Peringati World Suicide Prevention Day 2023, Saling Mendukung dan Tidak Putus Asa

Data kasus bunuh diri atau suicide di Manado, ibarat fenomena gunung es.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 11 Sep 2023, 22:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2023, 22:00 WIB
Para peserta dan narasumber talk show yang digelar oleh Komunitas Cegah Bunuh Diri, Sabtu (9/9/2023), di Dinas Pariwisata Kota Manado.
Para peserta dan narasumber talk show yang digelar oleh Komunitas Cegah Bunuh Diri, Sabtu (9/9/2023), di Dinas Pariwisata Kota Manado.

Liputan6.com, Manado - Berbagai agenda digelar oleh Komunitas Cegah Bunuh Diri (KCBD) dalam rangka memperingati World Suicide Prevention Day 2023, di Dinas Pariwisata Kota Manado, Sulut, Sabtu (9/9/2023). Salah satunya adalah talk show yang membahas upaya mencegah bunuh diri.   

Talk show yang dipandu pendiri KCBD Sulut Hanna Monareh MPsi Psikolog ini, menghadirkan sejumlah narasumber yakni Kepala Dinas Kesehatan Kota Manado dr Steaven Dandel MPH, Ketua AJI Manado Fransiskus Talokon dan anggota KCBD, Cliford Kindangen.

Dalam paparannya, Steaven Dandel mengatakan, data kasus bunuh diri atau suicide di Manado, ibarat fenomena gunung es, nampak sedikit di permukaan tetapi ternyata di bawahnya banyak, sehingga harus diseriusi.

"Kalau data secara angka yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Manado, sejak April sampai September sebanyak tiga kasus. Tetapi menurut saya sebenarnya kalau mau ditelusuri, ada jauh lebih banyak dari itu," katanya.

Steaven Dandel menjelaskan, suicide seperti fenomena gunung es karena kasus itu bukan hanya yang terlihat menggantung diri saja, tetapi ada banyak lainya seperti melukai diri sendiri, menabrakan diri ke kendaraan yang melaju, atau sengaja tidak mau makan bisa disebut sebagai upaya bunuh diri.

“Itu masalah yang tidak kasat mata, karena berkaitan dengan kesehatan mental, tetapi harus diseriusi, karena sangat berbahaya. Untuk mencegahnya harus ada suatu komunitas sehingga menjadi support system bagi siapapun,” ujarnya.

Cliford Kindangen berbagi pengalaman bagaimana dia melewati situasi yang sangat berat, dan mentalnya sakit, karena mengalami perundungan hingga kekerasan fisik, karena berat tubuhnya, selama bertahun - tahun.

"Untungnya saya bertemu dengan komunitas ini, saling menguatkan dan bisa melalui semua prosesnya dan juga menguatkan orang lain, dan mengingatkan bahwa dia tidak sendiri, dan dia berharga," katanya.

Dia mengatakan, salah satu upaya untuk membangun pertahanan diri adalah jangan terpengaruh dengan penilaian orang terhadap Anda.

"Karena kita tidak bisa mengubah pandangan orang lain tentang kita," ujarnya.  

Fransiskus Talokon mengatakan, pekerja media termasuk para jurnalis yang bernaung di organisasi yang dipimpinnya juga rentan dengan kesehatan mental, yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan.

"Belum lagi teror dan ancaman yang dialami karena karya jurnalistik yang dibuat, dan tak diterima satu dua kalangan, memperparah kondisi ini. Perlu ada komunitas dan tempat berbagi cerita," katanya.

Pada bagian akhir, Hanna Monareh mengatakan dalam rangka peringatan world suicide prevention day, pihaknya sudah menggelar berbagai kegiatan positif.

"Mulai dari pagi sudah buat berbagai kegiatan positif termasuk membuat quote positif untuk membangun mental, sampai menggelar diskusi yang dihadiri para mahasiswa dari psikolgi UKIT, Unima dan para pekerja, termasuk jurnalis," katanya.

Berbagai hal positif, mengemuka dalam dialog tersebut, karena para pembicara menjawab pertanyaan dan langsung memberikan dukungan agar semangat dan tidak putus asa.

“Membangun komunitas, berkomunikasi, dan saling mendukung, ini hal penting untuk mencegah aksi bunuh diri,” ujar Hanna Monareh.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya