Liputan6.com, Jakarta - Capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo memuji langkah dan inovasi Maryanto, tukang bakso asal Wonogiri yang kini menetap di Kali Abang Tengah, Bekasi Utara.
Menurut Ganjar, sebagai tukang bakso, Mas Yanto sapaan akrab Maryanto tidak hanya berorientasi bisnis semata. Ungkapan itu dinyatakan Ganjar saat ngobrol dengan Mas Yanto di Puri Gedeh, Semarang, Jawa Tengah, Senin 12 Juni 2023 lalu.
Baca Juga
Lebih dari itu, Mas Yanto dinilai memiliki gagasan dan bisa menterjemahkan setiap kebijakan Presiden Jokowi. Salah satunya soal pengentasan stunting.
Advertisement
Mengusung tema 'Gerakan Perjuangan Posyandu bantu Ibu Hantam Stunting', Mas Yanto bergerak konsisten memberikan bekal gizi untuk balita lewat bakso ikan tuna. Tak hanya balita, kader posyandu dan ibu juga ikut makan bakso. Warga pun merespons positif.
"Ini inovatif, ini bagus, teruskan ya Mas. Ya mengerti saya, jadi dengan dimodifikasi jadi bakso, jadi balita dan anak-anak mau makan. Ini inovasi, jangan berhenti, lanjutkan," ujar Ganjar Pranowo menjawab penjelasan Mas Yanto.
Malah Ganjar menuturkan, bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri pasti senang sekali mendengar hal ini. Apalagi Presiden ke-5 itu diketahui tidak lagi mengkonsumsi daging.
"Bu Mega pasti suka ini, beliau suka sekali dengan ikan apalagi jadi bentuk bakso kan. Karena Ibu Mega itu memang tidak makan daging merah atau kaki empat," imbuh Ganjar.
Lebih jauh Maryanto menjelaskan, selain mampu menghantam stunting, tujuannya kaitan dengan hasil laut yang melimpah. Tidak seperti daging sapi yang untuk memenuhi kebutuhan nasional masih harus import.
"Jadi gini Mas Ganjar, jika sejak dini rasa ikan sudah dikenalkan, selain menekan konsumsi daging sapi ke depannya, ikan swasembada kita, negara maritim. Daging sapi kan mahal harganya dan cenderung tinggi di waktu tertentu. Mulai kita geser sedikit kebiasaan dan kesukaan anak-anak untuk makan ikan. Dan itu nanti menekan import kita, apalagi kandungannya ikan juga bagus. Nelayan pun terserap hasilnya," terang dia.
"Iya betul, nelayan akan senang sekali ini," Ganjar menimpali.
Kemana Anggaran Stunting?
Maryanto mendukung penuh sikap Presiden Jokowi yang kesal usai mengetahui penggunaan anggaran stunting malah tidak tepat sasaran. Dia menambahkan, jika anggaran tersebut tepat sasaran, bukan hanya menekan angka stunting tapi juga membangkitkan perekonomian masyarakat.
"Misal, kalau pengguna atau kuasa anggaran peka dan tahu sebagaimana mestinya anggaran stunting itu bisa tepat sasaran, kan bisa juga kolaborasi dengan tukang bakso untuk dibuatkan bakso ikan dan disebar ke seluruh balita lewat Posyandu. Selain menekan angka stunting itu kan juga membangkitkan UMKM," ujar Maryanto.
Bacaleg Dapil 2 Kota Bekasi dari PDI Perjuangan itu pun menambahkan, dengan melibatkan UMKM juga menumbuhkan semangat gotong-royong membangun bangsa. Artinya, kata dia, dengan begitu masyarakat merasa dilibatkan dalam setiap langkah kemajuan bangsa.
"Ya ayo kita berangkat dari itikad baik untuk menghantam stunting, semangat gotong-royong, dan bekerjasama. Indonesia ini negara besar, apalagi kita akan lepas landas menjadi negara maju dan mendapat bonus demografi nanti," imbuh dia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak kesal saat membahas soal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang tidak digunakan secara optimal.
Pemaparan soal penggunaan APBN dan APBD yang tidak optimal itu dibahas di hadapan banyak pemimpin lembaga pemerintahan. Salah satu yang disoroti berkaitan dengan anggaran stunting.
"Banyak APBN APBD kita yang berpotensi tidak optimal. Perlu saya ingatkan, ada semuanya baik pusat maupun daerah dalam penggunaan yang namanya anggaran karena 43 persen bukan angka yang sedikit. Cara penganggarannya saja sudah banyak yang enggak benar," ujar Jokowi saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah pada Rabu, 14 Juni 2023.
"Contoh, ada anggaran stunting Rp10 miliar. Coba cek, lihat betul untuk apa Rp10 miliar itu. Jangan membayangkan nanti ini dibelikan telur, susu, protein, sayuran. Coba dilihat detail," sambungnya.
Jokowi mengungkapkan bahwa seminggu yang lalu dirinya baru saja memeriksa APBD milik Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Ternyata, Jokowi menemukan jikalau anggaran stunting lebih besar digunakan untuk perjalanan dinas dan rapat.
"Baru saja minggu yang lalu saya cek di APBD Kemendagri. Rp10 miliar untuk stunting. Cek. Perjalanan dinas Rp3 miliar, rapat-rapat Rp3 miliar, penguatan pengembangan apa-apa blablabla Rp2 miliar," kata Jokowi.
"Yang benar-benar untuk beli telur itu enggak ada Rp2 miliar. Kapan stuntingnya akan selesai kalau caranya seperti ini? Ini yang harus dirubah," tegasnya.
Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang menyebabkan kondisi panjang atau tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Penyebab stunting yang paling banyak adalah karena kekurangan gizi, termasuk kekurangan protein hewani yang didapatkan dari ikan, telur, ayam.
Lebih lanjut Jokowi mengungkapkan bahwa dari anggaran Rp10 miliar tersebut, seharusnya lebih banyak digunakan untuk membeli protein hewani yang bisa diberikan langsung pada anak-anak stunting.
"Kalau Rp10 miliar anggarannya mestinya yang untuk lain-lainnya itu Rp2 miliar, yang Rp8 miliar itu untuk langsung telur, ikan, daging, sayur. Berikan ke yang stunting. Konkretnya kira-kira seperti itu," ujar Jokowi.
Persoalan stunting memang bukanlah hal yang mudah. Penangananya sendiri sudah menjadi hal yang kompleks dan membutuhkan perubahan dari hulu ke hilir.
Seperti diketahui, Indonesia punya target untuk menurunkan stunting hingga berada pada angka 14 persen untuk 2024 mendatang. Sedangkan berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) 2022, stunting masih berada di angka 21,6 persen.
Advertisement