Liputan6.com, Jakarta - Perbincangan soal oposisi seusai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih riuh. Pengamat sosial politik Forum Sekolah Politik Dian Agustina pun merespons kondisi politik Tanah Air saat ini.
Ia berpendapat oposisi penting untuk stabilitas sosial dan politik. Alasannya, oposisi berfungsi untuk menyeimbangkan dan mengontrol kekuasaan eksekutif.
“Oposisi berfungsi untuk memastikan bahwa pemerintah tetap transparan dan bertanggung jawab kepada rakyat,” ujarnya, Kamis (2/5/2024).
Advertisement
Baca Juga
Dian Agustina berpendapat tanpa oposisi yang kuat, risiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan cenderung meningkat.
“Dalam konteks Indonesia, oposisi memiliki peran yang semakin penting. Ketika oposisi lemah atau tidak ada sama sekali, maka pemerintah cenderung menjadi lebih otoriter dan tidak peka terhadap kebutuhan rakyat,” ucapnya.
Merujuk teori deprivasi relatif yang dikembangkan oleh Robert Tedd Gurr, penulis buku "Why Men Rebel", ia menjelaskan rasa ketidakadilan dan frustrasi yang muncul akibat perbedaan antara harapan dan kenyataan dapat memicu konflik sosial dan politik.
“Artinya, ketika masyarakat merasa pemerintah tidak mendengarkan atau mengabaikan kebutuhan mereka, maka dapat menimbulkan ketidakpuasan yang pada akhirnya dapat memicu ketidakstabilan,” tuturnya.
Ia menilai apa yang dikatakan Gurr ini relevan dengan kejadian-kejadian pada masa kini. Bahkan pada masa lalu, seperti, era kerajaan, rakyat protes dalam bentuk 'pepe' atau dalam Bahasa Indonesia artinya 'berjemur'. Mereka protes karena pemerintah kerajaan yang seenaknya menaikkan pajak atau upeti tanpa melihat rakyat yang saat itu mengalami kesusahan makan karena masa paceklik.
“Oposisi yang efektif harus mampu menawarkan alternatif yang jelas dan solutif terhadap kebijakan pemerintah. Jadi, bukan hanya tentang mengkritik, tetapi juga memberikan solusi yang konstruktif,” kata Dian Agustina.