QatarEnergy, Perusahaan Gas LNG Terbesar di Balik Tuan Rumah Piala Dunia 2022

QatarEnergy yang telah diumumkan sebagai Mitra FIFA pada 27 Maret 2022 lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Nov 2022, 20:27 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2022, 20:27 WIB
QatarEnergy
QatarEnergy yang telah diumumkan sebagai Mitra FIFA pada 27 Maret 2022 lalu. (Foto: FIFA.com)

Liputan6.com, Bandung - Gelaran Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah turnamen sepak bola FIFA ini akan diadakan di Timur Tengah. Sejumlah stadion telah dirancang dengan indah di Qatar sehingga siapapun dapat menikmati pertandingan sepak bola dengan rasa takjub.

Tidak seperti Piala Dunia sebelumnya, di mana tempat biasanya tersebar di beberapa kota, semua pertandingan turnamen besar ini akan dimainkan dalam jarak 31 mil dari corniche utama Doha.

Itu berarti ibu kota akan dipenuhi lebih dari satu juta penggemar, kira-kira sepertiga dari seluruh populasi Qatar untuk turnamen selama sebulan.

Selain itu, ini adalah pertama kalinya FIFA mengadakan acara tersebut pada November dan Desember. Bukan di pertengahan tahun seperti biasanya. Serta telah mengganggu jadwal liga Eropa, sehingga para pemain banyak khawatir akan cedera dan kelelahan.

Bukan hanya dari sisi olahraga, sponsor Piala Dunia 2022 juga menarik untuk disimak. Salah satunya berasal dari bos gas alam cair (LNG), sebagaiaman negara tersebut kaya raya akan gas buminya.

Adalah QatarEnergy yang telah diumumkan sebagai Mitra FIFA pada 27 Maret 2022 lalu. Perusahaan negara tersebut bergabung dengan jajaran perusahaan yang mendukung pelaksanaan Piala Dunia FIFA Qatar 2022.

QatarEnergy adalah salah satu penyedia gas alam LNG tersbesar di dunia dan merupakan perusahaan berbasis Qatar kedua yang menjadi mitra FIFA.

 

Tahun Penting

Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani
Presiden FIFA Gianni Infantino (tengah) memberikan bola kepada Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani disaksikan Presiden Rusia Vladimir Putin. Qatar bakal jadi tuan rumah Piala Dunia 2022. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Dikutip dari laman FIFA, Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan, Qatar bergabung dengan FIFA pada tahun penting Piala Dunia FIFA.

“Kami dengan senang hati menyambut mereka, saat mereka berbagi kegembiraan dan antusiasme kami untuk Piala Dunia FIFA pertama yang diselenggarakan di dunia Arab ini. Turnamen tahun ini akan memperluas jangkauan sepakbola dan menyinari wilayah tersebut, menyatukan budaya yang berbeda dari seluruh dunia di Qatar untuk menikmati sepakbola terbaik di dunia di tempat-tempat canggih yang menakjubkan,” kata Gianni.

Menteri Negara Urusan Energi, Presiden dan CEO QatarEnergy Saad Sherida Al-Kaabi, mengatakan, QatarEnergy dengan senang hati bermitra dengan FIFA. Apalagi kali ini untuk Piala Dunia FIFA yang ikonik akan diadakan di Qatar dan Timur Tengah untuk pertama kalinya.

“Kemitraan ini merupakan cerminan dari dukungan berkelanjutan kami terhadap berbagai kegiatan olahraga, dan sepak bola khususnya sebagai daya tarik utama dunia olahraga. Kami menantikan kompetisi yang sangat sukses dan menjadi bagian dari upaya untuk menyambut dunia ke Qatar,” ujar Kaabi.

Profil QatarEnergy

QatarEnergy adalah perusahaan energi terintegrasi, yang bertanggung jawab untuk pengembangan sumber daya energi yang lebih bersih sebagai bagian dari transisi energi di Qatar dan sekitarnya, dan merupakan pemimpin dunia dalam produksi LNG.

Saad al-Kaabi telah berkeliling dunia dalam beberapa pekan terakhir, melakukan perjalanan dari Namibia ke Guyana, Suriname, AS, dan Mesir. Krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan melonjaknya permintaan gas alam cair Qatar, meningkatkan pendapatan negara, dan memperkuat posisi QatarEnergy sebagai salah satu perusahaan sumber daya terpenting di dunia.

Didirikan pada 1974 sebagai Qatar Petroleum, raksasa gas milik negara ini sering terbukti bersedia mengambil risiko. Qatar sangat berutang dan hampir bangkrut pada awal 1990-an ketika para pemimpinnya bertaruh untuk mengembangkan LNG untuk ekspor dari Lapangan Utara Qatar, cadangan gas terbesar di dunia.

Pada saat itu, pemerintah Teluk secara tradisional kurang memperhatikan gas demi minyak dan rencana Qatar yang dianggap sebagai pertaruhan. BP menarik proyek tersebut pada 1992 dengan mengatakan tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup.

Lima tahun kemudian, Qatar meresmikan fasilitas ekspor LNG pertamanya, sebuah kemitraan dengan ExxonMobil, TotalEnergies, Mitsui dan Marubeni, dan pada 2006 menjadi pengekspor LNG terbesar di dunia, melampaui Indonesia.

Selama dekade berikutnya, Qatar melakukan moratorium pada pengembangan baru di Lapangan Utara sambil menyelesaikan proyek yang ada. Pada saat yang sama, mereka berfokus untuk menjadi salah satu penyedia energi paling andal di dunia, hampir tidak pernah melewatkan pengiriman LNG ke pelanggan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya