Liputan6.com, Sukabumi - Agar tak kalah saing dalam perkembangan industri mode pakaian (fashion), kearifan lokal busana batik juga terus berinovasi, salah satunya batik fractal. Seni busana yang menggabungkan keindahan budaya berteknologi modern.
Sebelumnya, model batik fractal ini pernah dipamerkan pada sebuah acara peragaan busana bertajuk tema ‘Mapag Sri’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), pada Februari 2024 lalu. Dengan melibatkan sebanyak 30 UMKM dari dua daerah Sukabumi dan Cianjur.
Kepala Riset Batik Fractal, Yun Hariadi mengatakan, umumnya setiap daerah yang dikenal dengan produksi batiknya mempunyai ciri khas masing-masing, seperti motif megamendung dari Cirebon. Sementara, yang membedakan batik fractal ini adalah dalam proses pembuatannya yaitu melibatkan teknologi berupa software algoritma matematika.
Advertisement
“Jadi teknologi itu hanya sebagai alat bantu tapi yang utama tetap kearifan lokal dari batik Sukabumi dan Cianjur itu sendiri. Jadi batik kedua daerah ini memiliki ciri khas yang berbeda dibanding dengan Jogja dan Cirebon umumnya, mulai dari objek yang dibuat motif batik,” kata Yun Hariadi, pada Minggu (26/5/2024).
Salah satu kearifan lokal yang pernah dikembangkan batik fractal yakni bentuk hewan penyu berasal dari Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi.
Yun menuturkan, cara yang digunakan saat membuat batik ini yang perlu dikembangkan dengan teknologi. Sehingga dapat menghasilkan motif batik tak terbatas, tanpa mengesampingkan kebudayaan atau ciri khas daerahnya.
“Karena batik fractal ini memungkinkan untuk membuat motif bentuk motif tak terhingga, (metodenya) semacam ada rumus persamaan matematika di dalamnya dan ada semacam AI (artificial intelligence) kecerdasan buatan, sehingga bisa menghasilkan banyak motif,” jelasnya.
Rumah Batik Fractal Pertama di Indonesia Berpusat di Kota Sukabumi
Masih kata Yun, tahun ini batik fractal bakal kembali dipamerkan dalam sebuah perhelatan busana di Jakarta menjelang akhir tahun 2024 mendatang. Untuk meningkatkan kualitas batik berdesain teknologi tersebut, pihaknya berencana membangun Rumah Batik Fractal pertama di Indonesia.
“Juli itu adalah awal mula pelatihan dan nanti di sekitar November atau Desember itu kita melakukan pagelaran seperti batik busana kemarin, tapi sekarang untuk event besar di Jakarta,” ungkapnya.
“Ini akan menjadi yang pertama di Indonesia rumah batik fractal ini, karena di rumah batik fractal ini nanti dilengkapi dengan bagian digital. Disitu ada pojok digital orang bisa merasakan pengalaman menggunakan software kita, yang disebut J-batik software,” lanjut dia.
Di rumah batik tersebut pembelajaran karya batik fractal mulai dari proses pigmen atau pewarnaan, hingga produksi untuk pemasaran dilakukan di satu tempat.
Dia menuturkan, hingga kini, baru dua daerah Sukabumi dan Cianjur yang difokuskan untuk pengembangan produksi batik tersebut. Sekaligus menjadi pilot project dari LPS sebagai salah satu pihak yang mendukung gagasan batik bertransformasi teknologi ini.
“Jadi kan selama ini orang hanya ngerti batik itu di Cirebon atau Jogja, ini kita pengen memberikan semacam upgrade teknologi. Sehingga teman-teman di Sukabumi dan Cianjur ini bisa bersaing dengan pembatik yang sudah ada lebih dulu dibanding mereka,” tuturnya.
Meskipun proses yang dilalui cukup panjang, Yun menyebut, pihaknya tak ingin berhenti pada tahap pendampingan kepada para pengrajin saja. Namun, bisa mengenalkan kekayaan ragam batik ini hingga mancanegara.
“Harapan kita di tahun 2025 itu nanti di New York Fashion. Ini target awal adalah 3 tahun, di tahun ini 2024 di bulan Juli kita meresmikan rumah batik fractal LPS di Sukabumi nanti ada galery. Jadi disitu sebuah tempat belajar dan juga sekaligus untuk galeri hasil karya pembatik tadi dijual disana,” sambung dia.
Advertisement