Gamelan, Orkestra Jawa yang Mengajarkan Keselarasan Hidup

Dalam popularitasnya, gamelan telah berkembang dan memunculkan paduan musik baru, salah satunya jazz-gamelan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Des 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2022, 00:00 WIB
Ilustrasi alat musik tradisional gamelan
Ilustrasi alat musik tradisional gamelan. (Gambar oleh JamesDeMers dari Pixabay)

Liputan6.com, Yogyakarta - Gamelan adalah musik khas Jawa yang tercipta dari perpaduan bunyi gong, kenong, dan alat musik lainnya. Irama musik yang dihasilkan gamelan terdengar lembut, seolah mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa.

Tergolong sebagai musik tradisional, gamelan justru semakin berkembang. Dalam popularitasnya, gamelan telah berkembang dan memunculkan paduan musik baru, salah satunya jazz-gamelan.

Sebenarnya, pertunjukan musik gamelan bisa dinikmati di mana saja, tetapi Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan. Pasalnya, ketika menikmati gamelan di Yogyakarta, para pendengar akan disuguhkan gamelan versi khas Jawa.

Adapun gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah gamelan Jawa. Gamelan Jawa berbeda dengan gamelan Bali ataupun gamelan Sunda.

Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut, sedangkan gamelan Bali lebih rancak. Pun gamelan Sunda cenderung mendayu-dayu dengan didominasi suara seruling.

Dalam gamelan Jawa, terdapat pandangan hidup yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya. Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam gamelan adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak, serta mewujudkan toleransi antar sesama.

Sementara, wujud nyata dalam musiknya berupa tarikan tali rebab yang sedang serta paduan seimbang bunyi kenong. Ada juga saron kendang, gambang, serta suara gong pada setiap penutup irama.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Berkembang Sejak Kentongan

Meski tak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan, tetapi perkembangan musik gamelan diperkirakan ada sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis, hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tari-tarian.

Selanjutnya, musik ini dilengkapi dengan suara para wiraswara (penyanyi Jawa laki-laki) dan waranggana (penyanyi Jawa wanita). Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong, serta seruling bambu.

Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Adapun gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog.

Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Sementara pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.

Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik, kontemporer, atau bahkan jazz-gamelan yang merupakan paduan musik pentatonis dan diatonis. Salah satu lokasi di Yogyakarta yang bisa dikunjungi untui melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta.

Setiap harinya akan dihadirkan gamelan dengan fungsi yang berbeda. Melalui hal ini, musik gamelan akan semakin dikenal masyarakat luas.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya