Sumbu Filosofi Yogyakarta Resmi Jadi Warisan Budaya Dunia

Sumbu Filosofi Yogyakarta telah menjadi panduan bagi warga Yogyakarta dalam menjalani kehidupan. Sultan HB I yang membuat Sumbu Filosofi Yogyakarta ini telah mewariskan konsep tata ruang yang bermanfaat hingga saat ini.

oleh Yanuar H diperbarui 20 Sep 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2023, 00:00 WIB
Tugu Pal Putih Yogyakarta Kian Apik Tanpa Gangguan Kabel Melintang
Pesepeda melintas di perempatan Tugu Pal Putih Yogyakarta, Sabtu (26/12/2020). Pemerintah Belanda merenovasi bagian puncak tugu Golong Gilig yang dulunya bulat menjadi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggiannya pun menjadi lebih rendah, menjadi hanya 15 meter. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Yogyakarta - Sumbu Filosofi Yogyakarta secara resmi menjadi salah satu warisan dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) 18 September 2023. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan penetapan oleh UNESCO ini merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I, pemrakarsa Sumbu Filosofi Yogyakarta yang penuh dengan nilai filosofi yang tinggi ini.

"Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat, yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang," ujar Sri Sultan.

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh Arab Saudi dalam dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39 tanggal 18 September 2023. Soal penetapan yang tergolong cepat ini Sri Sultan berharap bisa menjadi ajang pembelajaran bersama akan nilai-nilai universal untuk menciptakan dunia baru yang lebih baik di masa depan.

Chairperson World Heritage Committee Abdulelah Al-Tokhais menjelaskan dengan penetapan nilai luhur ini dapat menjadi inspirasi dan referensi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

"Selamat untuk Indonesia atas lolosnya Sumbu Filosofi menjadi Warisan Budaya Dunia," katanya.

Hadir dalam sidang tersebut Wakil Gubernur (Wagub) KGPAA Sri Paduka Paku Alam X didampingi Tim Delegasi DIY yaitu Sekda DIY Beny SuharsonoKepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala DPMPTSP DIY Agus Priono, Kepala UPT Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Dwi Agung Hernanto, Tenaga Ahli Yogyakarta Warisan Dunia sekaligus akademisi UGM Daud Aris Tanudirjo dan Perwakilan Keraton Yogyakarta Bimo Unggul Yudo.

Sri Paduka mengatakan penetapan warisan dunia ini merupakan penghargaan dunia yang luar biasa untuk keberadaan nilai-nilai budaya adiluhung Yogyakarta sebagai nilai keistimewaan, identitas dan jati diri Yogyakarta.

"Saya, mewakili Bapak Gubernur DIY atas nama Pemda DIY mengucapkan syukur alhamdulillah atas ditetapkannya Warisan Budaya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia dari Indonesia. Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan nama The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia," ungkap Wagub DIY.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan tujuan utama penetapan ini untuk melestarikan warisan budaya jati diri Yogyakarta yang amat berharga. Ia berharap penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia ini akan memberikan dorongan semangat melestarikan bagi seluruh pemangku kepentingan.

"Perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat, karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY, Indonesia tapi juga milik dunia. Sehingga komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami," tegas Dian. Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18. Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara,.

Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya. Ini juga merupakan bukti akan peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.

Sebelum pada akhirnya dinominasikan dan ditetapkan sebagai warisan dunia dalam sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO, situs-situs warisan budaya telah melalui proses seleksi yang panjang.

Sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO dilakukan pertama kali pada 1972 dan bertujuan mempromosikan kerja sama antar negara untuk melindungi warisan budaya dan alam dari seluruh dunia yang memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa (Outstanding Universal Values) sehingga konservasinya penting bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia, yaitu Candi Borobudur (ditetapkan 1991)Candi Prambanan (ditetapkan 1991) Situs Sangiran (ditetapkan 1996) Subak Bali (ditetapkan 2012), Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (ditetapkan 2019).dan Sumbu Filosofi Yogyakarta (ditetapkan 2023).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya