kesimpulan sepihak bahwa institusi Polri berisi orang bobrok semua. Ada baiknya kita perlu mengingat pepatah, ‘Sebaik-baiknya manusia meski hanya setitik pasti ada buruknya, seburuk-buruknya manusia meski setitik juga ada baiknya ‘ungkapan tersebut paling tidak bisa menjadi pengingat, bahwa di balik kasus-kasus yang menyeret para perwira, masih ada polisi-polisi yang baik, inovatif dan benar-benar ingin mengabdi untuk negeri.

Kita catat ada para polisi yang mengabdikan ilmunya untuk mendampingi Orang Dengan Ganguan Jiwa (ODGJ). Polisi bernama Purnomo tersebut bersama rekannya melayani dan mengobati para ODGJ di sebuah tempat yang dikelolanya di sela-sela kesibukannya bertugas. Ada pula Pak Bhabin yang tak kenal lelah mengampanyekan polisi humanis.

Polri ternyata juga punya semangat untuk mengusung kearifan lokal, misalnya Polres Demak Jawa Tengah yang dikomandani oleh AKBP Budi Adhy Buono. Di bumi Kota Wali yang terkenal religius ini, para anggotanya bahu membahu mengawal dan menyukseskan program polisi humanis yang diberi tajuk ‘Masganesa’ singkatan dari Bhabinkamtibmas Ngaji Neng Desa.

Menurut Kapolres Demak pada program ini, Bhabinkamtibmas mengajarkan serta ikut mengaji di Taman Pendidikan Al Quran.

“Giat tersebut sebagai wujud kehadiran Bhabinkamtibmas di Desa Binaan serta memberikan contoh perilaku kepada masyarakat,” ungkap AKBP Budi Adhy Buono, Selasa (18/10/2022).

Ada pula program ‘Senasib’ singkatan dari Sedekah Nasi Bungkus. Kegiatan ini dimaknai sebagai bentuk kepedulian polisi terhadap sesama bahwa kita adalah mahluk Tuhan yang maha Esa dengan kedudukan yang sama.

Bentuk kegiatan memberikan sedekah dalam bentuk nasi bungkus yang dilaksanakan rutin setiap hari Jumat dengan sasaran masyarakat lansia , tukang becak , pondok pesantren, anak yatim-piatu. Bentuk kegiatan lainnya yakni membantu pengobatan masyarakat, membantu korban bencana alam maupun pembangunan tempat ibadah.

Masyarakat mungkin akan kembali mencintai Polri jika para anggotanya saling ‘perang konten baik’ dari pada heboh ‘Perang Bintang’.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya