Ekspedisi Jurnalis 1000 Megalit: Ikhtiar Mengabarkan Nilai Penting Sejarah Sulawesi Tengah

Setelah sebulan lamanya melakukan ekspedisi dengan pengumpulan data dokumentasi, hingga cerita masyarakat tentang megalitikum, Tim 'Ekspedisi Jurnalis 1000 Megalit' akhirnya memaparkan hasil perjalanan mereka.

oleh Heri Susanto diperbarui 05 Des 2023, 23:00 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 23:00 WIB
Situs Cagar Budaya 'Manitu/Mpeime' di Lembah Bada, Poso
Situs Cagar Budaya 'Manitu/Mpeime' di Lembah Bada, Poso yang menjadi salah satu dari ribuan tinggalan megalitikum di kawasan taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. (Foto: Heri Susanto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kota Palu Ekspedisi Jurnalis 1000 Megalit merupakan ikhtiar jurnalis Kota Palu untuk mengenalkan nilai-nilai penting peninggalan megalitikum berusia ribuan tahun yang tersimpan di tiga lembah kawasan Taman Nasional Lore Lindu; Lembah Bada, Napu, dan Behoa di Kabupaten Poso atau kawasan Tampo Lore. Belasan jurnalis dari berbagai media massa turut dalam ekspedisi itu.

Tak hanya situs-situs yang telah sohor, tim itu juga mendokumentasikan berbagai situs megalit lainnya yang belum banyak terpublikasi dan dikenal publik.

Ekspedisi itu diakhiri dengan dialog membahas temuan-temuan maupun cerita menarik selama perjalanan tim yang digelar pada Sabtu malam (2/12/2023) di salah satu kafe di Kota Palu. Akademisi Untad, Muhammad Marzuki dan Arkeolog, Ikasam Djorimi dan Heri Susanto, salah satu anggota tim ekspedisi menjadi pembicara dalam dialog itu.

Beragam hal menarik didapat selama ekspedisi dan patut menajdi perhatikan pemerintah Sulawesi Tengah berkaitan dengan megalitikum. Mulai dari kondisi juga keunikan tiap situs, kebermanfaatan, nilai, dan ancaman kedepannnya.

"Selama ekspedisi berlangsung tim telah mendokumentasikan mulai dari kondisi terkini, keunikan, dan peruntukan dari megalitikum. Di sisi lain, situs megalitikum juga memiliki berbagai potensi ancaman salah satunya adalah perilaku vandalisme yang merusak. Mesti ada keberimbangan antara pelestarian dan tujuan wisata," ungkap Heri, salah satu jurnalis anggota tim ekspedisi.

Kesenjangan pengetahuan antargenerasi tentang megalitikum juga menjadi kekhawatiran. Terlebih, generasi muda sekarang hanya mengetahui situs tertentu dengan informasi seadanya.

Di samping itu, masyarakat di lembah-lembah tempat tinggal megalit berharap dapat terlibat dalam upaya pelestarian dan pengembangan wisata terutama setelah pencanangan Sulawesi Tengah sebagai Negeri 1000 Megalit.

Sementara itu, Iksam Djorimi yang merupakan arkeolog mengapresiasi langkah tim ekspedisi yang mengeksplore kekayaan Sulawesi Tengah itu.

"Hal ini yang menjadi tantangan kedepan, karena ini yang nantinya akan menjelaskan kenapa bangsa kita dapat menjadi bangsa besar," kata Iksam.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kominfo Sulawesi Tengah, Sudaryano Lamangkona mengatakan, apa yang diperoleh tim ekspedisi selama melakukan perjalanan di tiga lembah, akan disampaikan kepada Gubernur Sulawesi Tengah sebagai salah satu acuan untuk pengambilan kebijakan.

"Harapannya, apa yang ditemukan oleh tim ekspedisi dapat menjadi pembelajaran dan dapat membuka lembaran sejarah," tutur Sudaryano.

Sudaryano berkata, dengan beragam langkah percepatan yang telah ditempuh, penetapan Situs Megalitikum sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO dapat segera terealisasi, tentunya dengan memenuhi setiap langkah yang dipersyaratkan terlebih dahulu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya