Pesepeda Diajak Jadi Agen Pariwisata Jabar, Pj Gubernur Bey Buka Cycling de Jabar 2024

Pesepeda yang diajak menjadi agen pariwisata itu sebanyak 202 pesepeda yang mulai melaju dari Balai Kota Cirebon menuju Kabupaten Pangandaran.

oleh Arie Nugraha diperbarui 26 Mei 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2024, 23:00 WIB
Cycling de Jabar
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin melepas keberangkatan (flag off) peserta Cycling de Jabar di kantor Wali Kota Cirebon, Sabtu (25/5/2024). (sumber foto: Biro Adpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin mengajak pesepeda menjadi agen pariwisata sebelum melepas keberangkatan (flag off) peserta Cycling de Jabar 2024 di kantor Wali Kota Cirebon, Sabtu (25/5/2024).

Pesepeda yang diajak menjadi agen pariwisata itu sebanyak 202 pesepeda yang mulai melaju dari Balai Kota Cirebon menuju Kabupaten Pangandaran. Jarak yang ditempuh peseda sejauh 213 kilometer.

"Tentunya ini sangat baik bagi Jabar, kami memiliki pariwisata di semua daerah, dari mulai keindahan pantai dan juga pegunungan kami (Jabar) miliki," ujar Bey.

Peserta gelaran Cycling de Jabar tahun ini, melonjak dibandingkan dengan tahun sebelumnya, para peserta berasal dari sejumlah daerah dan berbagai profesi.

Bey Machmudin bersama Pj Wali Kota Cirebon melepas pesepeda di saat hujan rintik pukul 05.00 WIB. Meski demikian, terlihat para pesepeda antusias mengikuti ajang balap sepeda itu.

"Cycling de Jabar ini ajang meningkatkan pariwisata Jawa Barat, terima kasih sudah menjadi agen pariwisata kami," kata Bey.

Pesepeda akan melintasi dua kota dan lima kabupaten di bagian utara dan selatan Jabar. Daerah itu yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, Ciamis, Kota Banjar dan finis di Pangandaran.

"Dua tahun terakhir (Cycling de Jabar) digelar di Jabar Selatan, sekarang di utara. Kami ingin menunjukkan Jabar utara ini tidak kalah indahnya dengan Jabar selatan pariwisatanya," ungkap Bey.

Selama perjalanan, pesepeda akan melalui sejumlah pemandangan hijau persawahan di Kuningan dan Ciamis dan juga akan melewati wisata Waduk Dharma dan Pantai Pangandaran.

"Nanti startnya di Waduk Dharma, Kuningan, juga indah. Kami berharap dengan adanya Cycling de Jabar ini turut mempromosikan daerah tersebut," jelas Bey.

Selain itu, Bey berharap setelah gelaran itu selesai banyak wisatawan datang ke Jabar terutama wisata di Ciayumajakuning karena memiliki kearifan lokal.

Mulai dari wisata alam, adat dan budaya, kuliner dan fesyen, yang cocok dipadukan dengan konsep sports tourism dan eco tourism seperti yang diusung Cycling de Jabar.

"Kami berharap di daerah Ciayumajakuning ini, pariwisata lebih dapat dikembangkan, karena potensi itu ada. Tentunya seluruh wisatawan dan masyarakat akan sering mengunjungi Jawa Barat setelah acara ini. Di sini kami sudah mempunyai insfrakstruktur Tol Cisumdawu dan Bandara Kertajati," ungkap Bey.

Cycling de Jabar 2024 menghadirkan nuansa dan sensasi yang berbeda dibandingkan sebelumnya. Dengan tema 'Sumanget Jawara' atau Semangat Juara.

Dengan tema ini diharapkan akan menumbuhkan semangat juara di bidang olahraga, khususnya balap sepeda, juga berbagai bidang dalam pembangunan di Jabar, khususnya pariwisata dan ekonomi rakyat.

Tema 'Sumanget Jawara' juga selaras dengan Visi Jawa Barat Menjadi Provinsi Termaju di Indonesia.

'Sumanget Jawara' menekankan perhatian memajukan olahraga balap sepeda di Tanah Air dan sport tourism, promosi pariwisata, dan pengembangan pariwisata ramah lingkungan Jabar (eco green tuorism).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ajang Persiapan Atlet Jelang Kejurnas Balap Sepeda 2024

Cycling de Jabar menjadi ajang persiapan sekaligus uji coba atlet balap sepeda dari seluruh Indonesia. Balap sepeda yang menempuh jarak lebih dari 200 kilometer ini cocok sebagai ajang persiapan atlet balap sepeda jelang Kejurnas Balap Sepeda 2024 di Batam.

Hal tersebut dikatakan Atlet Junior Balap Sepeda dari Bali, Mahendra, yang datang untuk menjajal rute Cycling de Jabar, Cirebon-Pangandaran. Ia datang bersama dengan rekan-rekannya yang merupakan atlet balap sepeda dari Bali.

Di Cycling de Jabar, mereka yang rata-rata berusia 17 dan 18 tahun akan mengasah kapasitas dan kapabilitasnya. Mahendra sendiri mempersiapkan diri selama satu bulan untuk adu balap sepeda di Cycling de Jabar.

"Ini pertama kalinya ikut, sekaligus sebagai ajang persiapan menjelang Kejurnas Balap Sepeda 2024 yang akan berlangsung di Batam," ucap Mahendra di Kantor Wali Kota Cirebon, Jumat (24/5/2024).

Hal senada dikatakan Dewa Gede. Ia bersama rekan satu tim hampir setiap hari menyusuri pesisir pantai di Bali sejauh 400 kilometer. Karenanya, ia yakin akan mampu melahap tantangan di Cycling de Jabar.

"Selain latihan, juga perhatikan nutrisi. Ya sementara pantangan makan goreng-gorengan," tuturnya.

Selain atlet profesional, Cycling de Jabar juga banyak diikuti peserta amatir alias pehobi balap sepeda. Salah satunya adalah pebisnis fashion asal Bandung, Faisal Ishan.

Cycling de Jabar tahun ini merupakan yang kedua kalinya bagi Faisal. Meski pehobi balap sepeda, ia mampu bersaing dengan atlet-atlet profesional peserta Cycling de Jabar pada tahun lalu.

"Etape pertama finis ke empat, etape dua kalau tidak salah finis kelima atau enam," ucap Faisal.

Faisal kini masuk dalam kategori lomba Man Race Master A. Kelompok yang banyak diikuti pembalap sepeda profesional. Tahun ini, ia menargetkan masuk 10 besar.

"Tahun ini saya ikut lagi, karena rutenya benar-benar menantang. Hanya sedikit waspadai jalur bergelombang. Kalau tanjakan di Bandung juga banyak tanjakan, sudah biasa," tuturnya.

Faisal akan memacu sepeda balapnya dengan kecepatan 50 hingga 60 kilometer per jam agar mampu mengimbangi peserta lainnya. Apalagi ia sudah sering membalap sepedanya dari Bandung ke Pangandaran.

"Sering kami komunitas sepeda berombongan dari Bandung ke Pangandaran," ucapnya.

Faisal datang bersama keluarganya. Selama di Cirebon tentunya sudah membidik lokasi-lokasi wisata kuliner yang menjadi khas Cirebon.

"Saya balapan ke Pangandaran, tapi istri dan anak mau tinggal di Cirebon saja dulu, mau mencoba empal gentong sama nasi jamblang," tuturnya.

 

Meningkatkan Pendapatan dari Retribusi Pariwisata

Event tahunan Cycling de Jabar menjadi potensi baru untuk mengembangkan pariwisata dari sektor olahraga bersepeda atau sport tourism.

Dengan ada event profesional tersebut, selain beberapa objek wisata dikunjungi karena menjadi tempat persinggahan para pesepeda, diharapkan juga akan menarik banyak wisatawan secara umum dari hype (ingar bingar) dan publikasi yang dilakukan.

Karena itu, retribusi dari tempat wisata menjadi sesuatu yang relevan dibicarakan, bahwa Cycling de Jabar yang digelar Pemdaprov Jabar bekerja sama dengan mitra, dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor retribusi tempat pariwisata, baik itu yang dikelola pemda kabupaten dan kota maupun Pemdaprov.

Menurut Kepala Badan Pendapatan Daerah Jabar Dedi Taufik, prospek retribusi dari pengelolaan tempat wisata sangat memungkinkan dikembangkan sesuai dengan karakteristik objek wisata alam yang ada.

Dari sisi aturan pengenaan tarif retribusi harus diatur dalam sebuah peraturan daerah. Saat ini, jelas Dedi, Jabar sudah memiliki Perda Nomor 9 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di dalam lampirannya diatur pengenaan tarif atas jenis retribusi jasa usaha untuk objek wisata, tempat rekreasi dan olahraga.

"Mengingat penetapan jenis pajak dan retribusi yang diatur dalam UU HKPD (Hubungan Keuangan Pusat Daerah) dan KUPDRD (Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) bersifat close list, maka pemungutan jenis dan objek retribusi di suatu daerah didasarkan kepada peraturan daerah," ujar Dedi Taufik di Kota Bandung, Kamis (23/5/2024).

Menurutnya, penyesuaian tarif retribusi yang sebelumnya diatur Perda, baru bisa dilakukan setelah tiga tahun perda diundangkan.

"Perda itu kan tahun 2023, jadi kemungkinan baru bisa dilaksanakan efektif tiga tahun setelah 2023," kata Dedi.

Di luar itu, Dedi mendukung semangat ecotourism dan zero emision yang diusung ajang Cycling de Jabar. Menurutnya, dengan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan tersebut, maka potensi pariwisata Jabar akan mencapai titik tertinggi dilihat dari sisi pemasaran.

"Tantangannya saat ini adalah pada tahap inventarisasi potensi pariwisata apa saja yang layak dikembangkan. Pemerintah harus bersinergi dengan stakeholders terkait untuk perluasan pemasarannya atau promosi," kata Dedi.

Dalam konteks pemasukan bagi provinsi, tambah Dedi, peningkatan retribusi wisata hanya dapat dilakukan selama aset tersebut dikelola Pemdaprov Jabar.

 

Eco Green Tourism

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terus mengembangkan penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) di kawasan wisata melalui program Eco Green Tourism, salah satunya di Green Canyon, Kabupaten Pangandaran.

Langkah ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia menuju target Net Zero Emission, yakni mencapai net zero emisi pada tahun 2060.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jabar Ai Saadiyah Dwidaningsih mengatakan, pihaknya telah melakukan pemasangan PLTS atap 5,5 kWp (kilowatt peak) di kantor Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

"Dilakukan pula konversi mesin perahu konvensional ke mesin listrik, implementasi SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) sebagai konversi BBM ke baterai listrik," ucap Ai Saadiyah, ketika dihubungi di Bandung, Selasa (21/5/2024).

Selain itu diimplementasikan pula Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) dan pemakaian kompor induksi dalam mendukung electrifying lifestyle di lingkungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Kemudian pemanfaatan material FABA (fly ash bottom ash) atau limbah PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dalam bentuk paving dan cor serta branding pariwisata, seperti seragam, pelampung, gedung, dan yang lainnya," imbuhnya.

Menurut Ai, di tahap I sudah ada sekitar 12 mesin listrik dari total 80 perahu wisata yang ada di Green Canyon. Sementara untuk UMKM baru lima yang menggunakan kompor induksi di Dermaga 2 dan 30 UMKM di Dermaga 1 memasuki tahap II.

"Total ada 35 UMKM di kawasan wisata Green Canyon yang menerapkan konsep eco green tourism," ujar Ai.

Ia juga mengungkapkan, selain Green Canyon di Pangandaran, ada beberapa objek wisata di Jabar yang sudah menerapkan konsep eco green tourism, di antaranya Taman Kiara Artha Park yang sudah menyediakan penyewaan sepeda dan otopet listrik.

Lokasi wisata di Jabar yang sudah memasang Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yakni di Pangandaran, Garut selatan, dan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

"Saat ini terdapat lebih 200 lokasi SPKLU yang sudah bisa digunakan di Jabar. Setiap lokasi tersebut dapat dicek melalui aplikasi Charge in dan PLN Mobile," tuturnya.

Ai Saadiyah menambahkan, penggunaan EBT di Green Canyon tak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga ekonomi, biaya operasional kawasan wisata dapat dikurangi.

Selain itu, penggunaan EBT juga dapat mengurangi emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai bentuk dukungan terhadap program Eco Green Tourism di Jawa Barat, direncanakan para juara dari ajang balap sepeda jarak jauh Cycling de Jabar 2024 akan diajak berwisata ke Green Canyon sekaligus melihat penggunaan perahu wisata berbasis energi baru terbarukan.

 

42 Titik Sport Tourism

Berdasarkan hasil pendataan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Jawa Bara tahun 2021, wilayah Jabar terdapat 42 titik sport tourism yang potensial seluruhnya untuk dikembangkan.

Menurut Kepala Dispora Jabar Asep Sukmana, 42 titik sport tourism itu tersebar di 14 kabupaten dan kota, yaitu Kota dan Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung Barat.

Tujuh titik lainnya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Pangandaran.

"Wilayah Jabar yang dijadikan tempat sport tourism semakin bertambah di setiap tahunnya sebagai akibat dari suksesnya penyelenggaraan olahraga di daerah pada tahun-tahun sebelumnya," kata Asep di Kota Bandung, Rabu (22/5/2024).

Ia menuturkan, berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan, beberapa jenis yang masuk kategori sport tourism di Jabar difokuskan pada 11 jenis olahraga.

"Dalam rangka mengangkat sport tourism di Jawa Barat, ada 11 jenis olahraga yang dapat dilaksanakan berdasarkan karakteristik geografis yang dimiliki tiap daerah,” ungkapnya.

Asep menyebut, 11 jenis olahraga itu meliputi bersepeda, climbing, arung jeram, scuba diving, golf, surfing, hiking, triatlon, motokros, paralayang, dan lari.

Dari 11 jenis olahraga tersebut dapat dilaksanakan di beberapa kondisi geografis yang dimiliki Jabar, seperti pegunungan untuk hiking, lari, triatlon, bersepeda, dan climbing.

Kemudian laut untuk scuba diving, pesisir pantai untuk _surfing, dan triatlon. Lalu udara untuk paralayang, sungai untuk arung jeram, kawasan perkotaan untuk lari, golf, dan bersepeda. Sedangkan wilayah perbukitan untuk motorkros.

"Untuk tahun 2024, Pemerintah Provinsi Jabar fokus pada olahraga lari dan sepeda dalam rangka mengangkat sport tourism, di antaranya ada Jabar Run 10K dan Jabar Ultra di Kabupaten Kuningan, Cycling de Jabar yang rutenya dari Cirebon sampai Pangandaran," jelasnya.

Dua jenis olahraga pada kegiatan tersebut, tambah Asep, memiliki banyak peminat dan komunitas baik di dalam maupun di luar Jabar.

"Biasanya para peminat atau komunitas tersebut selalu memiliki antusias untuk ikut serta dan ajang serupa akan dijadikan event schedule tahunan mereka," ungkapnya.

Lebih lanjut Asep menjelaskan, Jawa Barat dengan wilayah yang luas memiliki banyak faktor dengan pesona tersendiri untuk digelar ajang sport tourism.

Pesona Jabar mempunyai banyak destinasi wisata dan bervariasi, seperti destinasi wisata alam sebanyak 1.436, wisata budaya 585, dan wisata buatan 758 serta keindahan gunung, laut, dan cekungan alam yang dapat memberikan pengalaman unik di setiap penyelenggaraan event yang berbeda tempat.

"Kemudian aksesibilitas di Jawa Barat lengkap, memiliki dua bandara internasional, 13 stasiun dan 130 kereta api, 13 pelabuhan, 9 jalan tol, dan 26 terminal tipe A dan B, yang memudahkan para wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk datang ke Jabar," jelasnya.

Alasan lainnya, menurut Asep, Jabar memiliki fasilitas akomodasi, tempat makan, dan travel lengkap di setiap daerah.

Jumlah hotel di Jabar sebanyak 1.874, homestay 458, restoran 1.635, kafe 639, biro perjalanan 369, pramuwisata 509, dan kendaraan umum 20.764, sehingga para peserta tidak akan kekurangan apapun selama mengikuti event di Jabar.

"Ekonomi kreatif dan wisata kuliner yang terus bertumbuh juga semakin menambah daya tarik tersendiri bagi para wisatawan nusantara dan mancanegara untuk bereksplorasi di Jawa Barat,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya