Mengapa Perayaan Cap Go Meh Identik dengan Lontong? Ini Sejarah dan Maknanya

Lontong Cap Go Meh bukan sekadar makanan, tapi juga simbol keberuntungan dan akulturasi budaya. Ini sejarah dan maknanya.

oleh Rizka Nur Laily Muallifa diperbarui 13 Feb 2025, 15:55 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 15:55 WIB
Lontong Cap Go Meh
ilustrasi lontong cap go meh/copyright shutterstock/Chairunnisa Chairunnisa... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setiap perayaan Cap Go Meh, lontong Cap Go Meh menjadi hidangan wajib yang selalu tersaji di meja makan keluarga Tionghoa Indonesia. Hidangan ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam. Bentuk lontong yang panjang melambangkan panjang umur, kuah santan keemasan merepresentasikan rezeki melimpah, dan telur rebus yang melengkapinya menjadi simbol keberuntungan.

Lontong Cap Go Meh merupakan salah satu bukti nyata akulturasi budaya antara Tionghoa dan masyarakat lokal, khususnya Jawa. Sejarah mencatat bahwa makanan ini lahir dari perpaduan tradisi kuliner Tiongkok dan hidangan khas Jawa. Lontong menggantikan yuanxiao, bola ketan yang biasa disantap dalam perayaan Cap Go Meh di Tiongkok, karena bahan dan bumbu lokal lebih mudah ditemukan di Nusantara.

Lalu, bagaimana asal-usul lontong Cap Go Meh? Mengapa hidangan ini begitu identik dengan perayaan Cap Go Meh di Indonesia? Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut sejarah dan maknanya.

 

Sejarah Cap Go Meh dan Tradisi Kuliner

Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien, di mana “Cap” berarti sepuluh, “Go” berarti lima, dan “Meh” berarti malam. Secara harfiah, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Di Tiongkok, Cap Go Meh dikenal sebagai Festival Lampion, yang ditandai dengan pemasangan lampion warna-warni dan berbagai perayaan meriah.

Saat diaspora Tionghoa menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Indonesia, tradisi Cap Go Meh mengalami adaptasi dengan budaya setempat. Salah satu bentuk adaptasi itu adalah dalam hal kuliner. Jika di Tiongkok perayaan ini identik dengan yuanxiao (bola ketan), di Indonesia masyarakat Tionghoa Peranakan menggantinya dengan lontong yang lebih sesuai dengan lidah dan bahan-bahan lokal.

Menurut sejarah, pada abad ke-14 ketika imigran Tionghoa pertama kali menetap di pesisir Jawa seperti Semarang dan Lasem, mereka tidak membawa serta perempuan dari negeri asalnya. Akibatnya, banyak pria Tionghoa yang menikah dengan perempuan Jawa, sehingga terjadi perpaduan budaya, termasuk dalam hal kuliner.

 

Legenda Sam Po Kong dan Asal-usul Nama Lontong Cap Go Meh

Ada satu legenda yang menarik tentang asal-usul nama lontong Cap Go Meh. Menurut Tirto.id, kisah ini berawal dari kedatangan Laksamana Zheng He atau Sam Po Kong ke Semarang pada abad ke-15. Saat itu, ia mengadakan sayembara untuk menemukan hidangan paling lezat yang cocok untuk disantap pada perayaan Cap Go Meh.

Seorang kepala desa memasak sup berisi berbagai bahan yang tersedia di wilayahnya. Ketika mencicipi hidangan itu, Sam Po Kong menyebutnya sebagai “Luang Tang Shiwu Ming” yang berarti sup aneka bahan urutan ke-15. Namun, karena perbedaan dialek Hokkian, penduduk setempat salah mengartikan dan menyebutnya sebagai "Lontong Cap Go Meh." Sejak saat itu, hidangan ini terus berkembang dan menjadi bagian penting dari perayaan Cap Go Meh di Indonesia.

 

Makna Filosofi dalam Lontong Cap Go Meh

Lontong Cap Go Meh merupakan sajian yang diberikan usai merayakan Imlek.
Lontong Cap Go Meh merupakan sajian yang diberikan usai merayakan Imlek. (www.indonesia.travel)... Selengkapnya

Setiap elemen dalam lontong Cap Go Meh memiliki makna simbolis yang dalam. Menurut Detik.com dan Tirto.id, berikut adalah filosofi dari masing-masing bahan dalam hidangan ini:

  • Lontong → Bentuknya yang panjang melambangkan panjang umur dan perjalanan hidup yang penuh berkah.
  • Opor ayam → Ayam melambangkan kerja keras dan kegigihan dalam mencari rezeki.
  • Santan kuning → Kuah berbumbu kunyit berwarna keemasan melambangkan kekayaan dan keberuntungan.
  • Telur pindang → Melambangkan kesuburan, kelahiran baru, dan keberuntungan.
  • Sambal goreng hati dan kentang → Mencerminkan kesejahteraan dan harapan hidup yang seimbang.
  • Kerupuk dan abon → Melambangkan kebahagiaan dan kelezatan hidup.

Dalam tradisi Tionghoa, makanan bukan hanya sekadar santapan, tetapi juga menjadi doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Akulturasi Budaya Jawa dan Tionghoa dalam Kuliner Cap Go Meh

Hidangan lontong Cap Go Meh adalah bukti kuat dari akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Saat komunitas Tionghoa mulai bermukim di Jawa, mereka mulai mengadopsi beberapa elemen dari masakan lokal.

Hidangan yuanxiao yang awalnya berbentuk bola ketan dianggap kurang cocok dengan bahan-bahan di Nusantara, sehingga digantikan dengan lontong. Selain itu, bumbu-bumbu khas Jawa seperti santan, kunyit, dan sambal mulai digunakan, menciptakan perpaduan rasa yang unik.

Keberadaan lontong Cap Go Meh hingga saat ini menunjukkan bagaimana budaya kuliner bisa berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya.

 

Mengapa Lontong Cap Go Meh Tetap Populer?

Hingga saat ini, lontong Cap Go Meh masih menjadi hidangan wajib dalam perayaan Cap Go Meh di Indonesia. Selain karena nilai tradisi yang kuat, cita rasa yang kaya dan keberagaman lauk membuatnya tetap diminati oleh banyak orang, bahkan di luar komunitas Tionghoa.

Perayaan Cap Go Meh sendiri telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang lebih luas. Di beberapa kota seperti Singkawang dan Semarang, perayaan ini disertai dengan festival budaya yang meriah, semakin memperkaya makna dan daya tarik lontong Cap Go Meh.

 

People Also Ask

1. Kenapa lontong Cap Go Meh identik dengan Imlek?

Lontong Cap Go Meh adalah hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang menggantikan hidangan yuanxiao dalam perayaan Cap Go Meh di Indonesia.

2. Apa makna filosofi dari lontong Cap Go Meh?

Lontong melambangkan panjang umur, santan kuning melambangkan keberuntungan, dan telur pindang melambangkan kesejahteraan.

3. Apakah lontong Cap Go Meh hanya ada di Indonesia?

Ya, hidangan ini merupakan kuliner khas Peranakan Tionghoa di Indonesia dan tidak ditemukan di Tiongkok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya