Mengambil Teladan dari Sosok Buya Syafii Ma'arif

Buya Syafie merupakan representasi dari keagamaan yang menekankan pada moralitas dan kemanusiaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Apr 2023, 00:27 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 00:26 WIB
"Inspirasi Sahur 2023" yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang sahur. (Liputan6.com/ ist)
"Inspirasi Sahur 2023" yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang sahur. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Buya Syafii Ma’arif merupakan sosok teladan yang menggambarkan kesederhanaan dan kerendahan hati dalam keseharian. Dalam karyanya yang berjudul 'Membumikan Islam', memberikan gambaran bagaimana ajaran Islam dapat menyentuh dan menjadi solusi terhadap persoalan di masyarakat.

Hal itu disampaikan cendekiawan Muhammadiyah Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, MA, dalam serial "Inspirasi Sahur 2023" yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang sahur, dipandu oleh host Aris Setiawan Yodi pada Minggu (2/04/2023).

"Buya Syafii merupakan representasi dari keagamaan yang menekankan pada moralitas dan kemanusiaan yang mengajarkan bahwa Al-Quran bukan hanya menjadi Book of Law, tetapi Book of Ethic," tutur Ahmad Najib.

Akademisi lulusan University of California Santa Barbara itu menambahkan, Buya merefleksikan tentang kesederhanaan dan bagaimana menjiwai semangat moralitas dan kerendahan hati yang diajarkan oleh Islam.

Ia mengenang, Buya Syafii menjadikan agama sebagai hal yang relevan dan bukan sekadar moralitas khayalan. Agama bukan hanya norma etika yang jauh, tetapi menjadi sesuatu yang membumi.

"Agama adalah sesuatu yang menyentuh persoalan kehidupan keseharian. Mengajarkan disiplin, sabar, bersikap baik, membantu sesama, dan menerima perbedaan sebagai sunatullah," urainya.

Selain itu, Buya menekankan mengenai pentingnya politik garam dan bukan politik gincu, yakni bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan dan berdampak di masyarakat, bukan hanya sekadar slogan keagamaan.

"Buya tidak setuju dengan slogan keagamaan yang selalu menonjol tetapi miskin pemaknaan di masyarakat, tidak peduli terhadap mereka yang berbeda, dan tidak mau hidup berdampingan dengan mereka yang berbeda," tegas Ahmad Najib.

Tak lupa, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini menjelaskan latar belakang buku 'Membumikan Islam' untuk menjelaskan bagaimana ajaran Islam dapat menjadi sesuatu yang menyentuh dan berdampak di masyarakat, karena ajaran Islam bukan sekadar Book of Law, tetapi buku tentang moralitas.

"Inti dari ajaran Islam adalah perilaku manusia. Buya menerapkan hal itu di dalam perilaku keseharian dan juga dalam karyanya, sehingga masyarakat dapat membaca dan mengikuti apa yang telah diwariskan," pungkas pria kelahiran Blitar, 47 tahun silam ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya