Lontong Cap Go Meh dan Telor Pindang, Kuliner Akulturasi Punya Makna Mendalam

Lontong Cap Go Meh berawal dari para pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota kota pelabuhan di pesisir Utara Jawa

oleh Panji Prayitno diperbarui 24 Feb 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2024, 17:00 WIB
Lontong Cap Go Meh dan Telor Pindang, Kuliner Akulturasi Punya Makna Mendalam
Tampilan [Lontong](2680027 "") [Cap Go Meh](2849268 ""), tak beda jauh dengan lontong opor. (foto : liputan6.com / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Cirebon - Cap Go Meh menjadi perayaan penutup dari sejumlah rangkaian tahun baru Imlek 2024. Beragam kegiatan menyambut Cap Go Meh biasanya digelar cukup meriah di setiap daerah.

Termasuk beragam kuliner pendukung banyak ditemukan dalam setiap perayaan Cap Go Meh. Banyak jenis makanan dan masakan akulturasi masyarakat Tionghoa dengan penduduk setempat disajikan dalam perayaan Cap Go Meh.

Budayawan Tionghoa asal Cirebon Jeremy Wijaya Huang mengatakan, kuliner akulturasi budaya Tionghoa-Cirebon dalam perayaan Cap Go Meh seperti Nasi Lengko, cap tjay, nasi goreng, bubur bak moy, lun pia, tahu gejrot.

"Yang utama adalah lontong cap go meh makanan yang dihidangkan saat perayaan Cap Go Meh," kata Jeremy Huang, Jumat (23/2/2024).

Ia menjelaskan, Lontong Cap Go Meh berawal dari para pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota kota pelabuhan di pesisir Utara Jawa. Misalnya Semarang, Pekalongan, Lasem, Tuban, Kudus, dan Demak yang berlangsung sejak jaman Majapahit.

Saat itu kaum laki laki etnis Tionghoa datang ke pesisir utara Jawa karena ada larangan dari Pemerintah China yang menyebutkan bahwa bagi kaum pria yang akan merantau berdagang dilarang membawa istri dan anak anaknya.

"Jadi kaum laki laki yang merantau seorang diri menikah dengan wanita warga setempat ditempat perantauan. Hal ini melahirkan perpaduan budaya Peranakan Tionghoa Jawa," ujar Jeremy.

Akulturasi

Saat Cap Go Meh, kaum Peranakan Tionghoa Jawa menggantikan hidangan yuanxiao atau bola bola tepung beras dengan Lontong. Disertai berbagai hidangan tradisional Jawa yang kaya rasa seperti opor ayam, telor dan sambel goreng.

Lontong Cap Go Meh, kata Jeremy, merupakan lambang Asimilasi warga Tionghoa dengan penduduk di Jawa. Lontong Cap Go Meh mengandung lambang keberuntungan dan panjang umur.

"Warga Tionghoa memiliki kepercayaan selama perayaan Imlek tidak boleh makan bubur, oleh sebab itu mereka menggantikan bubur dengan Lontong karena bentuk Lontong panjang melambangkan panjang umur," ujarnya.

Sementara itu, kuah santan yang dibumbui kunyit berwarna kuning keemasan melambangkan keberuntungan. Serta telur pindang sebagai lambang awal kehidupan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya