Mengenal FWH Ciptaan STTD yang Diujicoba di Motor Honda Beat

Penggunaan hidrogen berbahan dasar air untuk kendaraan ini, diklaim bisa lebih menghemat bahan bakar hingga 50 persen

oleh Bam Sinulingga diperbarui 21 Jul 2023, 20:25 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2023, 20:14 WIB
Mengenal FWH Ciptaan STTD yang Diujicoba di Motor Honda Beat
Rudi Sumardi, dosen sekaligus Ketua Bidang Rekayasa Teknologi STTD bersama Ahmad Yani, Direktur STTD, memperlihatkan mobil operasional yang menggunakan perangkat FWH. Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Bekasi Fuel Water Hybrid (FWH) garapan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, belakangan menjadi buah bibir. Inovasi yang cukup fenomenal ini sudah diuji coba dan dinilai berhasil.

Penggunaan hidrogen berbahan dasar air untuk kendaraan ini, diklaim bisa lebih menghemat bahan bakar hingga 50 persen. Hal ini sudah dibuktikan pihak STTD Bekasi di beberapa kendaraan, salah satunya sepeda motor Honda Beat.

Kendaraan roda dua tersebut dimodifikasi serta dilengkapi alat FWH berupa tiga buah tabung. Dua di antaranya berisi air dan satu lainnya berisi katalisator. 

Satu rangkaian tabung berisi 220 ml air yang diklaim bisa menempuh jarak 50 kilometer.

Meski begitu, penggunaan bensin tetap diperlukan untuk start engine pertama. Selanjutnya akan digantikan dengan hidrogen untuk menggerakkan kendaraan.

"Misalnya motor ini dengan satu botol air, engine starter pertama pakai bensin, selanjutnya diambil alih oleh hidrogen. Nah hidrogen itu kita udah tempuh jarak di atas 50 km untuk 220 ml. Bensin satu liter habisnya akan bertahap lama sekali," kata Ketua Bidang Rekayasa Teknologi STTD, Rudi Sumardi, Jumat (21/7/2023).

Hal serupa, ujar Rudi, juga terbukti pada kendaraan roda empat yang menggunakan perangkat FWH. Kendaraan tersebut diklaim bisa menghemat bahan bakar hingga 50 persen.

"Contoh untuk 1 liter bensin kalau standar pabrik mobil itu untuk 8 kilometer. Dengan kita bantu pakai hidrogen, menjadi 16-17 kilometer, jadi lebih efisien," akunya.

Energi Baru Terbarukan

Mengenal FWH Ciptaan STTD yang Diujicoba di Motor Honda Beat
Rudi Sumardi, dosen sekaligus Ketua Bidang Rekayasa Teknologi STTD bersama Ahmad Yani, Direktur STTD, memperlihatkan mobil operasional yang menggunakan perangkat FWH. Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Ia menegaskan jika hidrogen bukan sebagai pengganti bensin maupun solar. Hidrogen dalam hal ini sebagai energi baru terbarukan yang dikonversikan untuk meringankan biaya BBM.

"Jadi konsepnya air itu masuk ke reaktor kita dengan sistem elektrolisis, ada anoda dan katoda kemudian menjadi gas hidrogen. Nah hidrogen itu oktannya 130. Ketika berakumulasi satu tabung sesuai dengan ukuran mesin, dia bisa menggerakkan mesin," paparnya.

Menurutnya, sejak awal ditemukan pada 1930, hidrogen menjadi open source yang terus dikembangkan berbagai pihak, baik jajaran akademisi maupun instansi.

Rudi sendiri mengaku telah mengembangkan penggunaan hidrogen sejak tahun 2005 silam. Ia, bahkan pernah diminta oleh pihak PLN untuk mengoptimalisasikan pembangkit listrik tenaga diesel di wilayah Indonesia bagian timur. Ia pun menggunakan 90 air dan 10 persen solar.

"Jadi hidrogen tidak bisa kita tutup-tutupi. Pada kenyataannya kita semua meneliti tentang hidrogen. Jadi kalau mau kita patenkan ini adalah sistemnya, bentuknya, kalau hidrogennya kita tidak bisa karena sudah open source," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Rudi, pihaknya dalam waktu dekat berencana menggunakan metode FWH tersebut untuk kereta api di wilayah Makassar, sesuai dengan permintaan Dirjen Kereta Api.

"Jadi kita sangat berterimakasih kepada semua pihak, juga Pak Menteri Perhubungan Budi Karya untuk memberikan kesempatan mengembangkan energi baru terbarukan," ucapnya.

Rudi menambahkan, meski sama-sama menggunakan hidrogen berbasis air seperti nikuba, namun FWH disebutkan lebih akurat dalam perhitungan. Menurutnya ukuran tabung hidrogen harus disesuaikan dengan kapasitas kendaraan.

Ramah Lingkungan

Mengenal FWH Ciptaan STTD yang Diujicoba di Motor Honda Beat
Motor Honda Beat Modifikasi STTD Ini Gunakan Bahan Bakar Hidrogen

"Saya belum pernah melihat nikuba yang besar-besar seperti ini, saya baru lihat bentuknya dari botol mainan anak-anak kecil-kecil. Ya secara logika rasa-rasanya untuk menghidupkan mesin gak mungkin mampu. Jadi sekali lagi, kita membuat hidrogen ada hitungannya," tandasnya.

Sementara Direktur Sekolah Tinggi Tranportasi Darat, Ahmad Yani menuturkan selain menghemat bahan bakar, gas buang kendaraan yang menggunakan FWH juga diklaim ramah lingkungan.

"Sebagai contoh, ada mobil opersional kami yang boros. Tapi sejak menggunakan reaktor ini, kami bisa menghemat 50 persen bahan bakar. Dan gas pembuangannya berupa air, jadi bisa dibilang ini juga green energy," ujarnya.

Tak hanya itu, Ahmad Yani menyebutkan ada beberapa turunan penggunaan gas hidrogen yang juga dikembangkan pihaknya. Salah satunya hidrofit, yaitu minuman kesehatan yang memadukan air murni dengan gas hidrogen yang bagus untuk kesehatan kulit.

"Kita juga buat carbon cleaner untuk membersihkan kerak-kerak mesin semua jenis kendaraan, juga bisa sebagai pengganti diesel untuk pembangkit listrik. Kita juga ada vacum reactor generasi kedua untuk mobil Avanza. Kalau yang besar bisa untuk bus, tronton dan truk," paparnya.

Ahmad Yani menegaskan pihaknya akan terus mengembangkan hidrogen, utamanya sebagai konversi BBM. Bahkan, ia juga berencana melakukan jelajah negeri menggunakan kendaraan yang berbahan bakar hidrogen.

"Ini adalah salah satu pengembangan bagi sekolah kami di bidang transportasi darat khususnya. Bagaimana anak-anak kami nantinya bisa membuat suatu kendaraan berbahan bakar alternatif, menggunakan bahan bakar terbarukan, yaitu air," jelasnya.

"Tetapi yang paling penting bagaimana ini harus safety. Reaktor harus disesuaikan dengan kapasitas mobil untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan, biasanya ledakan," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya