Mekanisme Sesar Aktif Mendatar Jadi Pemicu Gempa di Perairan Selatan Yogyakarta dan Jateng

Berdasarkan analisa Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pemicu gempa Selatan Yogyakarta adalah aktivitas sesar mendatar.

oleh Dikdik RipaldiArie Nugraha diperbarui 21 Mar 2023, 03:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 03:00 WIB
Ilustrasi gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan hasil analisa kejadian gempa bumi dengan magnitudo (M5,2) pada kedalaman 10 km kemarin (Jumat, 17 Maret 2023) di perairan selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sesar mendatar.

Kondisi (morfologi) daerah tersebut pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal pada bagian utara.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sugeng Mujiyanto, wilayah pantai daerah tersebut secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah lunak (kelas E).

"Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunung api muda, serta batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, batu lanau, batu gamping," ujar Sugeng dalam keterangan tertulisnya, Bandung, (18/3/2023).

Sugeng menjelaskan sebagian batuan berumur Tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.

Sedangkan endapan Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah apabila dipicu guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

"Hingga laporan ini dibuat, belum ada informasi korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi ini," kata Sugeng.

Menurut informasi penduduk di kota Yogyakarta dan data BMKG, guncangan gempa bumi dirasakan pada skala intensitas III MMI (Modified Mercally Intensity), di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo terasa pada skala III MMI.

Data Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.

Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut. Namun diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

"Data Badan Geologi wilayah pantai selatan Provinsi DIY dan Jawa Tengah tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter," ungkap Sugeng.

 

Diimbau Tetap Tetang

Meski rawan terjadinya gelombang tsunami, masyarakat setempat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.

Sugeng mengingatkan pula, masyarakat jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

Karena wilayah bagian selatan Provinsi DIY dan Jawa Tengah tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, Sugeng mengatakan maka harus lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural.

"Bangunan di daerah selatan Provinsi DIY dan Jawa Tengah harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," tukas Sugeng.

Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di Samudera Hindia pada koordinat 109,77 BT dan 8,89 LS, berjarak sekitar 124,3 km barat daya Kota Wates, Ibu kota Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY, dengan magnitudo (M5,2) pada kedalaman 10 km.

Gempa bumi ini tercatat pula oleh The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 109,653 BT dan 9,264 LS dengan magnitudo (M5,0) pada kedalaman 46,7 km.

Smentara berdasarkan data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 109,77 BT dan 8,91 LS, dengan magnitudo (M5,2) pada kedalaman 58 km.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya