Cara Membentuk Karakter Anak agar Sesuai Harapan Orangtua

Baik atau buruk anak, tergantung bagaimana Anda mengajarkan dan memberi contoh pada anak.

oleh Panji Prayitno diperbarui 24 Nov 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2022, 19:00 WIB
Cara Membentuk Karakter Anak Agar Sesuai Harapan Orang Tua
ilustrasi anak bayi lucu/Photo by Pixabay on Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Membentuk karakter pada anak membutuhkan kesabaran ekstra terutama bagi orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya.

Bagi Anda yang melek dengan pendidikan anak, sesibuk apa pun pekerjaan, Anda akan tetap peduli dengan pendidikan karakter anak.

Karakter anak tidak bisa terbentuk dengan begitu saja. Banyak proses yang harus dilalui. Karakter baik atau buruk anak, tergantung bagaimana Anda mengajarkan dan memberi contoh pada anak. 

Berikut ini adalah beberapa cara membentuk karakter baik pada anak yang bisa Anda terapkan.

Ajari Tentang Siapa Dia

Seringkali Anda menjumpai anak Anda bertanya mengenai mengapa dia ada dan dilahirkan. Anda harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar dari anak.

Anda bisa memberitahukan bahwa dia dilahirkan melalui proses yang panjang. Anda juga harus menjelaskan bahwa dia lahir hasil dari pernikahan yang Anda lakukan dengan pasangan. Jelaskan apa pun yang berkaitan dengan dia dengan bahasa yang paling mudah.

Semakin dini anak mengenal dirinya, semakin mudah juga dia akan menjalani hidup ini.

Ajari tentang Tujuan Hidupnya

Ketika dia sudah tahu tentang dirinya, Anda juga harus menjelaskan tujuan hidupnya itu apa. Dia akan bertanya banyak hal. Anda harus punya jawabannya.

Misal seperti dalam Islam, tujuan manusia diciptakan dan hidup di dunia adalah beribadah pada Allah. Jelaskan pula mengapa harus beribadah. Jika beribadah dapat apa, dan jika tidak, dapat apa. Jelaskan pula Surga dan Neraka. Jelaskan pula dengan ibadah-ibadah yang seharusnya dilakukan untuk menggapai surga.

Semakin dini anak memahami tujuan hidupnya, maka dia akan semakin tahu harus melangkah. Dia juga tahu apa saja yang harus dilakukan. 

Jangan sampai, anak tidak tahu tujuan hidupnya dan masih harus mencari jati diri, padahal dia sudah remaja. Kenakalan remaja adalah akibat orangtua yang tidak mengajarkan pada anaknya mengenai tujuan hidupnya yang sebenarnya. Mereka jadi salah arah dan kebablasan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Buat Gol Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Ketika anak sudah tahu tujuan hidupnya apa, Anda bisa memulai membuat gol jangka pendek dan jangka panjangnya. Sebisa mungkin Anda menjelaskan kepada anak mengenai gol tersebut dan apa saja manfaatnya.

Anak kecil akan mudah dan bersemangat menjalankan sesuatu jika dia tahu tujuannya apa. Jangan lupa untuk memberikan reward setiap kali gol yang dibuat bisa tercapai. Dengan begitu, anak akan lebih mudah menyelesaikan gol tersebut.

Tunjukkan bahwa Dia Mampu

Beberapa orangtua terlalu memanjakan anaknya. Bahkan, kadang dalam urusan makan saja masih disuapin. Ini adalah kebiasaan yang buruk dan salah.

Anda harus bisa menunjukkan dan memberi kesempatan pada anak untuk mencoba. Sangat wajar jika dalam percobaan pertama sang anak gagal. Namun, berilah kesempatan untuk mencoba hingga berhasil.

Dengan memberikan kesempatan dia untuk mencoba menyelesaikan tugas yang Anda berikan, maka akan timbul percaya diri pada sang anak.

Arahkan Tanpa Memaksa

Dalam beberapa hal, Anda juga bisa memberikan pilihan saat ada dua pilihan yang dihadapi oleh anak. Anda hanya perlu mengarahkan dan memberi tahu konsekuensi setiap pilihan yang dia pilih. Biarkan dia memilih tanpa ada paksaan dari Anda.

Jika pilihannya salah, maka biarkan dia tahu akibat dari pilihannya. Ketika dia merasa gagal karena salah pilih, maka tugas Anda memberikan dia semangat. Anda bisa mengatakan, dia bisa mencoba lagi di lain kesempatan dengan lebih teliti dalam menimbang konsekuensi dari setiap pilihan yang ada.

Apresiasi Hasil dari Usaha Anak

Watak dasar manusia adalah senang jika diapresiasi. Anda tidak perlu sampai memberikan hadiah setiap dia berhasil. Ada hadiah yang murah, yaitu ucapan selamat dan pujian saat dia berhasil melakukan tugas dengan baik.

Anak yang sering mendapat apresiasi akan lebih mudah untuk melakukan banyak kebaikan lagi setelahnya. Sangat berbeda dengan anak yang tidak diapresiasi, dia akan berhenti di sana dan tidak akan melakukan apa-apa lagi setelahnya. Karena menurutnya, dia melakukan apa pun tidak memberikan dampak apa pun. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya