2 Versi Sejarah Sate Maranggi, Makanan Khas Purwakarta

Masyarakat pada waktu itu, kerap menyebutkan nama Satai Maranggi untuk merujuk tempat Mak Anggi berjualan.

oleh Tifani diperbarui 17 Mar 2023, 14:25 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2023, 12:00 WIB
Mengapa Sate Maranggi Hanya Tiga Potong Setusuk?
Sate maranggi menjadi salah satu aset penting pariwisata di Purwakarta. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Sate maranggi atau satai maranggi merupakan makanan khas Jawa Barat (Jabar) khususnya daerah Purwakarta dan sekitarnya. Nama "Maranggi" dalam bahasan Sunda memiliki arti "petukangan" atau yang berarti seorang ali pebuat sarung keris.

Salah satu sumber sejarah satai maranggi yang dikutip dari laman jurnal berjudul "Sate Maranggi, Kuliner Khas Kabupaten Purakarta" (2017) oleh Irvan Setiawan, menyebutkan kata "Maranggi" dalam Satai Maranggi merupakan nama panggilan yang ditujukan pada seorang penjual Satai, yaitu Mak Anggi.

Mak Anggi berjualan satai daging domba dengan menggunakan tenda di daerah tempat tinggalnya, yakni daerah Cianting. Ia berjualan satai jenis ini sekitar 1960-an.

Masyarakat pada waktu itu, kerap menyebutkan nama Satai Maranggi untuk merujuk tempat Mak Anggi berjualan. Tambahan huruf “R” dalam "MaRanggi" digunakan untuk mempermudah pengucapan dalam memberikan nama kuliner tradisional tersebut.

Versi lain dari sejarah satai maranggi yang dikutip dari laman kemendikbud.go.id, menyebutkan pelopor satai maranggi bernama Bustomi Sukmawirdja atau dikenal dengan sebutan Mang Udeng, telah berjualan satai Maranggi pada tahun 1962 di Kecamatan Plered.

Namun dilihat dari jenis daging yang digunakan membuat kedua daerah tersebut dapat dikatakan sebagai awal mula adanya satai Maranggi di Kabupaten Purwakarta. Mak Anggi merupakan "pencipta" dari Satai Maranggi dengan menggunakan bahan dasar daging domba.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Bahan Dasar Bervariasi

Sedangkan Mang Udeng di Plered merupakan pencipta satai Maranggi yang menggunakan bahan dasar daging sapi dan kerbau. Ini lah penyebab awal mula bahan dasar satai Maranggi adalah daging kerbau.

Saat ini, bahan dasar mulai bervariasi yaitu menggunakan daging kambing (domba), dan daging ayam. Daging kerbau banyak digunakan penjual satai Maranggi di Plered.

Sedangkan, daging kambing banyak digunakan penjual sate Maranggi di Pasawahan hingga Wanayasa. Hingga kini, satai maranggi menjadi ikon kuliner Kabupaten Purwakarta.

Bahkan, satai maranggi mulai tersebar ke berbagai daerah lainnya di Indoneisa. Jika ingin mencicipi satai maranggi dengan cita rasa autentik, ada beberapa tempat makan legendaris satai maranggi di Purwakarta yang dapat menjadi rujukan.

Salah satunya ialah satai maranggi Haji Yetty. Warung Sate Maranggi Haji Yetti berada di Jalan Raya Cibungur Puwarkarta, Bungursari, Kabupaten Purwakarta.

Warung Sate Maranggi Haji Yetti terkenal memiliki daging yang empuk dan bumbu bakarannya yang gurih sangat meresap. Satai maranggi ala Haji Yetti berdiri sejak tahun 1990-an, sehingga cukup terkenal dan legendaris.

Aneka menu satai maranggi yang ditawarkan tempat makan ini dibanderol mulai dari Rp40.000 untuk satu porsi berisi 10 sate sapi dan es kelapa muda dibanderol Rp15.000.

Warung Sate Maranggi Haji Yetti buka setiap hari, mulai pukul 08.00-21.00 WIB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya